24. Last?

3.2K 129 15
                                    

"Setelah perpisahan ini, aku harap kamu akan jadi orang yang jauh lebih baik lagi."

-Rahel

***

Revan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Pikirannya berkecamuk. Bukankah dia menginginkan hal ini sejak awal? Tapi, kenapa dia merasa sakit ketika harus berhenti belajar dengan Rahel, apalagi berhenti bersahabat dengan gadis itu?

Ponsel Revan berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Dan, nama Bu Ratna tercetak di layar ponselnya.

"Selamat sore, Bu," ucap Revan memberi salam.

"Revan, maaf Ibu tidak tahu tentang apa yang terjadi. Ibu tidak masuk sekolah dua hari ini karena ada urusan yang tidak bisa Ibu tinggal," ucap Bu Ratna.

"Its okay, Bu."

"Ibu kecewa karena kamu berhenti belajar sama Rahel. Tapi, mungkin ini yang terbaik."

"Saya pikir, ini yang terbaik. Toh, ini juga kesalahan saya."

"Tapi, Ibu harap. Kamu akan jadi yang lebih baik setelah ini. Kamu bisa, 'kan?" tanya Bu Ratna.

"Pasti bisa, Bu."

"Ya sudah. Semangat ya."

"Tentu."

Tut.

Revan kembali melemparkan ponselnya asal. Dia memutuskan untuk menyalakan TV, berharap hal itu akan sedikit menghiburnya.

Ponselnya berbunyi singkat, tanda ada pesan masuk.

Guru Privat

Mau ketemuan?

Buat apa?

Belajar.

Gak usah

Kenapa? Ini untuk terakhir kalinya

Gue harus terbiasa belajar sendiri. Harusnya lo ngerasa bebas sekarang

Gue tunggu nanti malam di kafe biasa

Gue gak mau

Pokoknya gue tunggu lo di sana. Terserah lo mau datang apa kagak

Jangan nekad

Rahel tidak membalas pesan dari Revan.

"Keras kepala," gumam Revan.

***

Tasya memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba. Hal itu dikarenakan ada motor sport berwarna putih yang menghadang jalannya.

"Apaan sih!" Tasya mendesah sambil memukul stir mobilnya.

Pemilik motor sport berwarna putih itu, segera turun dari motornya untuk menghampiri Tasya.

He is RevanWhere stories live. Discover now