ㅡ chapter 20.1

276 84 13
                                    


 "J-Jangan mendekat. J-Jangan mendekat dan d-diam di sana, siapapun kau."

Mark melangkah mundur meski tapakan kakinya kaku. Sekujur tubuhnya merinding dan dadanya bergemuruh. Iris pekatnya bergetar takut. Masih tak percaya sedangkan bukti nyata sudah terpampang jelas di depannya.

"M-Mark ... aku bisa ceritakan−"

"Tidak!" kedua tangan Mark menutup telinganya. Bersamaan dengan kedua lutut yang tertekuk, kepalanya menggeleng cepat. "T-Tidak, k-kau ... kau, tidak mungkin."

Dada Mina sesak. Seakan berkali-kali dipukul oleh palu hakim surga. Tidak ada senyum menawan yang Mark tujukan padanya seperti sebelum-sebelumnya. Tidak ada lagi namanya yang terdengar indah saat Mark berseru padanya. Yang dilihatnya, hanyalah gurat gusar dan takut. Menciptakan rasa sakit yang teramat menyiksa.

"Aku sudah memperingatimu, Gwyneth. Cepat atau lambat, ia akan tahu."

Kini kedua mata Mina terpejam. Menegak saliva kasar saat Hendery muncul di waktu yang benar-benar tepat. Kedua tangannya terepal kuat.

"Lihat, lihat bagaimana ia menatapmu setelah ia tahu siapa dirimu. Masih bersikeras ingin mengulur waktu?"

Memang, Mark tak bisa melihat Hendery karena pada dasarnya, manusia tak bisa melihat angelus utusan Tuhan. Sedangkan Mina yang terikat oleh janjinya serta dengan janji Tuhan diberikan hal khusus agar manusia yang terikat bisa melihat keberadaan mereka. Manusia, tak termasuk dengan teknologi yang ada.

Mengabaikan Hendery, Mina perlahan melangkah. Tatapannya ikut bergetar saat dadanya sesak. "Mark ... kumohon, dengarkan aku..."

Namun, Mark menggeleng cepat. Tubuhnya bangkit setelah menekuk lutut karena bimbang. Lalu, tatapannya berubah nyalang. Ia berbalik cepat.

"Mark, kumohon..."

"Lepaskan!"

Tubuh Mina tersungkur. Perlahan raganya mengabur karena tepat menyentuh sosok Hendery yang ada di situ pula. Menciptakan sentakan hebat pada Mark yang kembali melihat hal tak terduga dengan mata kepalanya sendiri.

"Mark..."

"Kau ... kau adalah makhluk paling menjijikkan yang pernah kutemui."

Tidak ada hal lain yang membuat hati Mina terluka sampai tercabik-cabik begitu lebar dari pada mendengar kalimat tajam dan punggung Mark yang menghilang dari balik pintu rumah. Sekalipun ia hanyalah sesosok arwah, tetap saja dadanya berdenyut kuat. Perih teramat dalam bahkan lebih dari yang pernah ia rasakan dulu kala.

"Mengejutkan sekali kau tidak menangis, Gwyneth."

Hendery menapak langkah dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Menaruh eksistensi tepat di sebelah Mina yang terduduk kulai di atas lantai.

Mina tak menangis, memang. Sama sekali tak ada air mata yang keluar sekalipun dadanya nyeri.

"Mengingat betapa terhanyutnya kau ketika menjadi seorang manusia lagi, ternyata kau masih sadar diri. Apa lagi yang kau tunggu setelah ia pergi, Gwyneth? Bukankah berarti kau harus kembali?"

"Oh, Tuhan. Nona Gwyneth? Anda baik-baik saja?"

Hendery mendesah cukup kuat saat melihat kedatangan Mr. Remus. Laki-laki paruh baya itu ikut terduduk di depan Mina sembari memberikan tatapan sendu.

"Bukankah sudah kukatakan padamu, Mr. Remus? Secepatnya kau harus mengingatkan Gwyneth, bukannya ikut mengulur waktu."

"Untuk apa kau menyalahkan Mr. Remus, Gibson? Akulah yang bersalah di sini."

EVERGLOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang