08

5.8K 488 3
                                    


"Bun aku berangkat dulu ya, bilangin ke Adit sama Nata kalo aku berangkat duluan." Kata Shanin sambil berjalan menuju dapur, dimana ibunya berada.

"Ini masih pagi loh Sha.."

"Aku ada kelas pagi hari ini, jadi takut telat. Aku ga akan bawa mobil kok Bun. Aku dijemput Rere." Shanin berjalan ke arah kakek dan neneknya.

"Oma, Opa aku berangkat ya."

"Hati-hati dijalan sayang.."

Tidak lama setelah Shanin pergi, Aditya dan Adinata menuruni anak tangga satu per-satu.

"Kalian udah mau berangkat? Sarapan dulu ya, Bunda udah buatin nasi goreng sama telor ceplok."

Aditya dan Adinata langsung duduk di kursi meja makan, berhadapan dengan kakek dan neneknya.

Opa Dani langsung beranjak dari duduknya.

Aditya hanya melihat kakeknya dengan pandangan acuh, sedangkan Adinata, ia melihat punggung kakeknya pergi menjauh.

Cantika yang melihat anak bungsunya menatap kepergian kakeknya, langsung menepuk pelan bahu anaknya. "Dimakan."

Adinata mengangguk. Naufal yang sedari tadi diam, hanya dapat menatap kedua puteranya dengan pandangan miris.

"Maafin Ayah Adit, Nata.." Batin Naufal sedikit menangis.

Selama di meja makan hanya ada keheningan yang melanda ruang makan, tidak ada seorang pun yang berani mengucapkan sepatah kata pun.

"Aku selesai." Kata Adinata.

Aditya yang melihat porsi makanan di atas piring saudaranya masih banyak merasa bingung. "Kenapa selesai? Makanan lu masih banyak."

"Kenyang gue."

Oma Lani menatap Adinata sinis. "Abisin makanannya, kamu tuh engga ngehargain Ayah kamu yang banting tulang buat ngebiayain hidup kamu, dari pagi nyampe malem. Dan kamu malah buang-buang makanan."

Adinata kembali memakan sarapannya dengan terpaksa, jika boleh jujur Adinata sudah merasa kenyang, bahkan perutnya sudah melilit sakit. Karena semenjak menjalani pengobatan nafsu makan Adinata menurun.

Melihat saudaranya yang memaksakan untuk memakan makanannya, Aditya langsung menahan sendok Adinata yang akan menyuap kembali makannya.

"Ga usah dipaksain, kalo lu udah kenyang, yaudah."

Adinata menghembuskan nafasnya lega. "Makasih Dit."

Aditya mengangguk sambil tersenyum, setelah itu mereka berdua berpamitan kepada kedua orang tua dan nenek mereka. Bukannya mereka tidak berpamitan kepada sang kakek, tetapi sang nenek yang melarang mereka untuk datang menuju kakek mereka yang sedang berada di belakang rumah.

Selama perjalanan, hanya keheningan yang menyelimuti di dalam mobil yang dikendarai oleh Naufal.

"Maafin Oma sama Opa ya sayang."

"Tenang aja Yah, kita mah udah biasa." Ucap Aditya yang masih terfokus pada ponselnya.

Naufal melirik anak bungsunya yang duduk di jok belakang. Naufal tersenyum ketika melihat anak bungsunya yang memejamkan matanya, tangan kanan anaknya sedikit memijat bahu kirinya.

"Bahu kamu kenapa? Sakit?" Tanya Naufal sedikit khawatir.

"Cuma ngilu sedikit Yah, aku ga apa-apa." Kata Adinata yang masih memijat bahunya.

Butuh waktu selama dua puluh menit untuk hingga tiba di sekolah mereka, yaitu SMA Garuda.

"Belajar yang bener. Dit, Ayah titip Nata ya, tolong jagain dia. Kalo ada apa-apa cepet telepon Ayah atau Bunda."

ADINATA ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum