IV

1.5K 93 2
                                    


Sama seperti hari hari sebelumnya Shafira terbangun oleh alarm yang ia pasang di ponselnya.

Perlahan Shafira membuka matanya menatap langit langit kamarnya, setelah cukup lama Shafira beranjak menuju meja riasnya. dirinya menatap pantulan dirinya di dalam cermin begitu lama, mata sembab, rambut berantakan, juga bibir yang pucat.

"aku terlihat sangat buruk." Shafira segera berjalan menuju kamar mandinya berniat bersiap untuk memulai harinya.

Shafira mengoleskan lipbalm di bibir tipisnya agar terlihat lebih segar.

"Apa kau baik baik saja? kau terlihat pucat."

"Jangan pedulikan aku, ibu."

Shafira berlalu meninggalkan ibunya yang masih mematung di kamar tidurnya.

Hari ini berjalan cukup baik Shafira tidak bertemu dengan Devano itu membuatnya sedikit tenang,Shafira duduk sambil memaikan ponsenya sambil menunggu profesor datang. Ini kelas terakhir Shafira dan sialnya hari ini dia satu kelas dengan bajingan gila itu.

Tidak lama kelaspun di mulai, Shafira adalah wanita yang pintar semuanya terasa mudah baginya. Bagaimana tidak? Dia menghabiskan waktunya untuk belajar agar Ravidson tidak kecewa padanya.

"Buatlah kelompok masing masing 6 orang, buat laporan praktikum yang kalian pelajari hari ini." tutup Profesor mengakhiri kelas.

Sepertinya kesialan terus menimpa Shafira hal yang paling tidak di inginkannya terjadi, Devano sekelompok dengannya juga sakit kepalanya yang sedari tadi tidak kunjung hilang. Setelah menyelesaikan tugas ini Shafira berniat untuk pergi ke dokter untuk memeriksa dirinya.

"sampai ketemu di cafe dekat kampus pukul 20.00" ucap Shafira menutup percakapan, lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Saat berjalan menuju basement tempat Shafira memarkirkan mobilnya Shafira merasakan sakit kepala yang teramat sangat hingga dirinya menggunakan tangannya untuk berpegangan pada tembok agar tubuhnya tidak jatuh.

"Sial sekarang apa lagi" rutuk Shafira.

"Firasatku benar, kau sedang sakit bukan?"

Shafira terkejut saat seseorang membantu dirinya untuk bangun.

"Lepaskan aku, ini buka urusan mu."

"Kau adalah calon istriku itu artinya kau adalah tanggung jawab ku."

"Berhentilah mengucapkan hal hal yang menjijikan, itu membuatku mual." Shafira menatap tajam ke arah Devano.

"Sebenarnya kepalamu terbuat dari apa sih? batu? atau tempurung kura kura?"

"Apa?"

Shafira kembali terkejut saat Devano tiba tiba memangkunya seperti karung beras dan membawanya ke dalam mobilya.

"Bajingan lepaskan aku." Shafira berusaha melepaskan diri.

Shafira menatap devano dengan tajam, sepertinya Shafira sedang meningkatkan pertahanan ke amanannya, Devano membuang nafas panjangnya.

"Aku hanya akan membawa mu ke rumah sakit, lagian aku tidak tertarik pada orang sakit."

Mendengar hal itu Shafiar cukup tenang.

"Maka dari itu sekarang aku akan membawa mu rumah sakit agar kau bisa segera bermain main dengan ku." senyum tipis terlihat di wajah Devano, tidak lama kemudian dia melajukan mobilnyay.

"Kau adalah bajingan gila Devano Abraham."

  - To be continued -

PULCHRA (  TAHAP REVISI ) [ END ] ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt