21. Thank You

3.2K 143 3
                                    

Now Playing : Aku Memilih Setia - Fatin

💎💎💎

"Kamu benar. Hidup itu seru. Terima kasih karena kamu sudah menjadi alasan untuk membuat hidupku menjadi sangat seru."

-Rahel

***

Revan merasa mual setelah turun dari rollercoaster. Rahel tertawa terbahak-bahak melihat wajah Revan yang sangat pucat.

"Payah," ucap Rahel sambil menyentil hidung Revan dengan jari telunjuknya.

Revan menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya. Hal itu dilakukannya selama beberapa kali. Rollercoaster membuatnya hampir mati. Ia tidak menyangka kalau rollercoaster akan semenantang itu.

"Kalau tadi gue mati, gak akan ada yang bakal anterin lo pulang," ucap Revan sambil menyugar rambutnya menggunakan tangannya.

"Gue bisa naik taksi."

"Ya udah, lo pulang naik taksi," ucap Revan sambil menaiki motornya.

"Oke. Tapi, temenin gue makan dulu, maag gue kambuh nih."

Dengan sigap, Revan langsung turun dari motornya. Ia takut jika terjadi apa-apa dengan Rahel.

"Maag lo kambuh? Cari obat dulu ya, abis itu kita cari makan. Tapi setaunya gue, kalau maag minum obat dulu," ucap Revan khawatir.

Rahel menatap Revan bingung. Kenapa Revan sangat khawatir saat Rahel mengeluh sakit maag?

"Gue bawa jaket." Revan membuka tas ranselnya, mengeluarkan jaket jeans andalannya, kemudian memakaikan jaket itu kepada Rahel.

"Apa lo naik taksi aja ya? Kalau naik motor dingin. Gimana?" tanya Revan.

Bukannya menjawab, Rahel justru tertawa melihat Revan yang sedang khawatir. Hal itu membuat Revan menautkan kedua alisnya bingung.

"Lo ngerjain gue?" tanya Revan.

"Gak. Serius, maag gue kambuh," ucap Rahel sambil menahan tawa.

"Trus kenapa lo ketawa?"

"Lo khawatir atau lo takut disalahin kalau gue kenapa-napa?" Pertanyaan Rahel barusan bertujuan untuk mengetahui apakah Revan benar-benar khawatir dengan keadaannya atau tidak.

"Iya. Gue takut disalahin nanti. Hari ini, lo adalah tanggung jawab gue."

Deg.

Senyuman di wajah Rahel perlahan memudar. Dia terlalu berharap kalau Revan benar-benar memperhatikan keadaannya.

Apa gak ada sedikitpun rasa khawatir lo sama gue? Batin Rahel.

Lo gak peka ya, Hel? Gue khawatir, Hel. Gue gak mau lo kenapa-napa. Batin Revan.

Rahel mengeluarkan obat dari dalam tasnya. Obat itu kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Nih," ucap Revan sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Rahel.

"Makasih."

He is RevanWhere stories live. Discover now