BAB 14 -HEARTBEAT-

175 23 2
                                    








Hari-hari Yasmine kini tak selalu tentang belajar, membaca buku, dan mendengarkan lagu. Sejak dia bergabung dengan tim hoki, kegiatannya di sekolah menjadi lebih padat. Seusai bel pulang, Yasmine harus segera berganti pakaian dan menemui Tasya juga anggota tim lainnya di lapangan indoor.

Sudah terhitung 7 hari Yasmine berlatih main hoki. Sisa waktu untuk latihan tinggal 4 hari lagi. Dan setelah itu, akan ada pertandingan persahabatan di sekolahnya. Jadi, pihak sekolah sangat berharap kalau tim hoki putri yang dipimpin Tasya tidak akan memalukan kandang sendiri.

Selasa pagi, adalah jadwal mata pelajaran olahraga untuk kelas XI IPS 3. Yasmine dan Rara selalu pergi ke lapangan lebih awal. Yaa berniat melakukan pemanasan. Namun kali ini, keduanya ditemani Gilang dan juga Vano.

“Ayo!” ajak Yasmine pada ketiga temannya untuk melakukan peregangan kemudian berlari mengitari lapangan.

“Duluan aja, Yas. Gue sarapan dulu,” ucap Rara sambil membuka tutup Tupperwarenya.

“Bagi dong, Ra. Kayaknya enak tuh nasi gorengnya,” ucap Gilang.

“Nih, join aja.”

“Gue mau juga dong.” Vano mendekati Rara dan Gilang.

“Yee ... ikut-ikutan aja lo! Nggak tahu, ya, kalau gue lagi PDKT sama Rara?” celetuk Gilang. Rara yang di sampingnya langsung menyembunyikan wajahnya yang kini merah merona.

“Lah PDKT kok bilang-bilang. Nggak jelas lo jadi cowok!”

“Suka-suka gue dong. Apa masalahnya buat elo? Dasar aja lo sirik!”

“Siapa juga yang sirik?” ketus Vano.

“Kalau nggak sirik kenapa komen-komen aja kayak netizen?” Gilang balik bertanya. “Makanya jangan naksir sama cewek yang kerjaannya bolak-balik ke luar negeri. Jadi susah, kan, lo PDKT nya?”

Vano memutar bola matanya. Sementara Yasmine hanya menyimak sambil melakukan peregangan sebelum berlari.

“Lo nggak mau makan nasi goreng punya Rara, Yas? Enak tahu!” ujar Vano dengan mulutnya yang penuh.

Yasmine cuma menggeleng. Kemudian dia berlari mengelilingi lapangan dengan santai.

Rambutnya yang dikucir satu bergerak ke kanan dan kiri. Beberapa murid yang baru saja datang dan melihat pemandangan Yasmine yang sedang berlari, rasanya jadi ingin ikut berlari juga. Sebenarnya Yasmine agak risi jika diperhatikan banyak orang. Namun dia berusaha untuk bersikap tidak peduli.

Berusaha mengalihkan ketidaknyamannya, Yasmine mencoba mendengarkan lagu yang baru saja diputar radio sekolah. Setiap pagi, memang akan ada beberapa lagu yang akan diputar. Lagunya sendiri adalah hasil request dari para warga sekolah. Namun kali ini, Yasmine mendengar lagu yang tak asing di telinganya. Lagu Heartbeat berputar dan mengisi pagi hari di SMA Langit Harapan dengan sangat tenang.

Tentu saja Yasmine menikmati lagunya. Karena itu adalah salah satu lagu favoritnya. Udara pagi yang sejuk ditambah dengan lagu Heartbeat menjadi perpaduan yang sangat sempurna. Yasmine suka dengan suasana pagi yang seperti ini.

Tepat pada bagian reff-nya, Yasmine mendengar begitu dekat dan jelas alunan lagunya. Seakan-akan lagunya ini bukan berasal dari radio sekolah, tapi dari mulut seseorang yang menyanyikannya tepat di telinganya.

How could I ... ever describe the way I feel.”

