20. Bolos

3.5K 144 12
                                    

Now Playing : Kau Harus Bahagia - Sammy Simorangkir

💎💎💎

"Jangan terlalu serius menjalani hidup. Kadang hidup harus dinikmati untuk menghilangkan rasa jenuh."

***

Pagi itu, Revan sengaja datang lebih awal. Dia berniat untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya kemarin di perpustakaan.

Matanya tertuju pada Rahel yang sedang duduk di pojok perpustakaan sambil membaca buku. Revan memutuskan untuk menghampirinya.

"Hai," sapa Revan sambil duduk di kursi yang ada di depan Rahel.

"Tumben ke perpus," sindir Rahel.

"Gak belajar sama lo sih kemarin."

"Biasanya juga gak ngaruh buat lo," ucap Rahel yang tetap fokus pada buku yang dibacanya.

"Rahel, Rahel, dan Rahel. Lo kan udah pinter ngomong sekarang, udah gak irit ngomong lagi. Nah, gue juga mau berubah. Gue mau jadi pinter. Biar kita sama-sama berhasil," tutur Revan.

"Oh gitu?"

"Trus lo nulis apa di jurnal kemarin?"

"Revan gak ngajak belajar."

"Oh, jadi lo nunggu gue ngajak? Gengsi ya kalau lo yang ngajak gue?"

"Gue males aja ngajak lo. Lo kan keras kepala," sindir Rahel.

Revan menepuk tangannya sambil menggeleng-geleng kepala.

"Kenapa lo?"

"Gue emang guru terbaik. Gak butuh sebulan, murid gue udah pinter ngomong."

"Udah ah. Kalau lo mau belajar, belajar aja. Gak usah ganggu gue, gue lagi fokus."

"Jangan terlalu fokus, Hel. Otak gak bisa dipaksain," kata Revan.

"Jangan ganggu gue. Bentar lagi ujian, gue gak mau prestasi gue menurun. Tambah lagi gue gak sekolah kemaren."

Revan yakin, ini bukan kemauan Rahel untuk belajar. Ini pasti adalah paksaan dari Papa Rahel.

Flashback On

Dengan terpaksa, Revan keluar dari kamar Rahel. Bi Ana ternyata sudah menunggunya di ruang tamu.

"Maafkan tuan ya, Mas," ucap Bi Ana.

"Gak apa-apa. Papa Rahel emang tegas ya, Bi?"

"Iya Mas. Tuan teh selalu maksa non Rahel buat belajar. Saya sering kasian sama non Rahel. Dia sering sakit kepala karena selalu dipaksa buat belajar," ungkap Bi Ana.

"Oh ya? Kenapa gitu?"

"Karena tuan pengen anaknya supaya jadi yang paling pinter di sekolah. Gak tahu kenapa," jawab Bi Ana.

Revan mengangguk paham. "Ya udah, saya pamit ya, Bi."

Flashback Off

He is RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang