26. Ketika cinta tidak harus memiliki

1.2K 72 5
                                    

Mouren tengah berjalan di tepi lapangan, melihat suasana kelas kelas yang sudah sepi. Hanya perwakilan kelas saja yang ada di lingkungan sekolah untuk mengikuti rapat dadakan untuk acara besok, Camping bersama 2 angkatan.

Mouren yang selalu mengalah dan Ghina yang selalu menkuntit di belakang Mouren.

"Lo yakin ikut camping Ren? Lo masih gak fit Ren. Itu acara nya ke puncak kan" Ujar Ghina yang melihat sahabat nya yang akhir akhir ini terlihat lemas.

"Gue kuat kok. Cuman butuh tidur aja" Ucap Mouren.

Lalu mereka berdua pun masuk kedalam aula sekolah, telah ada kepala sekolah dan jajaran nya disana. Acara rapat sudah dimulai akan tetapi untungnya tidak terlalu telat.

"Baik, jadi kita langsung ke inti nya saja ya. Besok acara camping selama 2 hari 1 malam dan tempatnya di puncak bogor yang diikuti oleh seluruh kelas XI dan XII. Untuk bus, sekolah telah menyiapkan 30-40 bus, yang terdiri dari 15 bus untuk kelas XII kelas Ipa, Ips dan Bahasa. 15 Bus selanjutnya untuk kelas XI kelas Ipa, Ips dan bahasa. Sisanya guru dan staf sekolah" Ujar Pa Dedi sebagai wakil kepala sekolah.

"Sudah itu saja yang harus menjadi bahan perhatian kalian, sistem pembagian tempat tenda akan kami beritahukan besok. Bawa perlengkapan yang sekiranya perlu, inget Camp ini diwajibkan akan tetapi untuk have fun. Sekian atas nama sekolah, sampai bertemu besok" Tutup Pa dedi.

"Lex, Lo mau bawa mobil sendiri?" Tanya Farell yang sudah berada di luar Aula. Tumben tumbenan mereka mengikuti Rapat, karena alasan nya untuk kegiatan Camping jika alasan lain mereka pun tidak mau.

"Kemungkinan sih" Ujar Alex.

"Kalau lo bawa mobil, boleh dong anak anak nebeng" Goda Putra.

"Lo kan kelas XI, emang boleh?" Tanya Farell lagi.

"Yaiylah Bang, Gue kan sama anak pemilik sekolah. Jadi siapa yang ga ngebolehin?" Ujar lagi Putra.

Alex pun hanya menggeleng kan kepala nya, melihat segala kelakuan teman teman nya itu. Tapi ia beruntung.

Saat Mouren baru saja keluar dari Aula nya, ia langsung dihadapkan oleh Alex dkk.

Ghina yang lansung disambut Farell pun yang membuat Mouren sendiri dan lagi lagi harus ditinggal.

"Ghin, Besok kita satu bus aja ya?" Tanya Farell saat sudah menarik badan Ghina dekat dengan nya.

Ghina masih terdiam, persoalan kemarin menjadi pertimbangan hati Ghina kepada Farell. Ghina sempat bilang kepada mouren jika ada yang menghalangi hubungan persahabatan nya dengan Mouren, akan terlebih dahulu ia akan menolak sebuah hubungan dengan org lain, sekalipun itu adalah Farell.

"Yah Bang, dia marah tuh garagara kemarin. Lo sih kayak yang gatau aja, dia kan sahabat Mouren. Mana ada Sahabat nya sendiri gak di bela?" Saut Adit sambil terkekeh pelan.

Farell pun akhirnya pasrah "Maafin aku, Kalau kamu mau marah mending sekalian aja pukul aku. Jangan perang dingin gini, Chat aku gak di bales pula"

Ghina hanya diam lalu kembali ketrmpat Mouren berdiri lalu menarik nya berniat membawa nya pergi dari kerumunan Anggota Weber.

"Tunggu" Ucap Alex yang membuat Ghina dan Mouren terhenti langkah nya.

"Gua mau ngomong sama Mouren" Ujar Alex yang membuat Mouren meminta persetujuan dari Ghina, Ghina pun hanya mengangguk pelan setuju.

"Samperin, Gue tunggu" Ucap Ghina melepaskan genggaman lengan nya.

***

"Ada apa?" Tanya Mouren.

Sudah entah berapa lama. Mouren dan Alex tidak berbicara empat mata seperti ini. Jujur saja Mouren merindukan nya bagaimana pun juga, toh perasaan gak bisa di bohongin.

MOUREN [ON GOING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora