IX

1.3K 76 0
                                    

Malam yang sunyi, tidak ada yang membuka suara hanya terdengar suara jam dinding yang berdenting.

"Jika tidak nyaman aku akan tidur di sofa."

"Tidak apa, kamu bisa tidur di sini."

"Tak apa,aku tau kamu ga nyaman" Devano menyingkap selimut yang menutupi setengah tubuhnya saat akan bangun dari tempat tidur Shafira menahan lengannya.

"Aku bilang ga papa, toh kita sudah suami istri, aku hanya belum terbiasa seperti ini "

Devano menatap Shafira, lalu menariknya ke dalam pelukannya. Shafira terkejut dengan apa yang di lakukan Devano.

"K-kau!"

Devano mencium pucuk kepala Shafira, lalu mengeratkan pelukannya.

"Jadi kita bisa melakukannya bukan?"

Shafira mendongakkan kepalanya menatap pria yang saat ini berstatus suaminya.

"Melakukan apa?"

"Melakukan apa yang biasanya suami istri lakukan" Devano mengelus punggung Shafira lembut.

Shafira mendorong tubuh Devano pelan lalu menundukkan kepalanya. Devano sedikit terkejut dengan reaksi yang di berikan Shafira.

"Ada apa?"

Shafira menggeleng, Devano menggenggam tangan Shafira mengelusnya lembut, lalu mengecup telapak tangannya.

"Aku memang bukan pria yang baik, tapi mulai sekarang aku akan berusaha untuk menjadi lebih baik." Tangannya terulur mengelus pipi Shafira.

"Bukan itu maksud ku"

"Terus apa?"

"Aku lagi halangan, maaf yaa"

Devano terkekeh, lalu mengacak rambut Shafira gemas.

"Aku pikir kamu kenapa, aku masih bisa menahannya untuk beberapa hari ke depan."

"Tapi-"

"Jangan telalu di pikirkan, sekarang waktunya beristirahat." Devano membaringkan tubuhnya lalu menepuk nepuk tempat kosong di pinggirnya mengisyaratkan Shafira untuk tidur di sampingnya.

Shafira mengerti apa yang di maksud Devano, wanita itu membaringkan tubuhnya di samping Devano menjadikan lengan suaminya itu sebagai bantal lalu membenamkan wajahnya di dada Devano.

Devano tertawa pelan, lalu memeluk Shafira erat.

"Dia malu? Gemas sekali. Aku tidak yakin bisa menahan untuk beberapa hari ke depan." batin Devano.

•••

Pagi harinya Devano terbangun dengan lengan yang pegal. Tapi orang yang membuat lengannya pegal tidak ada di sampingnya.

Devano menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 06.30

"Pergi kemana dia sepagi ini? Kuliah? Bukannya kita cuti selama satu Minggu?"

Beberapa pertanyaan muncul begitu saja di kepala Devano. Devano segera bergegas keluar dari kamar tidurnya, berniat mencari Shafira yang hilang secara misterius.

Devano terduduk di sofa, dengan pemikiran buruknya. Pasalnya Shafira tidak di temukan di rumah ini, Devano sudah mencari di setiap sudut rumah ini tapi hasilnya nihil.

"Apa aku melakukan kesalahan ketika aku tidur? Atau aku mendengkur terlalu keras, atau aku mengeluarkan gas yang bau saat tidur? Sial bagaimana ini, dia tidak nyaman saat di dekatku."

Saat Devano tengah tenggelam dalam pemikiran buruknya, suara seseorang memencet pin pintu membuatnya kembali tersadar lalu segera berjalan ke arah pintu.

Shafira muncul di balik pintu dengan dua kantong kresek besar di tangannya.

Devano segera memeluknya.

"Ada apa? Kenapa tiba tiba seperti ini?"

"Apa yang kau lakukan? Kenapa pergi tanpa izin dari ku? Aku khawatir karena saat aku terbangun kamu tidak ada di sampingku"

Shafira melepas pelukannya lalu berjalan ke arah dapur di ikuti oleh Devano.

"Aku hanya berbelanja untuk stock bulan ini, apa kamu lupa untuk berbelanja? Kulkasnya kosong."

Saat membuka kulkasnya benar saja, di dalam hanya ada air putih dengan bir yang berjajar rapi.

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kamu hidup dengan cara seperti ini ." Ucap Shafira sembari merapikan barang bawaan yang ia beli ke dalam kulkas.

"Jadi kamu pergi belanja?"

"Jika aku tidak pergi, kita tidak akan sarapan pagi ini."

"Kenapa ga bangunin aku?"

"Kamh terlihat sangat lelah, tadinya aku berniat membangunkan mas saat sarapan sudah siap."

"Padahal kamu bisa membangunkan ku"

"Duduk lah, jangan menghalangi jalan"

Devano menuruti apa yang di katakan istrinya, pria itu duduk dengan tenang di meja makan.

"Tunggu sebentar, ini akan selesai dengan cepat "

Devano terus menatap ke arah Shafira yang tengah sibuk dengan masakannya.

Setelah beberapa saat, Shafira menaruh dua piring berisikan nasi goreng di atasnya.

"Ini terlihat lezat"

"Tunggu sebentar " Shafira kembali berlari ke dapur.

"Apa apa?"

Shafira kembali membara krupuk di tangannya.

"Jika makan nasi goreng tanpa krupuk itu tidak sah"

Devano terkekeh pelan.

"Teori dari mana itu?"

"Diam dan makan saja" ucap Shafira sambil menyendokan nasi ke dalam mulutnya.


- TO BE CONTINUED -

PULCHRA (  TAHAP REVISI ) [ END ] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora