27. Panggilan Suara Hati (1)

1.2K 80 9
                                    

Disaat tuhan menciptakan hati, Disaat itu juga tuhan menentukan  siapa pemilik isi hati nya.

****

Mouren sudah memakai pelindung kepala nya agar terhindar dari dingin, Jaket nya sudah melekat di tubuhnya. Barang nya pun sudah siap untuk dibawa pergi. Hari ini fashion Mouren agak akan sedikit berbeda, Rambut yang dulu nya ia kepang menjadi diikat satu tetapi beberapa helaian ia biarkan di tiup angin, Kacamata yang sering menjadi mata ke tiga dan keempat nya ia lepas sekarang.

Kalau bukan permintaan dari Ghina, mana ia mau melakukan ini semua.

"Ayah, Mamah. Mouren berangkat ya?" Teriak Mouren sambil melangkah di tangga.

"Mah, Ayah? Kalian dimana?" Teriak lagi Mouren.

Alhasil yang keluar bukan Jaya dan Lexa melainkan, Bi Surti. Pembantu nya.

"Ada apa non?" Tanya Bi Surti dengan sopan.

"Mamah sama Ayah kemana, Bi? Mouren cari kok gaada" Ujar Mouren.

"Hm, anu non. Ayah sama Mamah non pergi ke luar negeri tadi pagi. Katanya Mamah non telfon ke Non tapi ga di jawab Buru buru banget sampai lupa ngasih tau non, jadi ngasih tau bibi tadi lewat telfon rumah" Ujar Bi Surti yang sangat sopan hingga membuat Mouren pun tidak sanggup meluapkan amarah nya.

Mouren hanya mendengus kesal lalu mengecek Handphone nya, ternyata benar banyak sekali calling dari ayah dan mama nya.

"Yaudah Bi Makasih. Kalau Mama sama Ayah udah pulang bilangin Mouren pergi camping dari sekolah" Ujar Mouren dan langsung diangguk oleh Bi Surti.

Mouren pun berjalan keluar rumah menuju halte depan sebrang komplek nya, akan tetapi

tett... tett...

"Mouren sini masuk" Teriak seseorang itu di dalam mobil, Ghina sahabatnya dan yang mengemudikan nya yang tidak lain Farell.

Farell hanya senyum tipis kepadanya, jika di tanya mengapa pasti jawabanya karena sedang dengan pawang nya kalau tidak pasti sudah membuat Mouren tidak nyaman.

"Gak ah Ghin, lo duluan aja. Ntar yang ada gue ganggu" Ujar Mouren sambil terkekeh.

"Masuk ih, gue gamau berduaan sama dia. Bukan muhrim" Jawab Ghina smabil melirik Farell yang tidak berdosa itu.

Dih, tumben amat Ghina seperti itu padahal kalau sedang bucin nempel mulu gamau diganggu.

Mouren pun akhirnya mengiyakan lalu duduk di bangku belakang, Setelah nyaman Ghina pun melirik kebelakang.

"Lo cantik hari ini Ren, sampe gue pangling liat lo" Ujar Ghina yang terkekeh pelan.

"Bisa aja lo kalau muji gue" Jawab Mouren yang ikut tertawa.

Farell pun hanya mendengus nafasnya dengan kasar, Ia akan menjadi kamcong.

Setelah beberapa menit kemudian mobil pun sudah berbelok di lingkungan sekolah.

"Ghina, aku gak jadi naik bus. Kamu ikut aku naik Mobil aja ya" Ucap Farell yang sekarang menghampiri Ghina di pintu mobil nya.

Mereka sekarang tengah berada di luar Mobil yang Farell pun sudah di sambut oleh anggota Weber.

Ghina melirik mouren sebentar lalu melirik lagi Farell.

"Ikut aja gapapa gue bisa sendiri di bus entar" Ujar Mouren meyakinkan.

"Oke" Ucap Ghina yang langsung mendapatkan senyuman dari Farell.

"Tapi Mouren juga harus disini" Sambung Ghina dengan cepat yang membuat senyuman Farell hambar.

MOUREN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang