XII

1.1K 59 0
                                    

Ini waktunya makan malam Shafira menyimpan piring berisikan nugget ayam juga semangkuk nasi di atas meja.

"Aku tidak sempat memasak, jadi seadanya saja."

"Ini saja sudah cukup."

Shafira duduk di depan Devano tanpa berbicara sedikit pun padanya, hanya menatap ke arah piring menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

"Sha-"

"Aku kenyang" Shafira beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah wastafel menyimpan piring kotornya.

"Kenyang? Kau baru saja menyendokan beberapa suap nasi ke dalam mulut mu."

"Aku hanya ingin beristirahat, apa tidak boleh?" Ucapnya sambil berlalu meninggalkan Devano.

Devano membuang nafasnya kasar lalu melanjutkan aktivitasnya yang tadi terhenti. Setelah selesai dengan makan malamnya Devano pergi membersihkan tubuhnya lalu membaringkan tubuhnya di samping Shafira yang sudah terlelap. Matanya menatap Shafira begitu dalam, tangannya terulur mengelus surai hitam Shafira.

"Apa kesalahan ku sefatal itu? Aku hanya tidak ingin kamu di sentuh oleh oleh laki laki lain."

Devano mengecup kening Shafira lama lalu menutup matanya menyusul Shafira ke alam mimpi.

Devano tidak mengetahui jika sedari tadi seseorang menatapnya, Shafira hanya berpura pura tidur maka dari itu Shafira mendengar semua yang di katakan Devano. Shafira beringsut mendekati Devano lalu memeluk tubuh kekar itu dengan erat, menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya.


.
.
.

Seperti biasanya Shafira terbangun lebih dulu dari pada Devano. Dirinya segera membersikan diri lalu turun ke bawah untuk membuat sarapan.

"Hari ini masak apa ya?" Shafira menatap bingung pada bahan makanan yang ada di depannya.

"Aku juga tidak terlalu tau makanan apa yang dia suka."

Tangannya mulai memotong motong sayuran juga bahan makanan lainnya. Sementara itu Devano masih terlelap dalam mimpi panjangnya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara orang menuruni tangga.

"Berlari di pagi hari?" Batin Shafira

Devano sampai di dapur dengan nafas yang terengah engah , Shafira terkejut karena Devano tiba tiba memeluknya.

"Lagi lagi kamu buat ku kaget"  Devano mengeratkan pelukannya.

Shafira mengerjapkan matanya, situasi saat ini membuatnya bingung.

"Ada apa?"

"Jangan lakukan itu lagi."

"Melakukan apa?"

"Jangan pergi sebelum aku membuka mata."

Shafira mengangguk pelan.

.
.
.


Setelah selesai sarapan, mereka berdua bersiap untuk mendekorasi ulang rumah.

Devano menatap  barang yang menggunung  di depannya.

"Sepertinya ini akan membutuhkan waktu lama"

"Mendekorasi adalah salah satu cara agar keluarga harmonis"

"Kau mendapat teori itu dari mana?"

"Jangan terlalu banyak berpikir, ayo angkat meja itu ke dalam." Tunjuk Shafira


- To be continued -

PULCHRA (  TAHAP REVISI ) [ END ] ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant