20. Balikan

1.1K 64 3
                                    

Soal hati tidak ada yang tau, kapan ia akan berlabuh untuk singgah selamanya dan kapan ia harus pergi dari rumah nya.
- Alexander Austim

***

Bel berbunyi pertanda bahwa jam istirahat tiba. Semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas untuk segera cepat menyantap sarapan lalu membooking tempat duduk agar tidak kedahuluan orang lain. Akan tetapi berbeda dengan Mouren yang kali ini kedua tangan nya menempel di meja dan menempatkan kepala nya sebagai tumpuan, Mouren menunduk. Ghina, sahabatnya pun tau bahwa Mouren sedang bermasalah dengan hati nya. Bagaimana tidak, jika seseorang sudah terdiam pasti banyaknya tentang masalah hati begitu pun juga sebaliknya.

"Mouren, Jangan diem terus. Lo kenapa?" Tanya Ghina yang sedikit mengguncang guncang kan tubuh Mouren yang membelakangi dirinya.

Mouren terdiam, dia tidak menjawab. Dalam hati nya kali ini ia merasakan begitu hancur, padahal sebenernya ini yang Mouren inginkan, Alex menjauh dari nya.

"Soal Alex lagi?" Tekan Ghina saat mengucapkan kata terakhirnya itu.

Mouren akhirnya terbangun dengan muka absurd dan tidak ada kacamata berada di tampang nya, Mouren begitu cantik.

"Jadi, kenapa?" Tanya lagi Ghina yang tak kalah cape nya menanyakan hal ini terus terusan.

"Gapapa, Gue emang lagi pengen istirahat doang kok" Ngelak Mouren, menyingkirkan rasa penasaran Ghina terhadap dirinya.

Ghina mendekat, memegang kedua tangan Mouren "Gue sahabat lo, Gue temen sebangku lo, Gue adalah seorang peri yang menjelma menjadi manusia yang guna nya untuk buat lo bahagia dan tersenyum. Kalau lo sedih, gue gagal Ren jadi peri"

Ghina memang sangat menyukai peri, entah di mana akal fikiran Ghina. Dirinya itu sudah besar tapi masih menyukai hal yang kanak-kanak.

"Iya Ghin, Gue gak apa apa kok!" Seru Mouren yang ingin terus meyakini Ghina, bahwa dirinya memang mungkin tidak apa apa. Tapi perasaan nya yang ada apa apa, entah perasaan dari mana Mouren bisa merasakan sakit hati.

"Yaudah, Kantin yuk?!" Ajak Ghina.

Mouren pun akhirnya dengan berat hati mengangguk lalu menerima ajakan Ghina, Mungkin ini akan menjadi jawaban untuk Ghina, bahwa Mouren baik baik saja.

****

Baru saja duduk di tempat duduk pintu masuk, Meja yang sangat dekat dengan pintu masuk dan pintu keluar itu yang membuat Mouren sedikit harus bersabar, pasti nya ada yang mendorong dorong dan lain lain akan tetapi meja itu pun enak jika suatu saat ingin keluar dari kerumunan kantin.

"Mau pesen apa?" Tanya Ghina yang sudah berada di stand batagor itu, depan meja dirinya.

"Samain aja" Jawab Mouren dan mendapatkan anggukan dari Ghina.

Setelah beberapa menit kemudian, batagor itu sudah siap di santap. Baru saja ingin memasukan satu potongan batagor ke mulutnya, ada suara yang membuat nya berhasil menoleh. Bagaimana tidak, suara itu sangat keras yang membuat seisi kantin berhenti melakukan kegiatan makan nya. Seseorang itu, Alex. Tapi Mouren lanjut memakan batagor itu.

"Temen-temen, gua minta perhatian nya sebentar" Teriak Alex di tengah kerumunan Kantin.

"Hari ini gua mau ngasih berita, kalau gua pacaran sama seseorang"

Mouren yang asalnya menghiraukan kegiatan aneh Alex dan teman-teman nya pun langsung menyimpan sendok, lalu mendengarkan nya dengan seksama tanpa sedikit berniat menoleh seseorang itu.

"Kiren Sarya Kimone, ini pacar gua yang sebenernya." Ucap Alex dengan lantang yang membuat Semua orang yang berada disitu bergemuruh keras dan bertepuk tangan, ada yang mengabadikan momen itu dan ada juga yang nyinyir tidak suka.

Mouren pun dengan cepat bergegas untuk pergi dari tempat ini, akan tetapi

"Hey, itu yang di pintu keluar! Kenapa pergi? Gak akan niat buat ngucapin selamat ke gue sama Alex gitu?" Teriak Kiren yang membuat pandangan semua orang tertuju ke arah Mouren.

Mouren hanya terdiam, ia tidak boleh menoleh asal suara itu, tidak boleh. Akan tetapi badan nya itu tidak bisa berkompromi dengan otak nya.

"Hah? Lo ngomong sama Gue?" Tanya Mouren menembus keheningan kantin. Yang mungkin kali ini ia akan di cap Adik kelas durhaka.

Mouren tertawa kecil lalu berjalan menuju arah dimana mereka terdiam. "Selamat ya kak untuk kalian berdua!" Ucap Mouren sambil menyalami kedua tangan pasangan baru tersebut.

Ada rasa mengganjal di dalam hati nya, saat bersalaman dengan Alex. Oke kali ini Mouren harus bersikap biasa saja. Setelah itu pun mouren pergi dari hadapan semua orang, mereka tidak tau dirinya sudah meneteskan air mata nya. Dirinya pun tidak tau, mengapa harus meneteskan air mata nya. Padahal ini kemauan Mouren dari lama. Alex menjauh darinya.

****
"Ren, gakpapa kan?" Tanya Ghina saat mereka sudah berjalan kearah pintu gerbang.

Mouren menggeleng "Gak apa apa kok, Itukan kemauan gue dari lama. kenapa harus sedih?"

Ghina pun mengangguk pelan, saat baru saja melangkah lagi. Ada yang memegang lengan sahabat nya itu.

"Balik bareng yuk?" Ucap Farell yang belum melepas lengan perempuan itu.

Ghina menoleh kearah Mouren, meminta persetujuan darinya. Mouren pun menggeleng dan berkata tanpa suara "Gapapa"

Mouren pun akhirnya berjalan sendirian, berjalan dalam kerumunan yang memojoki dirinya, berada dalam posisi ini membuat Mouren harus semakin bertanya tanya, ada apa dengan dirinya itu?

Berjalan melewati parkiran, membuat Mouren harus menunduk hingga ia harus tertabrak dada bidang seseorang.

"Jalan tuh liat kedepan, bukan ke bawah" Ucap Alex ketus.

"Maaf maaf, gue gak sengaja kak" Ucap Mouren yang langsung pergi, berniat ingin menghindari Alex. Bertemu dengan nya bukan membuat suasana hati menjadi lebih baik. Akan tetapi membuat suasana hatinya menjadi lebih lebih ancur.

"Ren, berhenti dulu" Tahan Alex.

"Ada apalagi kak?" Tanya mouren yang tidak sedikit pun ia toleh.

"Ini kemauan lo kan? Gua udah lakuin. Sekarang gua mau tanya" Ucap Alex yang masih berada di belakang tubuh Mouren.

"Lo sama siapa tadi pagi?" Tanya Lagi Alex.

Lagi, lagi dan Lagi. Topik bicara ini harus di bahas, padahal benar benar bahwa Mouren tidak mau membahas ini.

"Namanya Bryan"

"Siapa lo?" Sambung cepat

"Gue pacar dia" Ucap seseorang dari kejuahan yang membuat keduanya menoleh.

Bryan mengambil alih lengan Mouren, "Gue pacar dia, Jelas?!"

Alex mengerutkan kening nya, mencari cari jawaban dari mulut Mouren.

"Apa bener Ren?" Tanya Alex lagi.

"Iya. Jawaban nya iya. Lo masih nanya?" Protes Bryan yang membuat Alex mendengus kasar.

"Yaudah yu pulang" Ajak Bryan.

Mouren di tarik oleh Bryan, mau tidak mau ia harus menurut agar terhindar dai Alex. Saat berada di tepat depan motornya itu, membuat Mouren terdiam sejenak.

"Apa maksud lo ngomong gitu ke Alex?!" Protes yang tak kalah jutek.

"Emang benerkan kita pacaran?" Tanya Bryan yang keukeh.

Mouren mendelek mata nya, "Kapan gue ngomong 'iya' ke lo?"

Bryan terkekeh pelan "Kemarin lo diem, diem berarti iya."

"Gue ketiduran, bukan berarti diem gue mau sama lo. Jangan pernah maksa gue. Camkan itu" Ucap Mouren yang lalu pergi meninggalkan Bryan yang baru saja ingin memberi nya helm.

*****

MOUREN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang