Third Person's POV
Jungkook sedang berlatih untuk kesekian kali nya. Ia terus menari sampai menurutnya gerakan itu sempurna. Dentuman musik terdengar di penjuru lorong gedung Big-Hit Entertaiment. Keringat bercucuran di pelipisnya.
Kerongkongannya sudah terasa kering. Sudah 2 jam lamanya ia berkelut dengan gerakan break dance untuk konsernya mendatang. Jungkook berjalan untuk mengambil minuman dingin dari vending machine. Ia memasukkan beberapa uang kertas ke alat itu.
Jungkook beralih mengambil minuman dinginnya dari bawah vending machine, dan ketika ia melakukannya. Gelang pemberian yeonji pun tersangkut. Mau tidak mau ia harus menggunting gelang berbahan benang tersebut menjadi 2. "Yeonji-ah, mianhae aku harus menggunting gelang pemberianmu."
Hari ini firasat jungkook kurang bagus. Tapi ia menghiraukannya, karena dia berpikir bahwa itu hanyalah hayalan semata. Sampai saat ini jimin tidak memberitahukan jungkook akan kejadian kemarin. Jimin tidak ingin menganggu konsentrasi seorang Jeon Jungkook dalam berlatih.
***
Kemarin
"Yeonji-ssi... ku mohon jangan sekarang kau meninggalkanku. Jangan..."jimin membatin. Saat ia beranjak pulang, ternyata handphonenya berdering diatas bangku mobil yang sudah ditinggalkannya selama berpuluh-puluh menit lamanya.
Jimin membuka pintu mobil nya tersebut. Ternyata sudah 10 misscall dari jaehyun. Jimin pun mengangkat telfon yang masih tersambung dengan penelfonnya. "Yeoboseyo, jaehyun-ie??"
"Oppa, yeonji noona..."
"Ada apa dengan noonamu??jaehyun jelaskan padaku."
"Yeonji noona, ada di rumah sakit. Tadi kamar sebelah apartmentnya terbakar habis. Aku langsung mencari noona dengan cepat dan membawanya ke rumah sakit. Bila aku telat menyelamatkan noona, mungkin ia akan berakhir seperti tetangganya yang terbakar habis."
"Lalu??"
"Dokter bilang yeonji noona-"
"Mengapa kau berenti jaehyun?? Katakan saja."
"Jadi begini, hyung. Dokter bilang bahwa noona ku mengindap asma dan...."jaehyun menggantungkan kalimatnya. Mencoba untuk menjadi kuat. Berharap orangtua nya kembali dari Australia. "...gagal ginjal."
***
Jaehyun menyipitkan matanya saat melihat keadaan depan gedung apartment tempat tinggalnya dikerumuni banyak orang. Matanya tertuju pada 1 kamar di lantai atas. Jaehyun menghitung dari lobby hingga lantai yang ditujunya itu.
Lantai 5... kata itulah yang terjebak dalam benak jaehyun. Yang ia pikirkan hanyalah keadaan noonanya. Ia berlari sekencang mungkin. Mendobrak pintu dengan sangat kencang. Ia membelakkan matanya, separuh kamar apartment yang sangat besar itu sudah dipenuhi api yang mulai menjalar kearah noonanya.
"Noona!!!"pekiknya. Karena baju yeonji yang tersangkut meja. Jaehyun agak kesulitan untuk membantu noonanya. Terdengarlah suara dari telefon yeonji. "Yeonji-ssi, bertahanlah."
"Itu jimin hyung."batin jaehyun. Jaehyun pun menarik baju noonanya itu dari kaki meja. Yeonji ditopang oleh adik satu-satu nya itu. Yang tidak berdua mereka ketahui bahwa yeonji mengalami asma yang cukup parah. Penyakit asma ini sudah sering terlihat, tapi yeonji berpikir bahwa ini hanyalah penyakit biasa.
Jaehyun turun ke lobby dengan jalur emergency exit. Melihat penuhnya manusia di bagian pintu utama, jaehyun lebih memilih untuk memakai jalur samping. Saat itupun ia langsung menaruh noonanya di mobil bagian tengah.
Saat ini noonanya sudah tak sadarkan diri. Asma nya pasti kambuh. Dan, bagaimana dengan penyakit gagal ginjalnya yang sudah dideritanya bertahun-tahun lamanya.
***
Sebuah pertanyaan yang terlontar dari benak jimin. Haruskah aku mendonorkan ginjalku demi yeonji?
***
Haii semuaa... gimana nih lanjutannya? Kalo penasaran, ditunggu next chapternya ya. Kalo misalnya ada typo sorry banget. Jangan lupa vote sama comment nya ditunggu.
YOU ARE READING
Hoping For More Good Days (그래도 좋은 날이 더 많기를) ✔
FanfictionNa Yeonji, putri sulung dari seorang pengusaha terkenal di kota ginseng. Darah campuran yang ia miliki berasal dari kedua orangtuanya yang memiliki gen berbeda. Darah Australia dari mommynya dan Korea dari appanya. Ia terjerat dalam suatu kejadian y...
