part 23

164 7 0
                                    

Saat ini dua orang itu sedang berada di toko alat musik. Memang itu semua keinginan Devan sehingga Raina pun berada disana.

Devan ingin membeli pianika untuk Della adiknya, karena pianika sebelumnya hilang dan besok guru Della mengharuskan muridnya untuk membawa pianika.

Raina sedari tadi hanya memperhatikan Devan yang berbicara dengan penjaga toko. Mungkin Raina memperhatikan sambil berpikir, bagaimana cara menjauh dari Devan.

"Lo sebagai cewek suka warna apa?" Tanya Devan seraya mendekat ke arah Raina yang sedang duduk dengan pandangan datar kepada Devan.

"Gue sih suka biru." Jawabnya singkat.

"Biru?"

Raina bergumam sambil mengangguk.

"Kalau gitu, gue pilih pink aja. Della suka warna pink soalnya." ucap Devan tanpa dosa, dan kembali meninggalkan Raina yang mengerutkan keningnya. Devan pun menuju arah si penjaga toko.

"Terus gue ditanyain buat apa?!" Dumel Raina namun suaranya hampir tak terdengar.

Dia menatap Devan jengah.

"Yuk balik." Ajak Devan, cowok itu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Raina yang sudah semakin geram.

Raina menghentak-hentakkan kakinya. Dia sangat sebal dengan Devan. Raina merasa sangat menyesali ditolong oleh Devan saat itu.

"Cepetan elah." kata Devan menoleh ke Raina yang berada di belakangnya.

Wajah Raina sudah sangat kesal. Dia mengepalkan tangannya seolah siap untuk melayangkan pukulan ke wajah Devan.

"Gue mau pulang sendiri aja." Kata Raina. Dia berhenti berjalan sementara Devan langsung membalikkan badannya menghadap Raina.

Cowok itu mengerutkan keningnya.
Memasukkan kedua tangannya kedalam kantong celenanya.

"Siapa bilang pulang?" Tanya Devan sambil menaikkan satu alisnya.

Raina diam menahan nafasnya yang memburu.

"Lo masih ada tugas buat nemenin gue. Ini belum selesai. Gue ada futsal sore ini." Jelasnya.

"Gue gak mau. Hari ini cukup. Gue pulang!" Raina ngotot buat tidak mengikuti kemauan Devan lagi.

Devan berjalan mendekat ke Raina.
Dia meraih pergelangan tangan cewek itu.

"Jangan bantah. Ingat janji lo." Katanya sambil menarik paksa Raina yang menolak.

"Ihh gue gak mau. Lupain aja deh soal syarat-syarat gak jelas lo itu. Gue cuma minjem duit lo dan gue mau balikin duit lo. Bahkan gue lebihin, biar lo puas!!" Kata Raina panjang lebar dengan galak.

Bukan bersimpati atas kekesalan Raina yang sudah memuncak, Devan malah tertawa remeh.

"Di kamus gue gak ada kata penolakan. Kita udah sepakat. Baru sehari aja lo udah begini." ucapnya kemudian.

"Ayo." Ajak Devan sambil kembali meraih tangan Raina.

"Nggak." Tolak Raina tegas

"Ayo."

"Nggak." Keukeh Raina.

Tanpa aba-aba Devan mengangkat Raina yang belum siap sama sekali. Cewek itu mendarat sempurna di bahu kokoh Devan. Kaki Raina membuat gerakan menendang dan tangannya memukul punggung Devan. Cowok itu sama sekali tidak peduli.

"Lepasin!" Teriak Raina. Raina meronta dalam gendongan Devan.

"Sekarang lo ngomong kalo lo gak bakal nolak apa yang udah di sepakatin kemarin." Ancam Devan.

"Nggak. Lo pikir kita lagi syuting FTV ha?! Turunin gue gak?! Balas Raina galak dan langsung menggigit punggung Devan. Dengan cepat Devan menurunkan Rain dengan wajah meringis akibat gigitan Raina yang cukup kuat. Jika tidak begitu, Devan bisa semaunya saja bertindak.

"Gila lo ya, sakit banget." ringis Devan sambil mengusap-usap bekas gigitan Raina.

"Biarin! Emang gue peduli?!" Teriak Raina dengan galak. Malah sekarang Raina yang berjalan duluan meninggalkan Devan yang masih meringis sambil berjalan mengikuti Raina.

Saat sampai di parkiran dimana motor Devan berada, Raina sesekali melirik ke Devan. Dia sendiri bisa jamin gigitannya itu sangat sakit. Ada rasa bersalah sedikit di hati Raina. Namun bagaimana lagi mengahadapi cowok satu itu jika bukan dengan cara sadis dan galak.

Raina mendengus mengingat sikap menyebalkan Devan.

"Lo itu cewek atau macan sih?" suara itu memecahkan pikiran Raina.

"Sadis banget, untung gue baik. Kalo nggak udah teriak-teriak gue minta tolong karna jadi korban kekerasan." sambungnya lagi.

"Lagian, siapa suruh jadi cowok nyebelin." balas Raina.

"Trus lo gak minta maaf karna udah bersikap kasar?"

"Ogah." jawab Raina cepat sambil memalingkan wajahnya.

"Oke, kalau lo gak mau. Artinya lo harus tetap ikutin perjanjian yang udah disepakatin kemarin. Dan lo, jangan pernah kabur-kaburan lagi." kata Devan.

"Yaudah nih pake." ucapnya lagi sambil mengulurkan helm itu pada Raina. Dan dia pun menerima itu tanpa melihat Devan sama sekali. Namun berbeda dengan Devan, dia memperhatikan.

Kini Raina di penuhi dengan kebisuan, mendadak mulutnya malas untuk berkata-kata.

"Kalo pake helm itu yang bener." ucap Devan sambil mendekat kearah Raina, hendak mengkaitkan helm yang dikenakan oleh Raina.
Karena Raina tiba-tiba mendapat perlakuan seperti itu, ia pun reflek mundur selangkah.

"Sini elah, malah mundur." ucap Devan sambil meraih kedua bahu Raina agar tidak menjauh. Dan langsung memasang kaitan itu. Saat beberapa detik seolah nafas Raina terhenti, karena itu pertama kali wajah Raina sangat dengan seorang cowok. Dan orangnya adalah yang bernama Devan Marcellino. Dimana, cowok itu sangat menyebalkan untuk Raina.

Dan setelah ini, Raina masih akan bersama Devan. Padahal dia sangat ingin pulang dan tidak berlama-lama dengan Devan. Namun sebaliknya, Devan merasa senang jika terus bersama dengan Raina dalam waktu yang lama, walau sudah digigit dan mengakibatkan nyut-nyutan pada punggungnya.



























RainaDevan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang