part 13

248 19 32
                                    

Devan memasang wajah seperti ingin menyemburkan tawa pada kalimat terakhir Vita.

"Kenapa lo bisa nanya gitu? Emang tampang gue keliatan suka gitu ke dia?" balas Devan remeh.

"Bisa aja kan. Secara yang gue tau lo belum punya cewek. Tapi godain anak cewek sih, pasti."

"Terserah lo deh, percuma juga gue jawab. Yaudah Vit, mending gue cabut, omongan lo makin ngaur." balas Devan malas lalu berbalik ingin segera pulang.

"Heh Devan! enak aja lo main kabur aja. Gue belum selesai. Gue udah ribut sama Raina jadi... Lo harus minta maaf ke Raina karna nggak ada di acara ulang tahun gue."

"Kenapa jadi gue yang minta maaf? Lo yang ribut sama dia kan?" tanya Devan dengan alis yang terangkat.

"Emang. Gue kesel ke dia itu karna ulah lo. Dan sekarang Raina juga marah sama gue. Gak mau tau lo harus buat Raina gak marah lagi sama gue." peringat Vita tajam.

Devan mengusap rambutnya kasar.

"Ribet amat urusan cewek. Serah deh. Gue balik." sesal Devan lalu menjauh dari sana ingin segera pualng.

"Woi.. Van gue tunggu! awas aja lo kalo Raina masih marah!" teriak Vita karena Devan semakin menjauh.

Devan hanya mengacungkan jempol tangannya tanpa berbalik menatap Vita. Ntah cowok itu akan menuruti atau tidak, Vita tidak bisa jamin.
Namun jika tidak, maka Vita sudah memikirkannya.

Di tempat lain setelah makan malam bersama. Raina memilih menuju kamarnya.

Cewek itu memilih menyibukkan diri membuka Youtube tak lupa Raina menggunakan Earphone.

Tiba-tiba ponselnya yang berada di samping laptopnya bergetar. Terdapat pesan disana. Dan itu nomor baru.

Raina mengabaikan. Dia sangat malas jika ada nomor baru yang nyasar.

Raina kembali sibuk dengan kegaitannya. Mungkin karena Raina tak kunjung membalas pesan itu. Panggilan nomor baru itu pun masuk.

"Siapa sih?" Raina merasa terganggu. Dia mengabaikan lagi.

Hingga panggilan kedua, Raina pun menjawab panggilan itu.

Raina memilih diam, menunggu orang yang di sebrang sana berbicara. Dan keduanya sama-sama diam.

"Heh mau sampe kapan lo diam?" jengah seorang cowok disana karena Raina tak kunjung bersuara.

"Siapa lo?" tanya Raina cuek.

"Lo gak bisa kenalin suara gue?"

Raina sejenak berpikir. Memang suara itu tidak asing bagi Raina.

"Nggak. Bisa gak lo langsung ke inti aja? Lo siapa dan apa urusan lo?" sahut Raina dingin. Sebenarnya Raina tahu jika itu si cowok yang selalu buat dia kacau.

"Gak ada ramah-ramahnya ini anak. Gue Devan. Gue mau ketemu. Kalo lo nolak lihat aja apa yang gue lakuin." Acamnya. Devan tahu jika Raina harus sedikit diberi ancaman.

Raina menghela nafas. Dia melirik jam dinding. Masih pukul 7.45 malam.

"Ini uda malem. Jangan aneh-aneh deh."

"Gue gak aneh-aneh. Lo aja yang mikir aneh-aneh." Balas Devan.

"Gue cuma mau nyelesain tugas gue dari Vita. Dan selebihnya lo gak usah keegeran." Sambung Devan lagi. Ntah kenapa Devan merasa dirinya aneh jika dengan Raina, setelah tadi Vita sempat menanyakan perasaannya pada Raina.
Devan tidak begitu yakin, apakah sikapnya begitu, karena mulai menyukai Raina atau hanya sekedar tidak terima bahwa Raina yang selalu menolak dan mengabaikannya.

RainaDevan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang