20. Childhood Friend

46 10 5
                                        

Hyunwoo POV

Namaku Jeon Hyunwoo, atau biasa dipanggil Henry Wards oleh teman-temanku di Sydney itu memang nama keduaku. Berbeda dengan yeonji, aku berdarah campuran Belgia yang diturunkan kedua orangtuaku. Entah kebetulan atau tidak, halmeoniku dan halabeojiku berdarah campuran korea-belgia.

Dulu aku dan yeonji pernah berbagi kisah masa kecil yang tak akan pernah terlupakan. Bermula dari kedua appa kita yang bersahabat, dan juga kedua eomma kita pernah sekelas sewaktu sekolah dasar.

Mungkin ini takdir. Dan akan aku ceritakan sepenggal masa kecilku bersama gadis cantik bermarga Na ini.

***

13 Years Ago

"Hyunwoo.."

"Yeonji.."

"Hm.. kamu duluan aja yang ngomong. Nanti aku lanjutkan."tukas yeonji.

"Jadi gini, aku cuman mau bilang ke kamu. Kalo aku seneng bisa temenan sama kamu yeon-ah. Mianhae, kalo suatu saat nanti aku ngga bisa nemenin kamu terus. Keep smiling, demi aku."

"Kok kamu ngomong gitu sih? Kita akan selalu sama-sama, aku gamau pisah sama kamu. Kamu itu sahabat terbaik aku. Kalo misalnya kamu ninggalin aku, aku bakalan marah sama kamu. Jangan ninggalin aku seperti yoonjae ninggalin kita ya? Please..."

Aku hanya tersenyum halus menanggapinya. "Iya yeonji..."aku hanya mengiyakan atas permintaan gadis lugu ini.

***
Dan akhirnya hari yang selama ini aku hindari perlahan datang. Appa menyuruh aku dan eomma untuk pergi ke Sydney. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hari ini akan terjadi. Aku akan meninggalkan gadis menawan yang sudah menjadi teman sedari kecilku.

Jujur, aku menyukainya dari pandangan pertama. Dan semakin aku mengenalnya, rasa suka ku terhadapnya terus bertumbuh. Mungkin ini akan jadi hari terakhir aku melihatnya. Jika Tuhan menghendaki, mungkin aku akan bertemu dengannya lagi.

Tapi itu terdengar mustahil. Appa pasti akan selalu menetap di Sydney. Aku hanya bisa menerima tanpa kata perlawanan. Karena aku tau alasan mengapa appa dan eomma memutuskan untuk pindah jauh dari Seoul.

Aku akan merindukan kota ini. Kota penuh kenangan antara aku dan yeonji. Dulu, aku sangat menyesal telah meninggalkan korea disaat yeonji membutuhkanku. Hari dimana yoonjae menghembuskan nafas terakhirnya di bumi ini, aku pergi ke Sydney untuk mengecek rumah baruku disana.

Sebetulnya keluargaku sudah merencanakan ini sedari lama. Kalau aku diberi satu permintaan terakhir sebelum aku meninggalkan korea, aku sangat ingin orangtuaku melupakan rencana mereka ini. Aku tidak ingin meninggalkan yeonji yang masih rapuh. Walaupun sudah 3 tahun kepergiaan yoonjae, yeonji masih terkenang akannya.

Sore hari nanti aku akan pergi. Meninggalkan semuanya. Aku hanya butuh yeonji saat ini. Aku beranjak pergi ke rumah yeonji yang berada 2 blok dari rumahku. "Ttok...tok.. yeonji-ssi!!!" Pekikku.

"Ne, hyunwoo-ah!!!"ku dengar teriakkan suara seseorang yang tidak asing dari dalam rumah. Ku perlihatkan tersenyum terbaik yang ku miliki. Akan ku kugunakan waktu akhir ini sebaik-baiknya. Oh Tuhan tolonglah batalkan rencana appa dan eomma.

Aku menuju tempat yang telah kupersiapkan. Surprise terakhir yang akan aku berikan untuk yeonji. Seokcheon Lake yang sebelumnya terlihat agak membosankan mulai ku sulap menjadi tempat penuh bunga mawar putih. Bunga favorite yeonji. Aku akan selalu mengigatnya.

"Woww.. kau merencanakan ini semua hyunwoo-ssi?"mata gadis ini berbinar. "Ah, aniyo. Mungkin seorang stranger yang menyiapkan ini untuk gadis cantik."

"Ohh.. nugu? Ah beruntungnya gadis itu."yeonji mulai tertunduk. "Hey.. don't be sad. Menurutmu siapa lagi yang cantik disini? Ya, hanya kamuuu. Na yeonjiiii yang paling cantik. Kau suka kejutannya?"

"Hahaha... i'm so glad that i know you. You're the best. Thank you so so so so much. I really love this and specially the white roses. I hope you can always be in my side."

"I hope so.."ucapku pelan. "Hyunwoo-ah, apakah kau mengucapkan sesuatu?"yeonji menyadarinya. "Ani."jawabku.

Aku mengeluarkan kado terakhir di hari ini. "Yeonji."aku mengeluarkan sebuah kalung emas putih dengan hiasan kepala kelinci yang menyempurnakannya. "Ya!! Kau bahkan memberikanku ini?? How can i say thak you?"mata yeonji mulai sedikit berkaca-kaca dan aku beranjak memeluknya .

"Claire.. don't cry. Just smile for me okay?"

Claire Jade Carlent, mungkin kalian tidak mengenalnya. Seperti yang kalian tau, mommynya yeonji berasal dari Australia. Keluarga mommy nya kesulitan untuk menyebutkan nama yeonji dengan benar. Dan akhirnya nama ini dibuat saat yeonji berumur 2 tahun.

Begitu juga untuk yoonjae, Clave Jaden Carlent. Aku sempat berfikir, mungkin aku salah menyebut nama lain dari yeonji. Ia sudah membuang nama itu jauh-jauh agar tidak mengigat yoonjae kembali.

Matahari yang sebelumnya menampakkan dirinya penuh, sekarang mulai turun ke ufuk barat. Tidak terasa aku sudah memeluk yeonji cukup lama. "Hyunwoo-ya. Aku mengantuk, ayo kita pulang."

Sebelum yeonji menapakkan kakinya di tanah. Aku sudah menggendongnya di punggungku. Ia terus tertawa selagi meronta agar aku menurunkannya. Kami tertawa ria hingga sapai di rumah yeonji. Aunty Carol tersenyum melihatku bercanda dengan yeonji di depan pintu rumahnya. "Hi aunty.."

"Hi Henry. Thanks for keeping my Claire stay happy."

"Yeah, noprob aunty. Nice to meet you. I'm going home now. Byee Claire, bye aunty. Annyeong."

Aku berjalan lesu, semangatku sudah hilang sekarang. Ku lihat eomma dan appa sudah menungguku di depan teras rumah. "Hyunwoo, kajja. Taxi sudah menunggu di depan."

"Ne, appa. Can i see my room for the last time? Please.."

"Yeah, but fast okay?"aku segera berlari ke lantai 3 rumahku, dimana kamarku berada. Ku perhatikan setiap sudut kamarku yang sudah ku tempati dari umurku 5 tahun. Coretan-coretan yang aku dan yeonji buat. Boneka kelinci putih dengan kemeja biru langit yang yeonji berikan padaku. Dan akhirnya, frame photo sederhana dengan warna hitam di nakas sebelah ranjangku.

Memperlihatkan foto aku, yeonji, dan yoonjae di umur kami yang menginjak 7 tahun. Cairan bening mencelos dari pelupuk mataku. Aku segera menghapusnya kasar. "Hyunwoo-ya, kuatkanlah dirimu. Demi appa dan eomma, tersenyumlah!!" Aku mengigatkan diriku sendiri.

***

Aku sedikit kecewa karena kemarin yeonji melupakanku. Aku hanya mencoba untuk tetap berpikir positif. Aku dan yeonji sudah lama berpisah. Mungkin karena itu ia melupakan wajah ataupun namaku.

Itu tidak masalah. Aku masih senang karena aku tau ia masih bernafas di bumi ini. Masih bisa melihat matahari yang sama denganku. Mungkin sebagian dari kalian penasaran mengapa aku kembali ke Seoul setelah sekian tahun ini. Akan aku ceritakan lain kali, ok?

Baiklah ini sekian cerita dariku. Aku masih punya perasaan yang sama terhadap yeonji. Aku rindu dengan yeonji yang dulu, dirinya yang masih lugu.

***

Part ini gimana?? Akhirnya mistery personnya keungkap. Hyunwoo mirip banget sama jimin... bisa gak ya dia gantiin posisi jimin atau kookie? Ditunggu next chapternya yaa. Jangan lupa pencet bintangnya. Tengkyu

Hoping For More Good Days (그래도 좋은 날이 더 많기를) ✔ Where stories live. Discover now