8. Start

4.1K 191 22
                                    

Now Playing : Pernah - Azmi

💎💎💎

"Aku mulai belajar, bahwa mencintaimu tidak membutuhkan waktu yang lama. Nyatanya, perasaan itu muncul hanya karena tatapan sesaat."

~ Revan

***

"Berani taruhan?" tanya Raffi.

Mira mengernyitkan dahinya. "Taruhan apa?"

"Menurut kamu Revan sama Rahel jadian atau gak?" tanya Raffi lagi.

Mira tampak berpikir sejenak. "Gak mungkin. Rahel itu sosok yang pemilih, dia gak suka sama cowok nakal. Lagian orang tuanya melarang keras dia untuk pacaran."

"Oh, ya? Jadi Rahel gak mau sama cowok nakal?"

Mira menangguk sebagai jawaban.

"Itu taruhannya. Kalau Revan sama Rahel jadian, kamu harus cium aku."

Mira tersentak. Matanya membulat sempurna saat mendengarnya. "Gak mau, ah!"

"Eits, jangan berpikir negatif dulu, dong. Ciumnya di pipi doang," ucap Raffi seraya terkekeh.

"Oke. Tapi kalau mereka gak jadian, kamu yang harus traktir aku makan di restoran mahal." Mira menaik-turunkan alisnya.

"Oke. Tapi, taruhannya harus sehat, ya. Kamu jangan jelek-jelekin Revan di depan Rahel, dan aku gak akan maksa Revan buat jadian sama Rahel," ucap Raffi.

"Iya, siap laksanakan," katanya sambil menunjukkan sikap hormat.

***

Rahel turun dari taksi tepat di depan rumahnya. Matanya tertuju pada motor ninja berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya.

Gadis itu bergegas masuk ke rumahnya untuk memastikan siapa pemilik motor itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat Revan dengan akrabnya berbincang-bincang dengan Bi Ana, asisten rumah tangganya.

"Belum pulang kampung, Bi?" tanya Rahel saat menghampiri mereka.

"Ini udah mau pamit, kok. Bibi nunggu Non Rahel pulang sekolah," jawab Bi Ana.

"Dari mana lo? Kok baru pulang? Udah setengah jam lebih gue nungguin lo." Revan berceloteh sambil menunjukkan wajah kesalnya.

Rahel melirik ke arah Revan.

"Saya pamit dulu, ya, Non. Saya usahain, izin saya cuma beberapa hari."

"Iya, Bi. Lagian Papa nanti balik seminggu lagi, 'kan?"

"Makasih, ya, Non."

"Sama-sama, Bi," ucap Rahel sambil mengusap punggung Bi Ana.

"Mas Revan, saya pamit, ya. Saya titip Non Rahel."

"Siap, Bi. Hati-hati, ya," ucap Revan sambil tersenyum lebar.

Bi Ana pun langsung menggendong tasnya lalu beranjak dari rumah Rahel.

Setelah kepergian Bi Ana, Rahel langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa Revan.

He is RevanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt