BAB 4 -PERMINTAAN-

321 62 87
                                    

Jangan lupa tekan bintangnya.... Dan isi kolom komentarnya.... Hatur nuhun sadayanaaa 😆😆😆
















Di kelas, Yasmine sibuk membaca buku sambil mendengarkan satu-satunya lagu yang ada di playlist ponselnya. Heartbeat – Christhoper. Lagu yang selalu membuatnya tenang. Dan tidak ada lagu lain yang akan menambah stok lagu di playlist-nya. Kecuali jika ia menemukan lagu yang cocok di telinganya setelah Little Things dan Heartbeat.

“Lagi baca apa, Yas? Novel ya?” Tobi duduk di kursi Rara. Yang kebetulan pemiliknya sedang tidak ada.

Yasmine mendengarnya, hanya saja dia malas untuk menanggapi.

“Lo kenapa, sih, sering banget diem? Ditanya diem, digombalin diem, dinyanyiin juga diem. Apa kalau ditembak juga lo bakal diem?”

Yasmine bergeming. Dia mengabaikan Tobi dan lebih memilih untuk fokus membaca. Meski telinganya tersumpal earphone, dia masih bisa mendengar kebisingan di sekitarnya. Termasuk ocehan Tobi yang menurutnya sangat tidak penting.

“Gue manusia paling ganteng kayak gini masih aja didiemin sama manusia secantik lo? Demi apa, Yas?!” seru Tobi. “Hampir tiga semester gue kenal lo, lo sama sekali belum ada perubahan? Gilak!”

Lagi, Yasmine masih bergeming.

“Nggak bosen apa stuck terus? Move kali, Yas. Biar hidup lo makin berwarna. Biar semua orang bisa lihat ekspresi lo yang lain. Yang kalau bahagia, ya, ketawa. Kalau sedih, ya, nangis. Jangan bahagia, sedih, kecewa, malu, bete, ekspresinya itu-itu aja. Datar.”

Gedek, enek, mual. Itu yang dirasakan Yasmine saat ini.

“Lo itu satu-satunya manusia paling cuek yang pernah gue kenal. Cueknya lo itu bikin greget. Gemes. Bikin gue makin bawel kalau ngomong nggak disahutin.”

Kalau sudah begini, Yasmine akan menganggap Tobi hanya sebatas angin lewat.

“Gue yakin, sebenernya lo itu dengerin gue kan? Cuma lo males aja buat nyahut,” tebaknya. “Kalau lo punya pacar, apa sanggup, ya, pacar lo dicuekin abis-abisan kayak gini? Apa dia betah? Apa dia nggak akan berpaling? Bukannya manusia juga punya titik lelahnya ya? Kalau pacar lo itu lelah ngadepin lo yang nggak banyak ngomong, terus gimana hubungannya? Hancur? Terus musuhan karena diputusin secara sepihak? Aduh, drama banget.”
Yasmine menoleh. Melihat Tobi yang kini wajahnya mulai kesal karena tidak mendapat tanggapan apa pun darinya.

“Lo curhat?”

Tobi menoleh. Mendapati Yasmine yang tengah menatapnya dengan ekspresi wajah yang seperti biasa. Datar.

“Iya! Ngeluarin uneg-uneg gue selama ini buat lo!” Tobi mengalihkan pandangannya ke depan kelas. Dia malas melihat wajah Yasmine yang menurutnya sangat membosankan. Karena ekspresinya itu-itu saja. Percuma kalau cantik tapi enggak pernah senyum. Enggak pernah ketawa. Cantiknya juga pasti bakal hilang.

“Dunia ini penghuninya banyak, Yas. Nggak cuma satu, dua orang aja. Dan semuanya pasti saling membutuhkan satu sama lain. Mereka nggak bisa bergerak sendiri. Dan diantara mereka juga gue yakin ada yang sama kayak lo. Nggak suka keramaian dan lebih suka menyendiri. Tapi bukan berarti lo harus menghindar dari orang-orang yang care sama lo. Mungkin, lo nggak tahu kalau di luar sana banyak banget orang yang sayang sama lo. Yang nggak mau lo kenapa-napa. Termasuk gue.”

Yasmine mendengarkan begitu jelas setiap perkataan Tobi. Cowok itu memang terlihat sangat care padanya. Bahkan, dia mampu membuat Yasmine berpikir keras tentang perkataannya yang terkadang mencubit hatinya.

Tobi menoleh. Dia melihat iris mata Yasmine yang berwarna cokelat. Tampak indah jika dilihat dari jarak yang dekat.

“Yas, gue boleh minta satu hal sama lo?”

Yasmine menaikkan satu alisnya. Dia menunggu apa yang diucapkan Tobi selanjutnya tentang permintaannya itu. Dia berharap, Tobi tidak akan meminta hal yang aneh-aneh padanya.

“Gue minta ... lo masuk tim hoki putri ya? Anggotanya kurang satu. Dan nggak lama lagi mereka ada pertandingan bersaudara sama SMA sebelah. Lo mau kan?” Tobi nyengir. Padahal sebelumnya wajahnya terlihat serius ketika ingin meminta suatu hal dari Yasmine.

Tentu saja permintaannya itu langsung dihadiahi tatapan tajam dari Yasmine. Pasalnya, Yasmine memang tidak mau ikut ekstrakurikuler apa pun di sekolah. Bahkan jika ada acara di sekolah saja, dia jarang hadir. Semacam pensi, persami, atau lainnya.

“Lo ngomong panjang lebar kayak orang curhat, terus ujung-ujungnya minta gue masuk tim hoki?” tanya Yasmine tampak menahan emosi. “Otak lo di mana?”

❄❄❄

Yasmine bersikap bodo amat dengan permintaan yang diajukan Tobi tadi saat di kelas. Mau cowok itu memaksanya dengan cara apa pun, dia tetap tidak akan mau. Karena untuk apa, sih, ikut ekskul? Lagi pula, Yasmine hanya ingin fokus belajar dan tidak ingin melakukan kegiatan lain yang mungkin saja bisa mengganggu rutinitas belajarnya.

Sesuai yang disampaikan ketua kelas padanya, setelah istirahat Yasmine harus ke ruang guru untuk menemui Bu Linda. Dia sudah tahu maksud Bu Linda memintanya untuk ke ruang guru. Pasti akan membahas hal yang sama. Lagi dan lagi.

Yasmine mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Lalu Bu Linda langsung menyuruhnya untuk duduk di sofa yang berada di dekat pintu masuk ruang guru.

“Tunggu sebentar, Yas.”

Yasmine hanya mengangguk. Dia mengamati seisi ruang guru yang memang tidak ada perubahan sejak dia menginjakkan kakinya di sekolah ini. Mungkin yang berubah hanyalah wajah-wajah guru baru saja yang belum lama ini mengajar dan menggantikan beberapa guru yang sudah resign.

“Yasmine, kamu nggak lupa, kan, tentang permintaan Ibu yang waktu itu?” tanya Bu Linda yang kini sudah ikut duduk bersama Yasmine. Mereka duduk berseberangan.

Yasmine menggeleng kecil. Kemudian fokus lagi ke Bu Linda.

“Kapan kamu mau menyetujuinya? Bukannya ini peluang untuk kamu?”

Yasmine menghela pelan. Dia masih mengunci suaranya.

“Yasmine, tidak baik jika kamu terus mengulur-ulur waktu. Apalagi waktu yang kamu punya saat ini tidak banyak. Jika kamu menyetujuinya, maka Ibu dan pihak sekolah akan siap membantu kamu. Ini tinggal dari kamunya aja, sudah setuju atau belum?”

“Kapan?”

“Bulan Desember, Yasmine. Dan kamu tidak punya banyak waktu lagi. kamu harus segera memutuskan,” sahut Bu Linda. “Hanya kamu yang bisa kami harapkan di sekolah ini, Yasmine.”

Melihat Bu Linda yang sangat berharap banyak padanya, tentu saja menimbulkan dilema di lubuk hatinya yang paling dalam. Yasmine merasa belum siap. dia juga merasa sudah cukup untuk tidak lagi melakukan hal yang sama seperti saat SMP dulu. Tapi, Yasmine juga tidak ingin mengecewakan pihak sekolah yang sudah menaruh harapan besar padanya.

“Saya coba pikir-pikir lagi, Bu. Jika sudah siap, saya akan beritahu Ibu.”

Bu Linda tersenyum. “Ibu harap, kamu akan setuju dengan permintaan yang diajukan pihak sekolah untuk kamu. Dan satu lagi, Yasmine, Ibu rasa kamu harus punya kegiatan lain di sekolah selain belajar. Ya seperti ikut ekskul. Karena itu juga akan menjadi nilai plus untuk kamu kedepannya.”

Yasmine tersenyum tipis seraya mengangguk. Lalu dia pamit untuk kembali ke kelas.

Perasaannya kini berkecamuk. Dia bingung harus bagaimana. Dia tidak mungkin menceritakan soal ini kepada Atta, maupun Lili –Mamanya. Tapi, saat ini dia sangat butuh pendapat dari orang lain.















Hatur nuhun, All!

31 Januari 2024

Stuck on You (COMPLETED)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें