Chapter 2; LUCID DREAM

672 134 13
                                    


"C'mon, dude. Kau tak mau membantuku?"

"Maaf, Lucas. Aku benar-benar lelah."

Mark mengepak kamera digitalnya. Merapikan seluruh alat-alat perlengkapan dan meletakkannya kembali pada rak semula. Tempat di mana alat-alat pemotretan disimpan. Mengabaikan Lucas yang terus membuntutinya.

"Apa salahnya hanya menunjukkan eksistensimu? Lagipula, ada Marina di sana. Kau takkan sendirian."

Mark menghela napas cukup dalam. Menatap Lucas jengah. "Sungguh, aku tak bercanda. Aku benar-benar lelah, Lucas. Kau tahu sendiri aku baru saja sampai."

Lucas mencebik meski membenarkan perkataan Mark. Memang Mark baru saja sampai di kantor mereka setelah seharian tadi meriset lokasi pemotretan untuk model majalah berikutnya. Mengharuskan ia menelurusi tiap-tiap tempat yang memungkinkan. Bersama Marina Clarke, atasan mereka.

Namun kali ini sepertinya Lucas benar-benar memohon lewat sorot matanya. Malam itu, Lucas berencana membuat sebuah kejutan ulang tahun spesial untuk Diany Ridley –pujaan hatinya.

"Sungguh, Mark. Ada apa denganmu? Berhentilah memikirkan perempuan yang tak tentu di mana keberadaannya. Jelas-jelas Marina Clarke itu menyukaimu."

"Berhenti omong kosong, Lucas. Dia atasan kita. Setidaknya tetap sopan meski Mrs. Clarke tak ada."

Lucas mendecih sebal. "Kau benar-benar luar biasa, Ledger." Kepala Lucas tergeleng karena tak percaya.

Namun Mark justru berlalu dengan sebelah lengannya yang melambai. Kembali mengabaikan Lucas untuk kesekian kalinya dan memilih untuk melangkah pada satu tujuan tetapnya.

Rumah sewa yang sudah ia tempati kurang lebih satu tahun lamanya.





Chapter 2

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Chapter 2.
LUCID DREAM.





"Mark..."

Sepasang kelopak itu terbuka, menampilkan iris pekat yang tengah memusatkan pandang pada arah yang memanggilnya. Pada rentang jarak yang membentang, manik itu sukses membola. Menatap sosok perempuan dengan balutan gaun indahnya sedang berdiri di sana, langkah lebar itu tercipta guna mengikis jarak. Ingin merengkuh tubuh itu cepat.

"Mina ... Flamina. Akhirnya kau datang padaku."

Mark tak peduli jikalau sosok yang berada dalam rengkuhannya itu hanyalah sebuah ilusi. Selagi sensasi cendana itu terasa jelas dan menenangkan, selagi bisa dirasanya sebuah rengkuhan balasan, Mark tak ingin membiarkan sosok itu pergi lagi.

EVERGLOWحيث تعيش القصص. اكتشف الآن