30. Salah Paham

3.1K 123 4
                                    

"Jangan cepat menyimpulkan sesuatu yang tertangkap oleh mata. Kadang, mata tidak bisa mengerti apa yang terjadi sebenarnya."

***

Setelah mandi, Revan memilih untuk menghabiskan waktunya dengan menonton TV.

Minuman coca-cola dan setoples keripik singkong menemaninya untuk menghabiskan waktu di rumah saat ini.

DRTDRTDRTDRT

Ponsel Revan bergetar, sebagai tanda kalau ada telepon masuk.

"Unknow number," gumam Revan.

Revan pun menghiraukan ponselnya yang terus berbunyi. Ia begitu menikmati hal yang sementara dilakukannya saat ini.

DRTDRTDRTDRTDRT

Ponselnya terus bergetar, membuat si pemilik ponsel memutar bola matanya malas.

Revan akhirnya mengangkat telepon itu, berharap orang itu tidak akan menghubunginya lagi. Siapa pun dia, Revan tidak ingin diganggu saat ini!

"Halo, ini siapa?" tanya Revan to the point.

"Gue Bagas, Van. Lo lagi di mana?" tanya orang dibalik telepon itu, yang diketahui bernama Bagas.

"Oh, Bagas. Gue lagi di rumah nih, kenapa?"

"Hm, bisa gue ke rumah lo?"

"Buat apa?" tanya Revan bingung.

"Ada yang pengen gue omongin ke lo," jawab Bagas.

"Serius amat. Ya udah, gue tunggu."

"Oke."

Setelah mengakhiri pembicaraan via telepon, Revan pun meletakkan ponselnya di atas meja. Ia kembali fokus menonton film kartun Doraemon.

DRTDRTDRTDRT

Revan kembali memutar bola matanya jengah. Nomor yang tidak dikenal kembali menghubunginya. Kali ini, dia yakin kalau itu adalah Bagas. Pasalnya, ia lupa menyimpan nomor Bagas.

"Kenapa lagi sih, Gas? Kalau mau dateng, dateng aja," ucap Revan malas.

Hening. Tidak ada jawaban dari orang dibalik telepon itu. Revan menjadi bingung.

"Halo, Bagas?"

"Revan."

Mata Revan mendelik saat mendengar suara itu. Itu bukan suara Bagas. Revan yakin akan hal itu, karena suara dibalik telepon itu adalah suara perempuan. Dan suara itu sudah tidak asing lagi di telinga Revan.

"In-ini siapa?"

Tut.

"Halo? Hei, ini siapa?"

Revan mendengus kesal karena orang itu dengan tiba-tiba mematikan sambungan telepon.

Revan mencoba untuk menghubungi nomor itu berkali-kali, tapi selalu ditolak. Ia berusaha mengingat suara itu, suara yang tidak asing lagi baginya.

He is RevanWhere stories live. Discover now