OFT 37

7.5K 611 144
                                    

Disini. Di tempat sepi seorang pria duduk di tempat dimana seseorang yang penting di hidup nya berada. Mata nya kosong, jiwa nya kosong, hidup nya kosong semua telah terbawa pergi oleh seseorang itu.

Semua yang terlihat berwarna menjadi hitam. Semua yang indah menjadi tidak indah. Semua yang semula nya terang menjadi gelap. Semua yang terdengar ramai menjadi sepi.

Dia pergi dengan membawa semua keindahan yang ada di dunia ini. Dia marah, dia pergi, dan dia menghilang.

"Sampai kapan lo duduk disitu?"

"Sampai dia kembali." Jawab pria itu.

"Cukup! Dia gak akan kembali! Lebih baik lo yang kembali, ayo pulang.!"

"Dia kembali, pasti kembali." Jawab pria itu.

"Mau sampai kapan lo buat dia menderita? Cukup X! Berhenti! Gue mohon sama lo. Biarin kakak pipi tembem tenang. Gue mohon sama lo."

"Enggak Dix. Dia pasti kembali." Kata pria itu yang tak lain adalah Xavier.

Dixie menahan amarah nya menghadapi kakak nya ini. Sudah seminggu Xavier selalu menghabiskan waktu nya di tempat ini, tempat dimana Kaka pipi tembem berada.

"Kalo lo mau dia kembali. Waktu itu, seminggu yang lalu, ketika Darren minta waktu lo 3 menit dan lo jawab dengan cepat. Kita semua gak ada akan ada disini X. Lo gak bakal duduk kaya orang gila disitu X dan Kakak pipi tembem pasti lagi ketawa sama kita." Ucap Dixie dengan menahan kekesalan nya kepada kakak nya itu.

Xavier menangis melihat sebuah papan nama yang dia harapkan kehadiran nya disini, menemani nya, memeluk nya dan... memaafkan nya.

"Saat itu gue takut Dix, gue takut dia dengan orang lain. Demi Tuhan gue takut." Ucap Xavier pelan.

Dixie tertawa menertawakan kebodohan kakak nya itu.

"Dan sekarang lo kehilangan dia kan. Tapi gue senang karena kakak pipi tembem gak harus hidup sama orang egois kaya lo X." Ucap Dixie kembali. Kali ini Xavier tidak marah atau membalas ucapan Dixie.

Sudah 1 minggu Xavier menjadi lemah, tidak membalas perkataan yang selalu menyalahkan diri nya. Xavier diam, menjadi pendiam.

Dixie lalu melihat kearah Dylan dan memerintahkan Dylan agar terus menemani Xavier.

"Gue pulang. Lo terus disini aja sesalin keputusan bodoh lo itu. Asal lo tahu X, gue udah males anggap lo sebagai kakak gue." Ucap Dixie lalu pergi. Xavier tidak menjawab ucapan Dixie dia terus saja melihat nama di papan itu. Shaqueen Naura Zetta.

"Queen. Kamu masih disini?" Tanya Xavier seorang diri.

Dylan merasa kasihan kepada Tuan nya itu. Dia bukan Xavier, dia hanya lelaki biasa yang tidak bisa apa-apa seakan sebuah senjata yang tidak ada peluru nya.

**

Satu minggu yang lalu dimana setelah Xavier dan Darren berbicara. Xavier mendapat kabar bahwa Naura sudah pergi. Xavier diam berdiri bak patung setelah mendapat info itu.

Dan pada saat pemakaman Naura pun, Xavier tidak datang bahkan tidak melihat Naura untuk terakhir kali nya. Xavier tidak bisa melangkah mendekati Naura karena rasa penyesalan yang begitu besar membuat nya diam dan tidak bisa melakukan apa-pun. Penyesalan itu seolah mengikat tubuhnya dengan sangat kencang sehingga dia susah menggerakan tubuhnya.

Alex dan Nina pun tidak mengajak Xavier berbicara ataupun membujuk Xavier menemui Naura. Bahkan saat itu tidak ada yang mengajak bicara Xavier mereka sibuk mempersiapkan pemakaman Naura. Mereka sangat kecewa kepada Xavier bahkan mereka marah kepada Xavier atas keputusan bodoh Xavier.

ONE FOUR THREE (I love you)Onde histórias criam vida. Descubra agora