Chapter 18; A SONG FOR YOU

338 88 21
                                    


Malam semakin larut. Cahaya rembulan mulai remang-remang.

Seakan menikmati waktu yang senantiasa berputar, Mina menatap Mark yang tertidur lelap begitu lamat. Dalam satu rengkuhan erat, dalam satu balutan selimut yang hangat, mereka menghabiskan malam dan melupakan kenyataan esok hari yang bisa saja lebih menyakitkan.

Tangan Mina terulur. Jemarinya mengusap pelan setiap fitur wajah sempurna Mark tanpa ada celah yang tersisa. Dahi, mata, hidung, pipi hingga bibir cerahnya. Semuanya telah tersentuh oleh Mina dalam jarak terdekat mereka. Menciptakan lenguhan yang tergumam dari bibir Mark. Mengabaikan kenyataan bahwa mereka masih berada di ruang tengah. Pada salah satu sofa panjang yang tak banyak menyisakan ruang.

Sejatinya, Mina merasa benar-benar bahagia. Jarak mereka telah terkikis semalaman. Mulai dari kepala, hingga ujung kaki yang kini ujung selimutnya tersibak karena gerakan. Sentuhan Mark terasa nyata. Menghangatkan. Juga membuaikan.

Lalu, setetes air mata Mina mengalir bertepatan dengan bibir ranumnya yang mencuri ciuman Mark dalam diam. Cukup lama. Manik birunya mulai memburam.




"Maafkan aku ... Mark."





Chapter 18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 18.
A SONG FOR YOU





Mark mengerjap pelan. Bias mentari menyapa kulitnya lewat celah jendela. Memaksa diri untuk bangkit karena merasa sengatannya. Ia terduduk. Celingukan. Lalu, bibirnya melengkungkan senyum. Kembali teringat akan kejadian semalam yang tak pernah ia duga.

Flamina, benar-benar menghanyutkannya.

"Mina?"

Kepala Mark celingukan ke sana-sini. Mencari keberadaan Mina. Sembari memakai kemeja yang sebelumnya terkapar di pundak sofa, kakinya mulai melangkah.

"Mina, kau di mana?"

Mark berjalan ke dapur, Mina tak ada di sana. Kini ia menuju taman belakang, namun ia yakin Mina tak ke sana karena Mina tak suka berada di luar. Apa Mina di dalam kamarnya?

"Mina?" nada suara Mark meninggi. Karena tengah menuntut sahutan. Perlahan dadanya bergetar lagi, cemas. Takut-takut kalau Mina ternyata sudah pergi padahal ia belum sempat menyatakan rasa.

EVERGLOWWhere stories live. Discover now