part 18

193 8 0
                                    

Setelah menunggu lama akhirnya Raina dapat merasakan libur semester, Raina belum berniat pergi liburan padahal liburnya cukup lama.

Ntah apa yang bakal Raina lakukan dalam sebulan ke depan, yang pasti dia akan membantu mamanya mempacking orderan seperti biasa buat para pelanggan setia mama Rani.

Seperti hari ini, Raina yang baru saja menemani mamanya belanja bulanan di supermarket, dan setelah itu pun dia akan membantu mamanya. Sementara Vivi dia sibuk mengurus skripsi.

"Ra jangan lupa yang dibagasi di bawa juga." Mama Rani mengingatkan setelah mereka sampai di depan rumah. Raina hanya bergumam.

Raina dan mamanya pun turun dari mobil, dengan tangan yang membawa belanjaan. Tangan Raina sudah penuh dengan belanjaan yang baru saja mereka beli.

Baru saja mereka turun dari mobil, mereka melihat seorang laki-laki yang berdiri didepan rumah mereka. Raina mengenal sosok itu.
Raina menghela nafas pelan.

"Nak Devan? Kenapa disini? Udah lama? Aduhh maaf ya tadi kita baru belanja. Jadi dirumah gak ada orang. Kasihan kamu jadi nunggu di luar begini." Seru mama Rani panjang lebar.

"Gak papa kok tante." Balas Devan sopan dan melirik kearah Raina yang cuek bebek.

"Kenapa gak bilang ke Rara kalau kamu mau kesini? Kan bisa dikasi tau kalau gak ada orang dirumah jadinya kamu gak luar begini nunggu kita datang." Mama Rani masih berbicara dengan lancar dan antusias. Sepertinya mama Rani benar-benar jatuh hati ke Devan.

"Udah deh ma.. Kapan masuknya ini? Pegel tauk." Sela Raina cepat.

"Ohh iya iya, sampe lupa. Maaf ya nak Devan, tante terlalu seneng lihat kamu." mama Rani kelewat jujur dengan ucapannya yang di akhiri dengan cengirannya.

"Oh, gak perlu tante. Devan.. Boleh pinjem Rainanya bentar?" Tanya Devan hati-hati. Lalu melirik ke Raina yang kini menautkan alisnya. Seolah berkata "Buat apa?".

"Oh mau pacaran sama Raina? Boleh kok boleh asal jangan dimacem-macemin aja." mama Rani menggoda keduanya.

"Paan sih ma!" sahut Raina tidak terima dengan ucapan mama Rani yang mengatakan mereka pacaran.

"Udah gih Ra, biar mama yang beresin belanjaannya. Kasihan loh Devan udah dari tadi nungguin kamu." Intrupsi mama Rani ke anaknya. Sambil mengambil alih belanjaan dari tangan Raina. Raina hanya pasrah. Bahunya merosot.

Mau bagaimana pun Raina menolak mamanya itu, pasti tidak akan pernah tertolak.

Mama Rani meletakkan belanjaan itu pada meja yang berada di teras rumah mereka.

"Udah sana gih, malah diem-dieman." Kata mama Rani lagi.

"Yaudah tante pamit dulu. Tenang aja tan Raina gak bakal Devan macem-macemin kok." Ucap Devan sambil tersenyum manis.

"Iya tante percaya. Malah takutnya Raina yang macem-macemin kamu." Balas mama Rani cengengesan.

"Ihh mama. Gak lucu!" Kesal Raina.

"Yaudah tan. Pergi dulu." Devan pun melangkah ke Raina sambil meraih tangan Raina membawa Raina pergi dari sana.

"Hati-hati." pesan mama Rani tersenyum melihat keduanya.

"Lepasin tangan lo!" Ucap Raina dingin.

"Iya iya, ini gue lepasin. Galak banget sih," gerutu Devan, memilih mengalah dan melepaskan tanganya.

"Mau kemana?" nada bicara Raina seperti tidak sedang bertanya. Sungguh.

"Ke taman." Jawab Devan singkat sambil terus berjalan ke arah taman komplek rumah mereka yang jaraknya tentu tidak jauh.

RainaDevan (Completed)Where stories live. Discover now