EPILOG

5.2K 151 26
                                    

"Takdir akhirnya mengizinkan kita untuk bersama. Dan, aku tidak menginginkan adanya sebuah perpisahan."

***

Rahel melirik jam tangan yang melingkar di tangannya beberapa kali. Gadis itu terlihat sangat gelisah seperti sedang menunggu sesuatu. Mira bisa merasakan kalau ada sesuatu yang sedang dialami Rahel saat ini.

"Hel," panggil Mira sambil menyikut lengan Rahel pelan.

Rahel sedikit terkejut, sebelum memutuskan untuk menatap ke arah Mira. "Kenapa, Mir?"

"Lo kenapa sih? Gelisah banget."

"Lo tahu kan kalau hari ini ulangan harian bahasa Indonesia?"

Mira mengangguk pelan, meskipun ia sendiri bingung. "Kenapa? Lo gak belajar?"

"Ya kali gue gak belajar!"

"Terus?"

Belum sempat Rahel menjawab, matanya terlebih dahulu menatap Bu Ratna yang baru saja memasuki kelas.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu Ratna sembari duduk di kursi guru.

"Selamat pagi, Bu."

"Revan gak masuk?" tanya Mira.

"Itu dia, Mir. Gue nungguin dia dari tadi." Wajah Rahel terlihat sangat gelisah. "Gue semalam telpon dia, mau ingetin buat belajar, eh, gak diangkat."

"Oh ya? Terakhir dia kabarin lo kapan?"

"Dia bilang lagi di bengkel kemarin sore. Gue takut dia ketemu lagi sama teman geng motornya, trus kepancing buat gabung."

"Ya kali, Hel. Statusnya sekarang udah jadi pacar lo. Raffi aja rela berubah demi gue," ucap Mira berusaha menenangkan Rahel.

"Iya, itu Raffi. Revan mah beda."

"Percaya aja sama Revan. Gak mungkin dia gabung lagi."

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru," tutur Bu Ratna seraya bangkit berdiri dari duduknya.

Semua siswa menatap ke arah Bu Ratna dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Semoga sikapnya gak kayak Revan ya, Bu," seru Dino.

Bu Ratna menggeleng-gelengkan kepalanya. "Semoga aja."

"Mana murid barunya, Bu? Gak jadi pindah?"

"Iya, ya. Coba ibu cek di luar." Bu Ratna kemudian berjalan menuju pintu kelas.

Semua siswa saling menatap tidak mengerti. Tidak lama kemudian, Bu Ratna masuk ke dalam kelas diikuti seorang siswa yang mengenakan hoodie dan topi berwarna hitam.

"Dia siapa, Bu? Misterius banget."

Secara perlahan, orang itu membuka topinya dan menatap ke arah semua siswa. Sontak semua siswa yang ada di dalam kelas terkejut.

Happy birthday to you...
Happy birthday to you...
Happy birthday, happy birthday
Happy birthday... Rahel.

Ya, orang itu adalah Revan. Ia sudah merencanakan hal ini. Sengaja ia meminta bantuan Bu Ratna agar terkesan sama dengan saat pertama ia bertemu dengan Rahel.

Rahel menutup mulutnya menggunakan tangannya. Ia pikir Revan sudah lupa dengan hari ulang tahunnya.

Revan tersenyum, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna silver. Ia kemudian berjalan mendekat ke arah Rahel dan mengajak gadis itu berdiri.

"Masih inget kejadian seperti ini yang pernah terjadi sebelumnya?" tanya Revan.

Rahel mengangguk dengan kedua pipi yang merona merah.

He is RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang