BAB 28 -RAPUH-

175 18 0
                                    

















Tak ada gunanya Yasmine terus termenung seperti ini. Duduk sambil memeluk lututnya dan melihat langit yang mendung dan menurunkan gerimis di sore hari.

Kecewa sudah pasti. Perih sudah jelas dirasakannya. Yasmine merasa dirinya sangat rapuh saat ini. Bahkan dia tak mampu menopang bobot tubuhnya sendiri. Yasmine merasa kehilangan semua harapannya. Harapan untuk bisa lebih lama lagi dengan Tobi, tertawa, berbagi cerita, mendengarkannya bernyanyi, dan bahkan mendengarkan setiap ocehannya yang selalu membuat telinga Yasmine panas, Yasmine merasa itu semua hilang hanya dalam kedipan mata saja.

Semua yang pernah Yasmine lalui bersama Tobi, rasanya hanya halusinasi yang berakhir menyakitkan. Tobi tidak pernah menganggap kehadirannya itu serius. Dan seharusnya Yasmine sadar, kalau hadirnya Tobi hanya sementara. Bukan selamanya.

Otak Yasmine terus memutar kejadian saat di kelas tadi. Di mana ada Tobi dan Gilang yang tengah bicara serius sambil membawa-bawa namanya. Yasmine yang saat itu baru saja dari ruang guru dan berniat untuk mengambil novelnya yang ketinggalan di laci meja kelas, tak sengaja mendengar apa yang sedang dibicarakan Tobi dan Gilang. Yasmine mendengar jelas semua yang dibicarakan oleh kedua cowok itu. Seketika Yasmine merasa dunianya berhenti berputar. Seolah-olah dia sedang berada di atas kapal yang sedang terombang-ambing di tengah lautan yang siap menenggelamkannya hidup-hidup.

Yasmine tak percaya dan dia kecewa. Benar-benar dikecewakan sampai ke akar-akarnya. Dibuat bingung sampai ke ubun-ubun. Dibuat rapuh serapuh-rapuhnya. Tobi berhasil membuat Yasmine jatuh sebelum mencintainya.

“Sebercanda itu kah sikap lo ke gue selama ini, Tob?” tak terasa, air mata Yasmine mengalir begitu saja. “Lo cowok pertama yang gue sukai Tobi.” Yasmine menunduk, bahunya berguncang hebat. Sesakit ini kah memiliki perasaan pada cowok yang menganggapnya tak lebih dari sebuah candaan?

❄❄❄

Tobi pun turut melakukan hal yang sama dengan Yasmine. Duduk termenung sambil menatapi rintik hujan yang turun. Dia menyesali perbuatannya pada Yasmine selama ini. Tapi ada hal yang lebih membuatnya menyesal karena tak bisa membuat Yasmine percaya akan perasaannya yang sebenarnya.

“Gue cuma mau lo percaya, Yas. Kalau perasaan gue nggak bercanda. Gue suka sama lo, Yasmine. Sejak hari-hari kita bersama, sampai detik ini, dan seterusnya.”

❄❄❄

Dimulai dari detik ini, segala hal yang dilakukan atau ada kaitannya dengan Tobi, mendadak sulit untuk dilaksanakan. Sebenarnya, Yasmine sendiri lah yang mempersulit dirinya sendiri. Dia sama sekali tidak mau dekat-dekat lagi dengan Tobi. Bahkan untuk sekadar membalas senyumnya saja Yasmine tidak mau. Walau Tobi berada tepat di depannya, Yasmine selalu menganggapnya tidak ada. Separah itu kah rasa kecewa Yasmine terhadap Tobi?

Seperti saat ini, saat Yasmine harus merapikan peralatan hoki di lapangan indoor. Sebenarnya Yasmine mampu melakukannya sendiri. Tapi bukan Tobi namanya jika dia tidak membututi ke mana Yasmine pergi. Meski Yasmine sudah menolaknya ribuan kali, mendiaminya entah untuk yang ke berapa kali, Tobi tetap teguh pada pendiriannya. Upayanya untuk meminta maaf dan menjelaskan semua yang terjadi kemarin, sama sekali tidak mendapat ruang dari Yasmine. Tingkat kecewa Yasmine sudah melebihi angka 10, dan itu sudah masuk level paling berbahaya.

Yasmine yang membawa beberapa stik hoki tetap tidak menggubris ocehan Tobi yang terus mengejar langkahnya sambil membawa banyak bola-bola hoki dalam kardus yang didekapnya.

“Yasmine, dengerin gue dulu dong. Masa lo langsung marah gitu aja?”

Lo pikir dibercandain selama hampir tiga semester itu lucu? omel Yasmine dalam hatinya.

Stuck on You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang