34. Dendam Di Masa Lalu

1K 47 4
                                    

Dua insan itu menjalani hubungan seperti biasanya, mereka berdua tidak mendengarkan apa yang orang lain ucapkan karena kita hidup tidak tergantung dan terkadang tidak perlu ada campur bibir mereka.

Hubungan Alex dan Mouren pun semakin lekat, Bryan di buat kesal sendiri melihat keromantisan mereka berdua. Contohnya saat mereka pergi dan pulang bersama.

Saat melangkah terus melewati setiap lorong kosong, kaki nya terhenti saat suara notif salah satu app berbunyi di saku celana nya.

Bry, gue tunggu aksi lo hari ini.

beberapa kalimat itu membuat Bryan menghela nafas nya dengan kasar dan memasukan kembali ke saku celana nya itu.

Bryan akan melakukan aksi nya hari ini, hidup dan mati nya akan di taruhkan hari ini juga.

"Jeka, Gue butuh kalian." Ucap Bryan saat sudah sampai berada sebrang sekolah menemui seseorang.

Jeka hanya tersenyum tipis "Apa yang harus gue lakuin?"

Bryan mengecek handphone nya dan mengetikan sesuatu.

"Cek Hp lo, gue udah ngetik apa aja yang harus kalian lakuin. Gue minta kerja secepatnya." Ucap Bryan.

Jeka pun mengulurkan tangan nya "Oke, semoga lo tidak meragukan keahlian gue."

Bryan pun membalas uluran tangan itu. "Gue percaya lo."

Berbeda dengan keberadaan Mouren yang sekarang tengah berada di perpustakaan, Ia butuh belajar Extra untuk menghadapi Ulangan Akhir Semester dan itu sudah bisa terhitung jari lagi.

Tangan nya terus membuka lembaran demi lembaran dan mata nya pun tidak terdiam hanya fokus dalam materi yang ia pelajari sekarang.

"Gue nyerah hari ini." Ucap Mouren hingga mengela nafasnya lalu melihat arloji jam tangan murahan nya. Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan Mouren masih berdiam diri di perpustakaan, akhirnya ia memutuskan untuk pulang.

Hari ini Mouren tidak pulang bersama dengan Alex, ia sudah meminta nya agar dia pulang sendiri. Alex pun tidak bisa memaksa karena dirinya pun ingin berkumpul dengan Weber, berbincang lebih tepatnya.

Jadi pada akhirnya Mouren harus pulang sendirian.

"Angkot, mana ya?" Tanya nya pada diri sendiri.

Setelah berkata itu pun Mouren melihat satu angkot yang mau melewati halte depan sekolah nya itu, Akhirnya pun dia masuk kedalam angkot itu dan duduk hingga tujuan nya sampai.

Mouren selalu terbesit, ia beruntung bisa mendapatkan Alex. Meski Alex tidak mengetahui rahasia ini, tapi Mouren percaya bagaimana rahasia ini terpendam pasti akan mengetahui juga.

"Makasih pak" Ucap Mouren kepada supir angkot saat sudah berada di halte depan komplek nya.

Angkot itu pun pergi dengan sendirinya, Mouren pun akhirnya berjalan menuju arah rumahnya akan tetapi suara klakson mobil membuyarkan fikiran nya.

Mouren terdiam saat mengetahui pemilik mobil itu adalah Bryan. Lelaki itu tidak lelah nya terus menerus seperti ini.

"Hai" Sapa Bryan.

"Halo Bry" Jawab Mouren.

Bryan melangkah menghampiri dimana titik Mouren berdiri, Mouren pun hanya bisa terdiam di tempat.

"Ada apa?" Tanya Mouren dengan sedikit sinis.

"Jangan gitu dong." Ucap Bryan sambil mengacak rambut Mouren dengan pelan. "Gue kangen sama lo."

Mouren pun hanya tersenyum tipis mendengar apa yang baru saja Bryan ucapkan.

"Udah kan kangen nya, Gue mau pulang." Ujar Mouren yang melangkah ingin pergi.

MOUREN [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora