Chapter 12; Déjà Vu

303 87 5
                                    


­Jika saat itu aku tak pergi dengan keegoisan, apa saat ini kau masih di sini dan kita terus bersama? Mungkin Lucas benar kalau aku sudah gila. Tapi, bisakah kau datang lagi sekalipun dalam mimpi? Aku menunggu.





Chapter 12

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 12.
Déjà Vu.





Ruang dimensi itu terbentuk lagi. Pada dasar gelap tak berujung, Mark terbangun dalam posisinya yang berdiri tegak. Tepat lurus pada sebuah pintu putih yang penuh cahaya. Saat itu, ia tahu kalau Mina akan datang. 

Juga, ia tahu kalau ia sedang ada dalam dimensi bawah sadar. Sebuah mimpi yang terasa nyata. Seperti kemarin.

Bibirnya merekah. Entah itu karena doanya tadi terkabulkan oleh Tuhan atau justru Mina yang menjawab pintanya. Tapi kalau benar begitu jadinya, kenapa tak sekalian mengabulkan doanya agar Mina benar-benar nyata?

Mark terkekeh. Serakah. Pada dasarnya, sifat itu telah ada di dalam masing-masing insan. Tergantung mereka dapat mengendalikan kadarnya seberapa banyak. Dan saat ini, Mark tengah dilema.

Ia masih berdiri diam. Sampai pintu putih bercahaya itu terbuka dan menyembulkan sosok Mina di sana, kaki tak beralas itu mulai melangkah. Mengikis jarak menghampiri asal kerinduannya. Dengan senyum lebar yang penuh haru bahagia.

"Berhenti."

Kaki yang telanjang itu patuh. Seakan tersihir mantra yang menembus waktu. Iris pekatnya membulat dengan rahangnya ternganga. Tak percaya. Kenapa Mina melarangkan untuk mendekat? Pikir Mark.

"Mina, kau datang la–"

"Berhenti. Sekalipun kakimu berhenti, pun bibirmu berhenti untuk berucap, Mark."

Jarak mereka hanya terpaut dua meter tak sampai. Sedikit lagi Mark bisa memeluk Mina erat-erat dan menyalurkan kerinduan. Namun saat manik biru terang itu tampak nyalang, dada Mark terasa ditekan. Dihujam kuat.

"Tak seharusnya kau memintaku datang setelah kau meninggalkanku, Mark."

Untuk kesekian kalinya Mark tersentak. Tak terpikir olehnya kalau Mina akan datang dengan membawa kesalahannya saat itu. Membawa buah penyesalannya.

Mina yang ada di hadapannya bukanlah sosok Mina yang lemah lembut penuh keanggunan. Kain yang membalut tubuhnya masih berwarna putih. Namun tampak berbeda sekalipun dipandang begitu lama. Entah kenapa.

EVERGLOWWhere stories live. Discover now