07

5.9K 524 30
                                    


"Loh Ibu, Bapak kenapa engga telepon Cantika dulu kalo udah nyampe." Ucap Cantika ketika melihat kedatangan mertuanya yang sudah tiba di kediamannya.

Oma Lani hanya tersenyum. "Enggak apa-apalah, lagipula jarak stasiun ke rumah kalian engga jauh."

Cantika mengangguk. "Yaudah Bu, Pa. Ayo masuk, Cantika udah nyiapin sarapan."

Oma Lani dan Opa Dani berjalan memasuki rumah megah milik anaknya.

"Naufal kemana? Terus cucu-cucu Ibu kemana?"

"Mas Naufal masih ngebangunin Adit sama Nata Bu, kalo Shanin, dia masih mandi. Ibu boleh duduk aja dulu."

"Cantika.." Panggil Opa Dani.

"Iya Pa, ada apa?"

"Bapak dengar anak bungsumu sakit? Apa benar?"

Cantika mengangguk ragu. "Iya Pak."

Opa Dani tersenyum. "Sakit apa? Apa parah?"

Cantika mengangguk. "Bapak sama Ibu bisa tanya Mas Naufal."

"Kalian tuh, ga pernah nurut sama Ibu sama Bapak, kenapa kalianikut program anak lagi dulu, coba aja kalian ikutin saran Ibu, buat punya anak satu aja. Lah ini, kalian malah ikut program anak lagi, kalian kan sekarang jadi kelimpungan buat biaya. Apalagi sekarang anak kalian sakit, Ibu ga bisa bayangin gimana cape nya jadi Naufal."

Cantika langsung tertunduk. "Maaf Bu.."

"Yaudah sana, panggilin Naufal sama Shanin."

Cantika langsung berjalan menuju kamar anak sulungnya dan dilanjutkan berjalan menuju kamar anak kembarnya.

"Kenapa Can?"

"Ibu sama Bapak udah nyampe Mas, dia nanyain kamu. Kamu aja yang ngadepin Ibu sama Bapak, aku ga mau."

"Loh kenapa?"

"Ibu mulai lagi Mas, aku ga mau dengernya."

Naufal mengangguk mengerti. "Yaudah, aku nyamperin dulu Ibu sama Bapak ya."

Cantika mengangguk, wanita cantik itu berjalan menuju kasur yang ditempati kedua anaknya dan membangunkan keduanya. "Bangun hey, ini udah siang. Oma sama Opa udah nyampe."

Aditya yang pertama membuka kedua matanya dan menatap Bundanya dengan mata sayunya, disusul oleh Adinata yang membuka kedua matanya.

"Mandi sana, Bunda udah siapin air hangat buat kalian. Oma sama Opa udah nyampe, kalian harus cepet turun."

Aditya langsung berjalan menuju kamar mandi, sedangkan Adinata, ia duduk di atas kasurnya. Menatap Cantika dengan pandangan ragu.

"Kenapa sayang?"

"Oma, Opa?"

Cantika mengangguk. "Mereka udah nyampe, mandi sana. Atau ga usah mandi aja ya, kamu masih anget. Sikat gigi sama cuci muka aja."

"Oma sama Opa enggak akan-..."

"Udah, kamu jangan mikirin yang macem-macem. Bunda ga suka."

Adinata menghembuskan nafasnya berat. "Iya deh Bun, aku siap-siap dulu. Nanti aku ke bawah sama Adit. Bunda duluan aja ke bawah."

Cantika mengangguk. "Iya sayang, Bunda tunggu di bawah ya."

"Udah ibu kasih tau kan sama kamu Fal, kamu ga usah ngebesarin kedua anak kembar kamu. Ibu juga ga mau nganggap mereka cucu Ibu."

Naufal menghela nafasnya berat. "Ibu! Mereka anak Naufal, anak kandung Naufal. Ini keluarga Naufal, jadi Ibu sama Bapak ga usah ikut campur sama masalah keluarga Naufal."

ADINATA ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat