OFT 4

11.2K 702 72
                                    

Dirumah Naura melihat Gunawan yang duduk sendirian. Naura pergi kearah dapur dan membuatkan teh untuk Papa nya itu.

"Pah ini teh buat Papa." Naura menaruh cangkir itu di meja. Gunawan tak menjawab ataupun melihat kearah Naura.

"Pah, Rara boleh duduk disini kan?" Tanya Naura lalu di duduk di samping Gunawan.

"Pah, Papa tahu gak? Tadi sekolah aku--" Ucapan Naura terhenti ketika Gunawan peegi meninggalkan nya. Naura menatap punggung Papa nya dengan sedih.

"Papa maafin Rara. Kalau saja waktu itu Rara gak--" Gunawan memberhentikan langkah nya dan diam sebentar tapi dia kembali melangkahkan kaki nya. Naura berharap Papa nya kembali dan memeluk nya.

"Maafin Rara Pah." Lirih Naura.

"Pah, Rara sekarang jadi anggota Osis Pa." Gumam Naura berharap Papa nya kembali dan mengajak berbicara kepada nya.

"Tikus!!! Di panggil Mama tuh!!" Suara Jessi mengaggetkan Naura. Lea pun datang menghampiri Nuara.

"Jam berapa ini! Pergi kemana saja dulu kamu!" Kata Lea.

"Mah tadi aku di gangguin sama orang di jalan." Jawab Naura.

"Kamu pikir saya peduli. Kamu mati saja saya tidak peduli. Karena saya menginginkan sesuatu di tubuh kamu buka kamu!!" Jawaban Lea membuat Naura seketika menangis.

"Mah aku ini an-"

"Kamu lupa saya bilang apa! Kamu lupa sekarang jadwal Jessi apa!! Kamu juga lalai jaga Jessi tau gak!! Lalai jaga ANAK SAYA!!!!" Teriak Lea.

"Iya Mah. Rara ingat." Kata Naura lalu dia pergi ke kamar dan mengganti baju nya.

"Rara juga anak Mama." Lirih Naura dalam tangisan nya.

Kini Naura, Lea dan Jessi berada di mobil. Mereka menuju suatu tempat, yang selalu mereka datangi seminggu sekali.

Lea dan Jessi pun berjalan menuju ruang dokter. Sedang kan Naura menunggu di luar. Dia menundukan wajah nya dan memejamkan matanya dia tidak suka berada di tempat ini. Rumah sakit.

"Nona Naura silahkan." Kata Suster itu.

Naura pun mengikuti suster itu memasuki sebuah kamar. Naura berbaring di tempat tidur dan mengulurkan tangan kanan nya kepada suster. Suster mengelap bagian lengan Naura dengan kapas yang terasa dingin di tangan nya.

"Naura apa kamu masih merasa takut?" Tanya suster itu.

Naura hanya mengangguk menjawab pertanyaan suster itu.

"Kamu sudah melakukan ini ratusan kali tapi masih takut juga ya." Kata Suster.

"Sus, apa aku akan cepat mati?" Tanya Naura.

"Semua akan merasakan yang nama nya mati. Hanya waktu saja yang membedakan nya." Jawab suster tersebut.

"Apa Jessi akan sembuh? Saat aku memberi semua darah di tubuh ku?" Tanya Naura.

"Dia bisa sehat berkat kamu Naura. Bertahun-tahun kamu selalu memberi nya darah kamu kepadanya. Pasti hubungan kalian sangat baik bukan?" Kata Suster itu.

"Aku berharap seperti itu." Gumam Naura.

"Oke transfusi kali ini selesai. Kamu harus istirahat dulu baru boleh bangun ya." Kata suster itu.

"Darah kamu membantu saudara kamu Naura. Kamu perempuan hebat, bertahun-tahun kamu jadi pendonor setia saudara kamu. Jessi akan sayang kepada kamu Naura." Kata suster itu kembali.

Naura hanya diam. Dia lemah akibat melakukan transfusi darah dan juga diam memikirkan apakah hubungan dia dan keluarga nya akan kembali baik-baik saja atau tidak.

ONE FOUR THREE (I love you)Where stories live. Discover now