17. Tear

32 7 2
                                        

Third Person's POV

Suara alat pendeteksi denyut jantung membuat yeonji tersadar. Sudah tidak ada cahaya matahari yang sebelumnya ia lihat sebelum yeonji merasakan pening yang mendalam.

Sampai saat ini, yeonji belum mengetahui maksud dari secarik kertas dan kenyataan ia berada disini. Ia pun memejamkan mata nya perlahan dan mencoba mengigat sebagian ingatannya yang kemarin tercipta di benaknya.

Apa itu ARMY?

Mengapa aku meneriakkan nama 7 lelaki dan ada jimin dan jungkook oppa disana?

BTS?? Apa itu?

Bangtan sonyeondan?

Yeonji mencoba untuk menggabungkan ingatannya satu persatu seperti puzzle yang harus ia selesaikan. Dan yeonji pun tersenyum cerah, ia mengerti inti dari semua teka-teki ingatan yang terus terulang ini.

"Mungkin, BTS adalah nama group dan 7 lelaki itulah membernya, dan ARMY... nama fandom."yeonji berbicara kepada dirinya sendiri. "Dan jungkook dan jimin oppa adalah seorang idol?!?"yeonji melanjutkan kalimatnya yang sempat terhenti.

Ia sudah muak dengan semua ini, "Aku mengigat semua tentang kediamanku, keluargaku, namaku, serta masa laluku bersama yeonjae. Tapi mengapa aku melupakan 1 hal ini tentang jimin dan jungkook oppa??"

Yeonji sudah lelah, dan sekarang ia cepat merasa mengantuk mungkin akibat salah satu obat yang ada di tabung infus. Gadis ini pun kembali memejamkan matanya, berharap yang terbaik untuk kedepannya. I'm hoping for more good days.

***

"Yeon-ie!!! Kau tidak akan bisa menangkapku... hahahaha." Ucap seorang laki-laki yang berlarian di atas padang bunga yang luas.

"Oppa... tunggu aku. Hosh...hosh. Aku lelah."gadis satu inipun menimpali. Mereka terlihat sangat bahagia seperti 2 insan yang diciptakan Tuhan untuk bersatu.

"Yeon!! Ayo kejar!" Teriaknya. "Oppa! Tunggu!"ucap sang gadis sembari mengusap pelan keringat yang ada di pelipisnya.

"Yeonji! Sini!"kembali terdengar teriakkan seorang dari kaum adam kepada gadis yang bernama yeonji tersebut.

Yeonji segera berlari kesana kemari. Namun hasilnya nihil. Laki-laki tersebut tidak ada sepanjang mata memandang. Bahkan suaranya sudah tidak kembali terdengar.

"JIMIN OPPAA..!!"

"JIMIN OPPA... JANGAN TINGGALKAN AKUU"

"JIMIN OPPA...!!!"teriak yeonji untuk yang ketiga kalinya, namun tidak ada jawaban. Ia mulai lelah dan akhirnya tertidur dibawah cahaya terik dari matahari.

Namun kembali terdengar samar-samar suara dari seorang park jimin. Suara itu muncul dan kemudian menghilang dan terus terulang seperti itu. "Yeonji aku harus pergi."

"Oppa?? Dimana kau? Kumohon jangan tinggalkan aku."

"Aku tidak bisa, mianhae..."suara ini muncul kembali beserta empunya dan kemudian hilang sebelum yeonji dapat memeluk pemilik suara ini.

"Jaga ginjalku baik-baik, semoga kau bahagia. Saranghaeyo yeonji-ssi. Jangan mencariku kembali, aku akan selalu ada di hatimu. Aku sudah memilih akhir hidupku. Aku tidak menyesal pernah mengenal sesosok cantik nan lembut sepertimu. Annyeong..."sebuah senyuman tercipta di bibir laki-laki yang dipanggil jimin oppa oleh yeonji.

***

Yeonji menggelengkan kepalanya kuat. Dan ia mulai tersadar bahwa ada adik kesayangannya tertidur disebelah tepi ranjang dan mendengkur halus.

"Jaehyun-ie... bangunnn. Jaehyun kumohon bangunlah. Na. Jae. Hyun. Bangunlahh."ucap yeonji dengan penekanan di setiap katanya. Jaehyun agak sedikit bergerak dan mulai membuka kedua kelopak matanya yang indah, mengigatkan yeonji akan yoonjae.

"Ne, noona?"suaranya serak khas suara bangun tidur.

"Kumohon, ceritakan semua yang terjadi. Dimana jimin oppa?!?"

"Jimin oppa-"

***

Don't forget to vote and comment. Author tau kok ceritanya makin ga jelas ya? Adakah yang masih nungguin cerita ini? Makasih yang udh setia baca cerita ini dari awal. Author berusaha yg terbaik buat bikin part yang bagus. See u in the next chapter readers...

Hoping For More Good Days (그래도 좋은 날이 더 많기를) ✔ Where stories live. Discover now