27. Salah?

3.1K 114 12
                                    

"Caramu salah untuk menjauh. Mendekatlah, itu cara yang tepat. Karena dengan kamu menjauh, aku akan semakin dekat."

-Rahel

***

Tok...tok

Bi Sita melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. Ia dibuat terkejut saat melihat siapa yang datang bertamu.

"Neng Rahel?"

Orang yang datang bertamu itu mengulum senyuman.

"Revan ada, Bi?"

"Mas Revan teh lagi mandi. Masuk dulu, Neng."

***

Lo ngapain ajak dia buat gabung lagi?" tanya Erick, salah satu anggota geng Angin.

"Kita butuh Revan untuk memenangkan pertandingan balap nanti. Kita bisa manfaatin dia," jawab Rimba sambil menyalakan rokoknya.

"Gue muak liat dia. Pengkhianat! Cuma gara-gara cewek aja, geng ditinggalin," sambung Ari.

"Revan bakalan gabung lagi? Bukannya dia udah tobat?" tanya Bagas.

"Kayaknya dia kena imbasnya. Siapa suruh percaya sama yang namanya cinta," jawab Ari.

Mereka semua adalah anggota geng Angin. Awalnya, mereka beranggotakan 6 orang, namun Raffi dan Revan sudah keluar dari geng tersebut.

"Lo tenang aja. Setelah balapan nanti, Revan bakal kita buang," ucap Rimba santai.

Erick berdecak pelan. "Terserah lo aja."

"Inget, perlakuin Revan sebaik mungkin. Jangan sampai dia curiga kalau kita cuma butuh dia pas balapan nanti."

***

Revan diberitahu oleh Bi Sita, kalau ada orang yang mencarinya. Bi Sita sengaja tidak memberitahu kepada Revan, kalau yang datang adalah Rahel. Hal itu, karena Pak Ardi sudah meninggalkan pesan kepada Bi Sita untuk mengawasi Revan agar tidak bergaul lagi dengan Rahel.

Dengan handuk yang masih tersampir pada pundaknya, dia melangkahkan kakinya menuruni setiap anak tangga.

Matanya mendelik saat melihat siapa yang mencarinya. Gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta dalam sekali tatap, dan gadis yang membuatnya semakin sulit menjalani hidupnya, karena selalu berusaha untuk menutupi perasaan yang sebenarnya.

Melihat yang ditunggu sudah datang, Rahel memutuskan untuk berdiri dari tempat duduknya. Sedangkan Revan, dia menatap Rahel dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Van," panggil Rahel pelan.

Revan tidak merespon panggilan Rahel. Dia memilih untuk membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Rahel.

"Cara lo buat menjauh salah, Van."

Revan terkesiap saat mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Rahel. Gadis itu selalu bisa membuat jantung Revan memompa dengan cepat.

"Kalau udah, lo bisa pergi," ucap Revan.

"Apa dengan lo gak masuk sekolah beberapa hari, lo bisa menjauh? Buktinya, gue ada di sini. Kita memiliki jarak yang sangat dekat sekarang."

He is RevanWhere stories live. Discover now