Jisoo pov :
07.30 KST
Aku menyiapkan sarapan diatas meja makan, disitu sudah ada hanbin yang tengah menunggu sarapannya.
Aku duduk dikursi yang berhadapan dengan hanbin.
"jisoo-ya!" panggilnya sempat membuatku kaget
"hm?"
"a-aku ingin bertanya, so-soal kunjungan kita ke rumah woobin hyung" ucapnya dengan nada gugup yang jarang kudengar.
"apa yang ingin kautanyakan?" aku mengubur niatku untuk mengambil sup.
"Mengapa saat itu kau menangis dan merengek minta pulang?" Tanyanya begitu dingin,berbeda dengan sebelumnya.
"Entahlah. Karena mau saja" jawabku
"Hah..?" Raut wajahnya seakan tidak percaya dengan apa yang baru aku ucapkan.
"Jarang sekali kau bertanya soal ini." Ujarku sambil mengambil sumpit.
Setelah itu,hanbin menghabiskan waktu pagi ini untuk sarapan.tidak bicara sedikit pun,ya.. walaupun sudah sebulan kami tinggal bersama,kami masih saja canggung dalam pembicaraan.
Entah kapan kami menjadi tidak canggung... kadang aku juga bingung,mengapa kami bisa menikah.
Hanbin,mungkin dia menikahiku karena ingin memenuhi keinginan eommanya.dan aku? Aku tidak punya pilihan lain saat itu,woobin oppa meninggalkanku.eomma dan appaku juga sudah tiada.
Terkadang heran rasanya,aku menjalani semua ini dengan baik baik saja.
"Yaa!"
Dengan suara hanbin yang tidak pelan,aku terkejut dari lamunanku.
"Mwoya?" Bingung dengan maksudnya mengagetkanku.
"Baiklah,sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan." Ucapnya,sepertinya ia perlu izin supaya aku mempersilahkannya untuk bercerita.
Aku mengangguk.
"Woobin hyung,ia menitipkanmu padaku.itu sudah berlangsung selama hampir setahun dan ini adalah amanahnya padaku,aku mengenali woobin hyung semenjak kami masih SMA hingga menjadi rekan bisnis" itulah yang kudengar saat hanbin bercerita.
"Me-menitipkan aku pa-pada..mu?" Tanyaku menggantung.
"Hm.dan aku juga punya prasangka,disaat dulu kita mengunjungi rumah woobin hyung.. kau menangis dan meminta kembali ke appartemen.aku kira... kau menangis karena melihat woobin hyung dengan istrinya.apa kau cemburu pada istrinya woobin hyung?" Ucapnya sambil menunggu jawabanku.
Aku berpikir sejenak,prasangka macam apa ini? Apa hanbin masih mengira woobin oppa adalah kekasihku?
Mungkin waktuku berpikir membuat hanbin harus menunggu lama,hingga akhirnya ia berhenti mengharapkan jawaban dariku.
"Aniyo.. kau salah pah_" ucapku untuk melanjutkan kata 'paham' terpotong karena ponsel hanbin bergetar.
"Yeoboseo.." ucapnya saat menerima telepon
"N-ne,baiklah aku akan kantor sekarang." Lanjutnya
"Maaf malah membuat hyung harus menunggu" ucapnya sebelum memutuskan sambungan telepon.
Hanbin langsung merapikan dasinya,ya sedari tadi hanbin menggunakan setelan kantorannya.sebenarnya dasinya masih agak miring,aku ragu-ragu untuk merapikan dasinya.
Dan karena terlalu lama berpikir soal merapikan dasinya hanbin,kini di appartemen hanya tinggal aku seorang.
Hari ini adalah hari liburku,aku bisa menghabiskan waktuku di appartemen ini.Tunggu,sepertinya aku harus membeli beberapa cemilan untuk menonton drama romance itu.
YOU ARE READING
You're Number One √ Khb • Kjs
Fanfiction[Baca sampai akhir] "hubungan ini diawali dengan main-main,lalu bagaimana dengan akhir kisah hidup kita hanbin-ah?" -jisoo "seberapa pahitnya,kita harus terus menjalani hubungan ini hingga ajal memisahkan kita" -hanbin
