15

5.2K 437 0
                                    


"Naressa?"

Ternyata orang yang memanggil Aditya adalah Naressa.

"Lu ngapain kesini?" Tanya Aditya dengan wajah bingungnya.

"Gue? Gue kesini habis nengokin Tante gue yang lagi di rawat disini."

Aditya mengangguk. "Oh gitu."

"Terus lu sendiri ngapain disini?"

Aditya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue disini lagi nungguin Nata."

"Nata? Emang Nata kenapa? Dia engga kenapa-napa kan?"

Dapat Aditya lihat terdapat raut wajah kekhawatiran yang menghiasi wajah cantik Naressa. "Dia baik-baik aja."

"Gue boleh jenguk dia?"

"Gue sih ijinin lu, tapi tadi Bunda gue bilang Natanya jangan dulu di ganggu. Dia masih butuh istirahat."

Naressa mengangguk tanda mengerti. "Terus sekarang lu mau kemana?"

"Kantin? Oh iya, Ress si Rahman sama si Arkan gimana?"

"Mereka berdua kaya orang ilang tau ga sih, kesana-kesini kaya gak ada tujuan. Entar gue kasih tau mereka deh ya buat jengukin Nata."

Aditya langsung menggeleng. "Engga, jangan ga usah. Besok gue sekolah kok."

Naressa mengangguk. "Ya bagus deh, titip salam buat Nata ya. Bilangin ke dia cepet sehat gitu."

"Sip, mau jalan bareng ke lobby nya?"

"Boleh, ayo.."

Aditya dan Naressa berjalan bersama hingga lobby rumah sakit. Mereka berpisah karena Aditya akan pergi ke Kantin, sedangkan Naressa, dia pergi untuk pulang.

Di ruang rawat Adinata sudah terdapat Dokter Adi dan beberapa perawat yang sedang memeriksa keadaan Adinata.

"Nat? Bisa denger Om?" Kata Adi kepada Adinata yang tengah berusaha membuka kedua matanya.

Setelah beberapa detik akhirnya kedua mata Adinta terbuka, dia mengerjapkan beberapa kali kedua matanya ketika pandangannya masih agak buram dan jangan lupakan kepalanya yang terasa sangat sakit.

"Jangan dipaksain kalo kepala kamu sakit."

"Pu..pusing Om." Kata Adinata dengan suara lemah dan seraknya. Bahkan suaranya terdengar seperti bisikan.

Adi tersenyum lalu mengangguk. "Keadaan kamu udah membaik, kamu boleh tidur lagi."

Adinata hanya mengerjapkan kedua matanya tanda dia ingin tertidur lagi. Badannya terasa sangat sakit.

Adi keluar dari ruang rawat Adinata.

"Gimana keadaan Nata?" Tanya Cantika kepada Adi.

Adi tersenyum. "Dia udah sadar, keadaannya masih sedikit lemah. Jangan ganggu dia dulu, dia masih butuh istirahat."

Cantika dan Naufal tersenyum bahagia. "Makasih Di.."

"Iya sama-sama, yaudah Gue tinggal dulu ya. Masih banyak kerjaan yang harus gue beresin."

Setelah Adi pergi meninggalkan Cantika dan Naufal. Mereka berdua langsung memasuki ruang rawat anak bungsunya. Rasa bahagia tidak dapat di sembunyikan oleh keduanya, mereka berdua merasa sangat bahagia ketika mendapati anak mereka sudah tidak memakai alat-alat yang membuat anaknya seperti robot. Kini hanya ada Nassal Canulla dan selang infus yang menghiasi punggung tangan kirinya.

"Makasih sayang udah mau berjuang, Bunda bangga sama kamu." Kata Cantik sambil mengusap pelan kepala anaknya. Naufal pun ikut tersenyum ketika melihat sang anak bungsu telah berhasil melewati masa-masa kritisnya.

Tidak lama kemudian Aditya datang dengan sebuah paper bag yang berisi makanan untuk kedua orang tuanya.

"Maaf lama Bun, Yah.." Kata Adit sambil menyimpan paper bag di atas meja dekat sofa.

