part 16

170 7 0
                                    

Raina sudah berada di angkot, angkot yang ditumpanginya tidak terlalu ramai. Namun jalanan terlihat ramai dan sedikit macet. Jika tidak macet pasti Raina lebih cepat sampai rumah. Karena jarak dari rumah Raina ke rumah Vita hanya memakan waktu 15 menit saja. Tapi jika macet begini bisa sampai 30 menit.

Raina sudah sangat gerah dengan tubuhnya. Cewek itu ingin segera sampai rumah dan mandi. Bagaimanan tidak? Dia mandi saja jam 7 pagi dan seharian di luar rumah terkena debu dan matahari. Keringatnya sendiri sangat mengganggu Raina.

Setelah sabar menanti di dalam angkot yang membuat tubuhnya semakin gerah, akhirnya Raina sampai di persimpangan memasuki komplek rumahnya. Raina pun melangkah cepat.

Namun langkahnya melambat dikala ada seorang yang sangat dihindarinya mencegatnya.

"Ya Tuhan, apa lagi ini." geram Raina dalam hati.

"Gue lagi buru-buru ya. Tolong minggir." Kata Raina dingin.

Si cowok malah nyengir tanpa dosa.

"Lo dari mana sih? Pulang-pulang lecek begini." Katanya tanpa dosa sambil mengamati Raina yang memang udah nggak banget.

"Bukan urusan lo!" Raina menjawabnya dengan Kesabaran yang mulai menipis. Raina mengambil jalan lain agar bisa berjalan dan menghindari sesosok yang bernama Devan.

"Wah, nggak adil lo. Giliran nggak ada nyokap lo. Lo malah galak ke gue." Kata Devan sambil menyamakan langkah dengan Raina. Devan sedang tidak menggunakan motornya.
Ntah dari mana dan mau kemana Devan. Raina sama sekali tidak peduli.

Saat mereka keluar kemarin. Devan di tahan mama Rani untuk singgah dan pada akhirnya mereka ngobrol. Raina harus sabar mendapati hal itu.

"Ya kali gue galakin elo di depan nyokap gue!" jawab Raina galak, sambil terus berjalan.

"Hahaha.. Kenapa? Takut lo di ceramahin nyokap lo karna galakin gue?" Tanyanya dengan wajah kemenangan yang terpancar disana.

"Gue bingung ya, kenapa bisa sih nyokap lo yang ramah dan baik hati itu punya anak yang judes dan galaknya minta ampun? Malah suka mengabaikan orang lagi." Ucapnya mendramatisir.

"Diam gak lo?! Mau gue sumpel mulut lo pake batu?" Ancam Raina yang kini kembali berhenti sambil menatap Devan sengit.

"Lo kenapa sih anti banget sama gue? Gue pikir waktu di pasar malam itu, lo bakal bisa bersikap manis ke gue. Nggak galak dan judes begini lagi." Curhat Devan.

"Tapi nyatanya nggak. Gue yang terlalu berharap sih kaya nya. Yang di bilang Vita ada benarnya sih. Gak semua apa yang gue mau itu tergapai. Ya, termasuk buat ngubah sikap lo ke gue begini." sambung Devan lagi, nada bicaranya terdengar melembut seperti bukan Devan yang berperilaku gila dan seenaknya.

Raina sempat merasa iba dan merasa sedikit bersalah. Namun dengan cepat di menepis itu. Dia mengingat kata-kata Vita tadi.

"Jangan baper. Ini anak cuma pengen buat gue bersikap baik dan manis seperti cewek-cewek yang selama ini dia dekatin setelah itu dia pasti ninggalin dan cari mangsa yang baru."
Batin Raina.

"Lo dengerin gue gak sih?"

"Nggak." jawabnya ketus, setelah sempat terdiam. Lalu Raina kembali berjalan menuju rumahnya yang kini sudah semakin jelas terlihat.

Devan mengusap wajah kasar. Raina melangkah menjauh. Sementara Devan hanya terdiam sambil memandang Raina semakin menjauh.

***

"Marina... Gimana tugas kemarin udah selesai?" Tanya Devan bernada manis ke teman satu kelasnya itu.

"Udah kamu tenang aja.." Jawab Marina dengan senyuman terbaiknya.

"Maaf ya, kemarin nggak ikut bantuin tugas kelompok. Soalnya..." Belum sempat Devan menjelaskan. Marina langsung memotong.

"Iya aku ngerti." Potong Marina sambil tersenyum.

"Baik banget sih lo pengertian lagi." Goda Devan. Marina tersenyum malu.

Minggu lalu mereka diminta buat kelompok yang berjumlah dua orang. Devan yang tahu bagaimana Marina yang mudah untuk di kelabui dan bisa termakan dengan kata-kata manisnya secara mentah-mentah, pun langsung mengajak Marina sekelompok.

Lihat saja bagaimana Marina berbicara manis ke Devan dan tidak marah sama sekali ke cowok itu. Padahal hanya dia sendiri yang mengerjakan tugas mereka.

Devan seorang cowok dengan segala sikap manisnya. Berusaha sebisa mungkin mencari perhatian orang yang dia inginkan.

"Van.." panggil Marina.

"Hmm." gumam Devan masih menatap ponselnya.

"Kamu abis selesai jam kuliah kemana?" Tanya Marina.

"Langsung pulang sih. Soalnya Tomi sama Dody juga nggak masuk tuh." Jelas Devan, sesekali masih memperhatikan ponselnya.

"Kamu mau nggak, temenin aku bentar ke fakultas ekonomi? Soalnya kemarin aku ada pinjem novel sama temen aku yang disana, belum sempet kerumahnya buat balikin." jelas Marina panjang.

Mendengar itu, Devan tampak berpikir sejenak.

"Hmm.. Boleh sih. Sebagai ganti karna kemarin gue nggak bantuin tugas kelompok kita." itu adalah sebuah alasan Devan, lalu dia tersenyum di akhir kalimatnya. Tapi senyum itu memiliki arti tersembunyi. Dan Marina tidak tahu itu.










Part ini pendek yaa...
BTW jangan lupa vote dan komen 😊😉
Salam dari penulis yang masih amatiran 😘

RainaDevan (Completed)Where stories live. Discover now