VII

1.3K 82 6
                                    

"Jelaskan dengan detail, jangan sampai ada yang terlewat."

Saat ini Shafira sudah mengenakan pakaiannya, menatap Devano dengan penuh tekanan.

"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak melakukan tindakan kriminal di tambah kau calon istriku jadi tak apa jika aku melihatnya sedikit."

"Jelaskan"

Devano memijat pelipisnya lalu menatap ke arah Shafira, Devano mulai menceritakan dengan perlahan pada Shafira mencoba menjelaskan secara detail hingga Shafira benar benar paham. Setelah mendengar semuanya Shafira berterimakasih pada Devano karena telah merawatnya dengan baik.

Devano beranjak dari tempat duduknya mendekat ke arah Shafira lalu berbisik di telinganya.

"Aku menarik kata kataku soal aku tidak tertarik pada orang sakit, semalam kau sangat cantik"

"Bajingan." Shafira mendorong tubuh Devano untuk menjauh darinya.

Devano terkekeh melihat tingkah laku wanita di depannya saat ini.

"Setelah aku mandi kita akan pulang, jadi segeralah bersiap."

Delano berjalan menuju kamar mandi sambil membuka bajunya, Shafira melihat sesuatu di pungung Delano. Melihat hal itu Shafira mendekati Devano.

"Apa yang terjadi pada tubuh mu?" Shafira menahan lengan Devano.

"Ahhh ini . . . ini masalah antar pria, jadi kau tidak akan memahaminya."

"aku bertanya serius, apa luka luka ini di sebabkan oleh ku?"

"apa yang kamu bicarakan? tidak ada gunanya juga aku berkelahi atas dasar diri mu. Sampai kapan kau akan memegang tangan ku? atau kau ingin ikut ke dalam bersama ku?."

Shafira melepas genggaman pada lengan Devano lalu kembali ke tempat duduknya.

Setelah beberapa saat mereka berdua sudah siap untuk pulang, Devano berjalan di depan Shafira berjaga jaga jika ada hal yang tidak di ingin kan mereka berdua menyusuri lorong yang panjang hingga akhirnya sampai di parkiran.

"Mobil mu juga lecet lecet. sebenarnya apa yang terjadi?" Shafira menatap ke arah Devano yang sedang membuka pintu mobil untuknya.

"Kau tidak demam lagi kan?" Devano membawa Shafira ke dalam mobilnya, menyimpan punggung tangannya di dahi Shafira.

"Dia mengalihkan topik." batin Shafira.

"Aku baik baik saja sekarang."

Devano segera duduk di kursi kemudi, lalu melajukan mobil miliknya.

"Aku pikir ada yang janggal dengan hotel yang kita tinggali semalam." Shafira memecah keheningan saat itu.

"Aku pikir mereka bekerja sama untuk menjarah para pengunjung yang menginap di sana."

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Yang pertama hanya kita yang menginap, mungkin saja jika yang menginap lebih dari satu kamar mereka akan kesusahan saat akan melakukan aksinya."

"Kedua, saat kita pulang hotel begitu kosong juga resepsionis yang tidak ada di tempatnya. Seperti ini semua sudah direncanakan."

Devano merogoh saku jas nya mengeluarkan ponsel miliknya lalu memberikannya pada Shafira.

"Jadi apa yang aku katakan benar?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi apa yang aku katakan benar?"

Devano mengangguk.

"Sebenarnya aku juga mengalami serangan, tapi akhirnya aku yang memenangkan pertarungan ini."

"Kenapa kau tidak menelpon polisi?"

"Jika aku menunggu polisi datang, bisa saja aku sudah tewas."

"Semua ini di sebabkan oleh mereka," Devano menunjukan satu persatu kerusakan pada mobilnya.

"Setelah apa yang mereka lakukan pada mobil ku, kau pikir aku akan membiarkan mereka menyentuh ku?"

"Sepertinya mereka berhasil menyentuh mu, buktinya tubuh mu penuh dengan memar."

"Aku hanya membiarkan mereka menyentuh ku sedikit."

"Berhenti di depan." Shafira menunjuk ke arah apotek.

"Apa tubuh mu demam lagi?"

"Diam saja dan turuti perkataan ku."

- To be continued -

PULCHRA (  TAHAP REVISI ) [ END ] ✓Where stories live. Discover now