32

4.2K 420 19
                                    


Sudah hampir seminggu Adinata belum sadar dari tidur panjangnya, Cantika, Shanin dan Aditya bergantian untuk menjaganya. Tidak jarang pula Arda dan Arkan ikut menjaga Adinata. Dan dua hari yang lalu, Adinata sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa, sudah tidak berada di ruang ICU lagi.

Seperti malam ini, di dalam ruang rawat Adinata kini hanya ada Shanin yang menemani Adinata. Bunda dan adiknya memutuskan untuk pulang ke rumah Arda untuk beristirahat.

"Nat, bangun. Ini gue Kakak lu. Lu gak mau bangun buat marahin gue? Gue tau lu pasti kesel sama gue, karena gue gak pernah jawab telepon ataupun bales chat lu. Maafin gue, lu mau kan maafin gue? Adit sama Bunda juga udah maafin gue."

Shanin semakin terisak ketika menyadari jika perkataannya tidak di gubris oleh adiknya yang tengah terbaring lemah.

Tangan lentik Shanin mengusap pelan pipi tirus adiknya. "Lu kok makin kurus sih Nat? Seharusnya lu makin gendut, bukannya makin kurus kaya gini." Shanin menjeda kalimatnya. "Gue aja gendut, masa lu kurus sih?"

Tidak lama kemudian Shanin merasa mengantuk, namun kedua matanya kembali terbuka ketika merasakan tangan sang adik bergerak.

"Nat? Lu denger gue? Nata?" Sambil menunggu adiknya membuka mata, Shanin menekan tombol di samping ranjang pesakitan adiknya.

Butuh waktu sepuluh menit menunggu dokter datang bersama beberapa orang perawat. Shanin langsung menyingkir memberi ruang untuk Dokter yang menangani adiknya.

"Bagaimana keadaan Nata, Om?"

Adi tersenyum. "Adik kamu udah sadar, tapi keadaannya masih sedikit lemah. Kamu udah kasih tau Bunda sama Adit?"

Shanin menggeleng. "Om bisa temenin Nata sebentar? Aku mau telepon Bunda dulu."

Adi mengangguk. Sambil menunggu Shanin menghubungi Cantika, Adi berusaha untuk berkomunikasi dengan Adinata.

"Nat, bisa denger Om?"

Adinata hanya mengangguk lemah.

"Kuat ya? Apa yang kamu rasain? Kaki kamu bisa digerakin?"

Adinata menggeleng.

Adi tersenyum sendu. "Maafin Om ya? Om harus kasih tau kamu berita yang kurang mengenakan buat kamu."

"A..aku lu..lumpuh?"

Adi mengangguk pelan. "Maafin Om ya Nat?"

Adinata berusaha untuk tegar, namun dia tidak bisa. Dia menangis dalam diam. Adi yang melihat Adinata menangis langsung mengusap pelan bahu pasien kesayangannya itu.

"Om yakin ini cuma sementara, kamu bakalan sembuh dalam jangka waktu dekat ini. Kamu mau kan terus berjuang sama Om? Buat keluarga kamu juga."

Adinata mengangguk ragu.

Adi tersenyum. "Om bangga sama kamu."

Adi berjalan keluar dari ruang rawat Adinata.

"Gimana keadaan Nata Om?"

Adi tersenyum sambil mengusap pelan bahu perempuan dihadapannya itu. "Adek kamu udah baik-baik aja, cuma nanti kalo ada Bunda kamu suruh ke ruangan Om ya?"

"Apa gak bisa kasih tau aku aja Om?"

Adi tersenyum. "Nanti ya, kalo kamu mau tau. Kamu nanti bisa ikut Bunda kamu ke ruangan Om."

Shanin mengangguk. "Iya Om. Aku boleh masuk?"

"Buat sekarang jangan dulu ya Sha  biarin Nata istirahat dulu. Mau minum coklat panas sama Om?"

Shanin hanya mengangguk dan mengikuti langkah Dokter tampan itu menuju kantin rumah sakit.

"Sha.."

ADINATA ✔Where stories live. Discover now