Chapter 29; PHONE CALL

266 72 13
                                    


From: Mr. William

Hey, Ledger! Istriku sudah sadar dan aku
menceritakan tentangmu.
Berkenan menjenguknya? Ia menunggumu.





Chapter 29

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 29.
PHONE CALL.





Mark menggigit bibir bawahnya, gelisah. Berkali-kali jemarinya mengetuk meja berirama meski suaranya pelan. Sedangkan pasang maniknya bergetar, sama sekali tak fokus dengan pemaparan acara tahun baru yang disampaikan Marina.

Sebelah lengannya disikut Lucas, membuatnya menoleh tanpa berucap.

"Calm down, Mark. Mrs. Lily sudah siuman itu berarti ia sudah baik-baik saja. Kau bisa menjenguknya setelah rapat ini selesai," bisik Lucas seraya mencondongkan tubuhnya. Berupaya agar Mark yang duduk di sebelah mendengar ucapannya.

"Tapi Mr. William mengirimiku pesan jam tujuh tadi pagi. Sekarang sudah jam sembilan malam, Lucas. Kau pikir Mrs. Lily tak butuh istirahat sekalipun ia sudah siuman?"

Oke, Lucas angkat tangan.

Sekalipun ia menjawab ucapan Mark agar menjenguk esok hari, tetap saja Lucas akan mendapat kalimat sarkas lain meski Mark tak bermaksud demikian. Namun jujur saja, baru kali ini Lucas melihat Mark seakan tengah diburu sesuatu. Seolah tak ingin kehilangan satu hal yang sudah lama ia tunggu. Kepala Lucas menggeleng pelan.

"Baiklah, demikian rincian rencana acara tahun baru yang akan kita selenggarakan dalam beberapa hari ke depan. Untuk pemberitahuan terbaru, akan aku sampaikan pada Ridley selaku direktur acara. Terima kasih atas kerja keras kalian, selamat malam."

Hampir seluruh karyawan tengah membereskan peralatan mereka masing-masing baik kertas ataupun alat tulis. Namun Mark, ia tengah terburu-buru hingga asal memasukkan notebook serta peralatan lainnya ke dalam tas dan ingin cepat-cepat menapak langkah.

"Ini pertama kalinya aku melihat Ledger begitu," Diany berbisik pelan pada Lucas sembari terus menatap Mark dengan mata yang terpicing tajam.

"Jangankan kau, dear. Akupun baru pertama kalinya melihat Mark seperti cacing kepanasan begitu." kepala Lucas menggeleng pelan. Entah untuk kali keberapa. Tak peduli kalau Mark yang berdiri tak jauh dari tempatnya itu bisa saja mendengar perkataannya.

"Kalian akan menyusul 'kan?" Mark menoleh pada Lucas dan Diany sebelum ia benar-benar melangkah.

Lucas dan Diany mengangguk pelan. Sungguh langka sekali apalagi melihat senyum Mark yang merekah. Rasa-rasanya, mereka seolah tengah melihati seorang laki-laki yang tengah kasmaran.

EVERGLOWWhere stories live. Discover now