38

6K 410 18
                                    


"Udah selesai berobatnya?" Tanya Shanin kepada sang adik yang tengah berbaring di atas kasurnya.

Adinata mengangguk. "Udah Kak, lu baru pulang?"

Shanin langsung membaringkan tubuh mungilnya di samping tubuh adiknya. "Iya, apa kata Dokter?"

Adinata menggeleng. "Gak tau, Om Adi gak ngasih tau ke gue. Coba deh tanya sama Bunda."

Shanin memeluk erat adiknya. "Capek ga Nat berobat terus?"

Adinata menatap Kakaknya dengan pandangan terheran-heran. "Lu kenapa sih kak? Nanyain hal kayak gitu?"

"Ya, gue cuma pengen tau aja Nat. Setiap liat lu selesai berobat pasti lu tidur kalo enggak cuma tiduran itupun lu keliatan lemes. Pasti capek ya?"

Adinata menghembuskan nafasnya berat. "Capek lah Kak, coba aja lu bayangin gue disuruh berbaring di ruangan yang gue gak tau apa namanya, terus gue dipasangin selang-selang yang gue gak ngerti apa gunanya, terus udah itu suster atau Dokter disana suntikin gue obat yang udah katanya sesuai dosis, gue harus ngelawan semua rasa sakitnya, gue harus tahan rasa sakitnya. Bahkan gue gak tau gimana deskripsiin rasa sakitnya. Yang pasti capek kak."

Tanpa Shanin sadari setetes air mata menetes dari mata cantiknya. Ia merasa sedih ketika mendengar cerita sang adik. "Maafin gue yang gak bisa nemenin lu berobat lagi."

Adinata membalas pelukan Kakaknya. "Tenang aja Kak, gue baik-baik aja. Meski sekarang gue harus bergantung sama kalian, tapi gue juga berusaha buat sembuh. Seenggaknya gue bisa jalan lagi Kak, gue gak mau ngerepotin semuanya. Terutama Ayah sama Bunda."

"Kita semua gak ngerasa direpotin, lu gak boleh mikir gitu lagi. Kita semua insha allah ikhlas bantu lu. Sekarang lu jangan mikir macem-macem, fokus aja ke pengobatan ya?"

Adinata mengangguk. "Kak, lu mau nemenin gue ke toko buku gak besok?"

"Besok?"

Adinata mengangguk. "Iya, lu bisa gak?"

Shanin diam, ia tengah mengingat-ingat apakah ia memiliki janji dengan temannya atau tidak.

"Bisa gak? Kalo enggak juga gak apa-apa sih. Gue masih bisa minta tolong Adit buat nemenin gue."

"Bisa kayaknya, emang jam berapa lu pengen ke toko bukunya?"

"Siang, paling juga jam sepuluh atau sebelas. Lagian cuma ke toko buku doang."

"Oke, besok gue anter lu ke toko buku."

"Makasih Kak."

"Tenang aja kali."

Malam harinya keluarga Pranaja tengah berkumpul di ruang keluarga kecuali Aditya dan Shanin, keduanya belum pulang semenjak meminta ijin untuk pergi ke minimarket membeli makanan ringan.

"Bun, kata Om Adi gimana keadaan aku? Aku baik-baik aja kan Bun?" Tanya Adinata kepada sang Bunda yang tengah mengusap pelan lengannya.

Cantika tersenyum lalu mengangguk. "Keadaan kamu membaik, kata Om Adi kamu jangan kecapean sama banyak pikiran. Kamu mulai lusa bakalan Homeschooling ya? Gak apa-apa kan?"

Adinata sebenarnya sedikit kecewa karena kedua orang tuanya memutuskan untuk membuatnya belajar di rumah dengan guru panggilan. Tapi dia juga tidak mau membuat kedua orang tuanya kerepotan untuk mengurusnya. "Iya Bun, gak apa-apa kok."

"Bunda tau kamu kecewa, tapi Bunda harap kamu ngerti keputusan Ayah sama Bunda ya? Ini demi kepentingan kamu."

Adinata tersenyum lalu mengangguk. "Iya Bun."

ADINATA ✔Where stories live. Discover now