Yasmine mengenal suara itu. Dia menoleh ke samping kanannya dan ternyata ... Tobi sedang berlari berdampingan dengannya sambil menyanyikan lagu Heartbeat.

Why should I ... even try when obviously. All the words that I say seem to get in my way, only wish I could ... say it with a heartbeat ... say it with a ....”

Tobi tersenyum melihat Yasmine yang ternyata sedari tadi dia tidak memalingkan wajahnya ke arah lain.
Otak Yasmine terus berputar untuk mencari penyebab apa yang membuat Tobi bisa melakukan hal ini padanya. Dan Yasmine yakin, kalau lagu Heartbeat yang diputar di radio sekolah adalah pasti hasil request dari Tobi.

“Seru, kan, lari diiringi sama lagu kesukaan lo?” tanya Tobi disela-sela aktivitas berlarinya.

Yasmine menghentikan larinya. Dan membiarkan Tobi berlari meninggalkannya.

“Mau apa lagi, sih, lo?” tegas Yasmine setengah berteriak.

Tobi berhenti dan menoleh ke belakang. Jarak diantaranya dengan Yasmine tak kurang dari 20 langkah.

“Gue cuma mau lihat lo merasa nyaman.”

“Dengan apa?”

“Dengan kehadiran gue yang sebentar lagi akan menjelajah setiap sudut dalam hidup lo.”

Rara, Gilang, dan Vano yang menyaksikan keduanya di lapangan saling melontarkan tatapan bingung. Mungkin yang ada dipikiran mereka saat ini adalah, drama apa lagi sih yang akan dilakuin Tobi ke Yasmine?

“Gue nggak minta lo buat hadir dan menjelajah setiap sudut dalam hidup gue!” Yasmine berjalan mendekat ke arah Tobi. “Dan gue lebih tenang jika lo nggak merusak semua yang sudah tersusun rapi di hidup gue.”

Tobi tersenyum menanggapinya. Dia senang jika akhir-akhir ini Yasmine mau merespons perkataannya. Meski terkadang sesekali terdengar begitu menyakitkan.

“Yas, lo masih ingat nggak sama kata-kata lo pas kita dihukum bareng selesai upacara?”

Yasmine terdiam. Tentu saja dia ingat.

“Saat itu, gue bilang, Yas, kalau matahari bisa gue gapai, gue akan langsung taruh matahari itu di hati lo. Biar es yang selama ini membekukan hati lo, akan mencair dan menciptakan suasana hati yang baru. Terus lo jawab, kenapa harus matahari? Kenapa nggak lo aja?” Tobi menaikkan satu alisnya.

“Lo sendiri yang udah buka pintu gerbang hidup lo untuk menyambut kehadiran gue, Yasmine.” Tobi memegang bahu Yasmine. “Dan gue ... gue sama sekali nggak keberatan untuk mengisi setiap hari-hari lo meski dengan hal semenyebalkan apa pun.”

“Yas ... kasih gue kesempatan untuk melihat apa yang belum pernah gue lihat dalam diri lo. Karena gue yakin, sikap lo yang dingin ini sebenarnya lahir hanya karena keegoisan diri lo yang nggak bisa menerima takdir yang sudah Tuhan gariskan di hidup lo.”

Hening sejenak.

“Yas ....” Tobi menerawang mata cokelat Yasmine.

Ditatap sedekat ini ternyata membuat Yasmine kehilangan kendali atas dirinya. Dia mendadak tegang, seolah tatapan Tobi memberinya sebuah gelombang dahsyat yang mampu memporak-porandakan keteguhan hati dan pikirannya.

“Yas ... ayo kita jalan sama-sama untuk berbagi kisah hidup kita masing-masing. Biar suatu saat, gue bisa menjadi orang yang selalu ada untuk lo. Yang kerjaannya nggak cuma gangguin lo, tapi juga bisa memberi lo kenyamanan.”

Yasmine menatap Tobi semakin lekat.

“Tobi ....”

“Iya, Yas?”

I can't control my heartbeat.

Stuck on You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang