15. Khawatir

3.9K 162 36
                                    

Now Playing : Heroes - David Bowie

💎💎💎

"Jangan buat aku khawatir. Aku tidak kuat menghadapinya."

- Revan.

***

Revan merasa heran. Jam pertama sudah dimulai, tapi ia tidak melihat Rahel. Ia enggan untuk menanyakan soal Rahel pada Mira. Ia tidak ingin Mira menyangka kalau ia perhatian pada Rahel.

Mira pun merasa demikian. Tidak seperti biasanya Rahel tidak masuk sekolah. Alasan Rahel tidak masuk itu cuma 1, kalau libur. Sakit tidak menjadi alasan Rahel untuk tidak masuk sekolah.

Ingin rasanya Mira menelepon Rahel, tapi rasa gengsi mampu mengurungkan niatnya itu.

"Gue harap lo gak apa-apa Hel," gumam Mira.

"Ahh!" Revan berdecak. Penghapus papan tulis mendarat mulus di kepalanya.

"Kenapa? Sakit?" tanya Bu Nita.

"Kenapa Ibu lempar saya?" tanya Revan balik.

"Kenapa kamu melamun dari tadi? Saya tidak suka kalau kamu tidak fokus saat belajar."

Semua pandangan kini menatap ke arah Revan. Wajar kalau Revan tidak mengetahui sikap Bu Nita, Revan 'kan murid baru.

Bu Nita adalah guru yang tidak suka jika siswanya tidak fokus saat belajar. Beliau tergolong guru yang tegas. Dan, hampir semua guru di SMA Nusa Bangsa adalah sosok yang tegas.

"Tidak ada cara lain untuk menegur, Bu?" tanya Revan.

"Semua siswa sudah tahu apa resiko kalau tidak fokus di mata pelajaran saya!"

"Sayangnya saya belum tau, Bu. Saya murid baru di sini." Ya, itu adalah kata-kata andalan Revan. Murid baru.

Mira menatap ke arah Revan sambil menggeleng.

"Dengan ini, kamu jadi tau, 'kan?" tanya Bu Nita tegas.

"Iya Bu. Maaf karena tidak menghargai Ibu."

"Bagus. Sekali lagi kamu melamun saat saya mengajar, jangan pernah masuk di kelas saya lagi!" tegas Bu Nita.

"Iya, Bu."

Revan memang tidak terima jika ia diperlakukan seperti itu. Tapi di sisi lain ia sadar, kalau ia memang salah. Pikirannya benar-benar tidak fokus. Di mana Rahel?

***

Bi Ana tidak tahu harus melakukan apa. Rahel tidak ingin dibawa ke rumah sakit, padahal suhu badannya sangat panas. Rahel juga melarang Bi Ana untuk menelpon ayahnya.

Tapi syukurlah, Bi Ana sudah kembali dari kampung sejak kemarin. Kalau tidak, Rahel harus menahan sakit sendiri.

"Bibi beliin obat ya, Non?"

"Gak usah, Bi."

"Tapi deman non Rahel semakin tinggi," ucap Bi Ana khawatir.

He is RevanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora