Chapter 13; COMATOSE

299 81 6
                                    


Suara tapak kaki yang tak beraturan itu beriringan dengan deritan roda yang tengah didorong cepat. Beberapa orang berkumpul pada satu ranjang yang menjadi alas bagi seseorang yang tengah terbaring lemah di atasnya. Dua orang yang dipenuhi gurat cemas terus merapalkan doa sedangkan sisanya –yang mengenakan seragam khas– menamengkan wajah dengan keseriusan.

"Kalian tunggu saja di sini. Sisanya kerahkan pada kami."

"Mohon berikan kinerja yang terbaik, Dr.James."

Lalu pintu pembatas yang telah melenyapkan ranjang beroda itu tertutup. Menyisakan Lucas dan Diany serta perasaan yang penuh kalut.

"Lucas, apa yang terjadi?" Diany berjalan ke sana-sini. Dengan sebelah tangannya yang memegangi pelipis, bibirnya tergigit.

"Aku juga tak tahu, dear. Seseorang meneleponku dan mengatakan kalau Mark tengah mengalami kecelakaan. Lebih baik kau duduk di sini." Lucas menarik lengan Diany. Membawa perempuan itu menduduki kursi kosong di sebelahnya. Merengkuh punggung Diany erat.

"Aku harap bukan hal yang serius terjadi," gumam Diany.

Lucas menarik napas dalam. Mengusap pundak Diany pelan. "Kuharap juga begitu."





Chapter 13

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 13.
COMATOSE.





Diany menatap tubuh yang terbaring lemah itu penuh iba. Ritme ICU monitor mengudara dalam ruang yang bertata. Lucas tengah berbincang dengan Dr.James dan berunding dengan pelaku yang menabrak Mark. Menyelesaikan masalah.

Tubuh jenjang itu mendaratkan diri pada salah satu kursi yang sebelumnya ia tarik, agar lebih dekat. Dilihatnya kepala bersurai pekat itu terbalut perban. Sedangkan pasang mata itu masih terus terpejam. Dengan selang infus yang terpasang pada salah satu punggung tangan, Mark sepertinya tengah menenangkan diri di alam sana.

"Aku penasaran tentang perempuan itu..."

Diany bergumam seorang diri.

Ia sudah sering mendengar Lucas bercerita bahwa Mark adalah teman terbaiknya sekalipun Lucas itu pengoceh yang andal. Mark tak pernah merasa risih karenanya. Justru malah Lucas yang sesekali dibuat kesal. Dan, Diany tahu kalau mereka berdua berteman dengan sangat baik sejak lama.

Lucas juga pernah bercerita kalau Mark pernah bermalam di tempatnya tahun lalu. Karena tengah mengalami konflik yang tak Lucas tahu apa masalah dan sebabnya. Jadi, Lucas hanya membiarkan bahkan saat Mark terus menegak Whiskey dalam jumlah banyak. Tahun lalu.

EVERGLOWWhere stories live. Discover now