Chapter 20; VISION

292 83 8
                                    


"Mark–"

Bibir Mina terkatup. Oleh sebuah jemari yang mengurungkan ucapannya, matanya mengerjap bingung. Sedangkan sang pelaku masih terus mengembangkan senyum. Tak tahu kalau hati Mina terus berdenyut tiap kali ditatap seperti itu.

"Tak perlu kau jawab sekarang, Mina. Aku akan menunggu.

Akan kutunggu waktu di mana kau menyingkirkan masa lalu serta janjimu itu. Dan saat itu, bersiaplah. Bersiaplah untuk menjadi wanitaku dan mengukir kisah baru nan haru untuk hari esok yang kita jalani bersama."





Chapter 20

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 20.
VISION.





"Dude, kau baru saja dapat undian?"

"Apa? Tidak." Kepala Mark menggeleng. Namun senyum lebarnya masih terlayang. Sedangkan sang lawan bicara, masih mengerutkan dahi karena merasa aneh sekaligus heran dengan tingkah Mark bahkan sejak tadi mereka memulai pekerjaan.

"Jadi kau gila?"

"Lucas, kau perlu berkaca."

Lucas mencebik. Tahu persis kalau ia takkan menang jikalau beradu argumen ataupun mencemooh Mark dengan kalimat kasar sekalipun. Sebab Mark akan punya kalimat lebih menusuk lagi sebagai balasan telaknya. Lucas benar-benar sebal.

"Jadi apa yang membuatmu tersenyum bahkan saat kau menyesap latte itu?"

Mark melirik objek yang disindir Lucas. Kepulan asap pada cangkir latte miliknya mulai hilang karena menyisakan setengah dari isi semula. Kembali ia sesap minumannya sebelum menjawab pertanyaan Lucas.

"Memangnya senyumku harus kau tahu sebabnya?"

"Ck. Bisa tidak, sekali saja menjadikanku teman yang berguna? Kita memang baru berteman sejak sebulan yang lalu. Tapi kau masih bersikap seperti orang asing yang baru saja bertemu denganku."

Mark tertawa. Benar kata Diany, Lucas memang banyak bicara. Juga penuh dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Lucas, apa harus kujelaskan lebih jauh? Kini kutanya padamu, apa yang membuatmu tersenyum sekalipun kau sedang termenung?"

Alis Lucas tertaut sesaat. "Diany, tentu saja," jawabnya yakin.

"Nah." Jemari Mark terjentik. Ia tersenyum lebar. "Kau sudah dapat point utamanya."

Lucas memutar otak, berpikir sejenak. Hingga ia menemukan relasinya, matanya membulat. "Jadi kau sudah berkencan dengan seorang wanita?!" ia berseru antusias. Membuat Mark tertawa.

EVERGLOWWhere stories live. Discover now