Chapter 30; LITTERAS (END)

517 80 10
                                    


Chapter 30

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 30.
LITTERAS.





"C'mon, Lucas. Pick up your phone..."

Mark menggigil. Jaket tebal yang membalut tubuhnya tak cukup menghangatkan sekalipun ada dua lapisan lagi yang ia kenakan sebagai dalaman. Napasnya berembus menguarkan embun. Tak peduli kalau malam telah larut sekalipun bulir-bulir salju masih berjatuhan.

Melupakan fakta bahwa hari itu masih berada dalam penanggalan bulan Desember.

Sudah lima menit sejak ia berdiri di depan pintu rumah Lucas. Sembari terus mengusik nomor Lucas dengan panggilan-panggilannya, Mark terus bergumam. Sebab ia takkan mungkin menggedor pintu rumah Lucas kuat-kuat di tengah malam dalam komplek perumahan itu.

"Ough ... Mark Ledger, kau tahu ini jam berapa?" gerutu Lucas saat baru saja panggilannya terjawab. Mark tak peduli.

"Lucas, buka pintu. Aku di depan rumahmu."

Belum sampai lima menit, pintu kayu tanpa corak itu sudah terbuka menampilkan wajah bantal Lucas yang bercampur kesal.

"Kau gila?!"

"Benar. Aku sudah gila," sambar Mark sembari melangkah masuk tanpa perlu perizinan. Mengabaikan Lucas yang terperangah sembari kembali menutup pintu rumahnya.

"Apa Naomi sudah tidur?"

"Kau tidak bertanya, apa aku sudah tidur?" sarkas Lucas. "Bahkan semua orang di perumahan ini sudah terlelap tidur, Mark Ledger."

"Oke, maaf, Lucas. Tapi ini benar-benar penting."

Bola mata Lucas berotasi malas. Sembari melangkah menuju kamarnya di lantai dua, ia mengabaikan celotehan Mark. Sama sekali tak menanggapi.

Beruntung kedua orang tua Lucas sedang melakukan perjalanan bisnis. Menyisakan ia dan Naomi berdua di rumah –ditambah Mark yang menjadi tamu tak diundang.

"Lucas, dengarkan perkataanku."

Namun Lucas sudah menjatuhkan diri di atas ranjangnya, telungkup. "Geez, aku benar-benar lelah, Mark. Kau tidak lelah? Kita baru saja pulang kurasa."

Mark mendesah pelan. Mendudukkan diri di kursi kerja Lucas dengan perasaannya yang bercampur tak karuan. "Tapi, Lucas. Ini penting. Kumohon..."

Baiklah, Lucas menyerah.

Hal lain yang membuat ia menyerah selain perkataan tajam Mark adalah, gurat putus asa yang Mark paparkan padanya. Karena itu, Lucas perlahan bangkit dan mendudukkan dirinya di atas ranjang –dengan tubuhnya yang masih mengantuk, kalau boleh jujur.

EVERGLOWWhere stories live. Discover now