"Iya ga apa-apa Dit. Lagian Bunda kamu kayanya lagi seneng banget."

"Seneng? Seneng kenapa Yah?"

"Nata udah bangun, tapi tadi sama Om Adi disuruh tidur lagi."

Kedua mata Aditya berbinar, terdapat binar kebahagiaan di kedua matanya. "Seriusan Yah? Nata udah bangun?"

Naufal mengangguk. "Kamu ajak Bunda kamu gih buat makan."

Aditya mengangguk berjalan ke arah Bunda nya yang sedang mengusap pelan kepala Adinata.

"Bun, makan yuk. Nata biar aku yang jagain."

Cantika mengangguk. "Kamu udah makan?"

"Udah tadi, makannya lama."

Cantika berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan ke arah sofa. Dia tersenyum ketika melihat ada beberapa makanan kesukannya.

"Kamu tau aja kalo Bunda lagi pengen makan ini." Cantika membuka sebuah kotak yang berisi sepotong daging ayam dengan beberapa potongan sayuran di dalamnya.

"Iya dong, Adit kan emang tau apa kesukaan Bunda."

"Terus kamu tau apa makanan kesukaan Ayah?"

Aditya nampak berpikir untuk menjawab pertanyaan sang ayah. "Roti panggang buatan Bunda? Betulkan Yah?"

Cantika terkekeh kecil. "Kamu bener Dit, Ayah kamu emang suka Roti panggang buatan Bunda."

Naufal menggeleng. "Kamu salah Dit."

"Loh kok bisa salah? Terus apa makanan kesukaan Ayah?"

"Semua masakan buatan Bunda.."

Cantika memukul pelan lengan sang suami. "Gombal."

Aditya tersenyum melihat interaksi kedua orang tuanya, hingga akhirnya perhatiannya teralihkan ketika Aditya merasakan jika tangan saudaranya bergerak. "Nat? Lu bisa denger gue kan?"

Adinata membuka kedua matanya dan kali ini pandangannya dapat meligat dengan jelas wajah saudara kembarnya. "Dit?"

Aditya mengangguk. "Iya ini gue, lu bisa denger gue?"

Adinata mengangguk. "Bunda? Ayah?"

"Lagi makan, lu mau apa? Minum? Atau apa?"

Adinata menggeleng. "Kak Shanin?"

"Dia lagi kuliah, tugasnya banyak. Tapi nanti dia kesini kok. Lu tenang aja. Gue panggilin Bunda ya?"

"Engga usah, biar Bunda sama Ayah makan dulu."

Aditya mengangguk.

Setelah lebih dari dua puluh menit keheningan yang menyelimuti mereka berdua, hingga akhirnya Cantika dan Naufal mendekat ke arah anak kembarnya.

"Loh Nat? Kamu udah bangun? Kenapa engga panggil Bunda atau Ayah?" Tanya Cantika kepada anak bungsunya.

"Kan Ayah sama Bunda lagi makan, aku ga mau ganggu kalian makan."

"Kita sekarang udah selesai, kamu butuh apa? Mau minum?"

Adinata memgangguk.

Cantika langsung mengambil segelas air mineral yang telah tersedia di atas nakas samping ranjang pesakitan Adinata. Dengan bantuan Naufal, Adinata dapat meminum air mineral yang diberikan Cantika dengan sedikit demi sedikit.

"Udah?"

Adinata mengangguk. "Makasih Bun.."

"Sama-sama sayang, perlu Bunda panggilin Om Adi?"

"Engga Bun, aku ngantuk."

"Tidur lagi.."

Adinata mengangguk dan mulai memejamkan kedua matanya untuk menjelajahi mimpinya.

"Kamu seneng Dit?"

Aditya mengangguk. "Banget Ayah.."

"Apa kakak kamu bakalan kesini?"

Aditya mengangguk. "Iya, tadi Kak Shanin nelepon aku."

"Baguslah kalo kaya gitu, pasti kakak kamu bakalan seneng liat Nata udah sadar."














TBC

ADINATA ✔Where stories live. Discover now