28

4.1K 466 25
                                    


Terulang lagi semuanya, Aditya kembali mendengar semua pertengkaran kedua orang tuanya, padahal dia sudah cukup tenang tidak mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Namun kali ini ia merasa lebih khawatir, karena kini saudaranya ada di rumah ini.

"Nat, lebih baik lu dengerin lagu yang gue kasih ke lu deh. Gue yakin lu pasti suka."

Adinata menggeleng. "Enggak ah, gue mau tidur ngantuk."

"Tapi pake earphone ya?"

"Enggak. Gue tau lu khawatir sama gue, tapi lu tenang aja gue gak akan dengerin apa yang mereka bicarain."

Aditya kini ikut berbaring di ranjang milik saudaranya dan memeluknya daru belakang. "Lu jangan terlalu mikirin masalah ini ya, gue yakin setelah ini semua bakalan baik-baik aja kok. Oh iya Dit, lu udah coba telepon Kak Shanin? Kok gue kangen ya sama Kak Shanin, udah lama gue gak ketemu sama dia."

"Dia gak ngangkat telepon dari gue, terus sms gue juga gak dibales."

"Apa Kak Shanin ikutan nyesel punya adik kaya gue ya Dit? Dit boleh gue nanya sama lu? Tapi lu harus jawab sejujur-jujurnya."

"Apa?"

"Gue nyusahin gak?"

Aditya menatap punggung saudaranya dengan tatapan sendu. Ia sedih ketika mendengar pertanyaan saudaranya, sebenarnya jawaban dari pertanyaan ini cukup berat bagi Adinata. "Lu nanya, tapi pertanyaannya itu mulu, gak bosen apa?"

"Oke gue ganti, gue ngerepotin gak?"

"Sama aja."

"Yaudah sih, tinggal jawab aja. Ribet banget sih lu."

"Iya gue jawab."

"Inget, jawab jujur."

"Enggak, lu gak pernah nyusahin sama sekali."

"Serius? Tapi kenapa Ayah jadi berubah kaya gitu ya? Waktu itu Ayah bilang kalo gue gak ngerepotin tapi setelah itu Ayah bilang kalo gue ngerepotin. Gue bingung Nat, gue harus kaya gimana?"

Aditya semakin mengeratkan pelukannya. "Sekarang yang lebih penting, lu harus sembuh dulu."

"Kalo gue berharap gue gak sembuh terus meninggal gimana?"

Aditya meneteskan air mata. "Lu gak boleh ngomong gitu lagi! Gue gak suka!"

"Tapi Nat, kalo gue meninggal kan seenggaknya Ayah enggak akan kerepotan sama gue."

"NAT! UDAH CUKUP! GUE GAK MAU DENGER LU NGOMONG GITU LAGI!"

"Iya, maafin gue ya.. Jangan marah, maaf omongan gue sedikit ngelantur, kayanya gue udah ngantuk banget."

"Tidur sana, jangan lupa baca doa terus kalo gue bangunin lu harus bangun."

"Hmm, gue tidur duluan ya Dit. Mimpi indah, jangan lupa mimpiin gue."

Aditya hanya bergumam.

Aditya melepaskan pelukannya dan berjalan menuju tempat dimana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Kedua mata Aditya berkaca-kaca, ia ingin menangis, tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan kedua orang tuanya.

Cantika menghentikan ucapannya ketika melihat Aditya berdiri tepat di ujung tangga.

"Kenapa berhenti?" Tanya Aditya kepada kedua orang tuanya.

"Sa..sayang, kamu ke kamar aja ya. Ini udah malem, istirahat. Nata udah tidur?" Bukannya menjawab, Cantika malah bertanya kepada Aditya.

"Lanjutin aja Bun, lagian juga gue udah terlalu sering dengerin kalian berdua berantem. Lanjutin aja, Nata juga udah tidur. Gak tau dia cuma boongan gak tau emang dia udah tidur."

Aditya melangkahkan kedua kakinya ke arah dapur.

"Beresin semua barang kamu sama Nata." Kata Naufal dingin.

"Buat apa? Kita berdua diusir?"

"Gak usah banyak tanya! Sana beresin barang kalian."

"Enggak mau! Aku pengen disini sama Bunda."

PLAKK

"UDAH BERANI YA KAMU NGELAWAN AYAH?!" Bentak Naufal kepada anaknya.

Aditya terkekeh dan mengabaikan rasa panas yang menjalar di pipi sebelah kanannya. "Ngelawan? Ayah? Maaf, tapi anda bukan Ayah saya lagi, semenjak Ayah dengan teganya milih buat Nata tinggal di Panti Sosial."

"Asal kamu tau ya, anak penyakitan itu yang minta saya untuk masukin dia kesana!"

Aditya kembali terkekeh dan tanpa ia sadari setetes air mata mengalir dari kedua matanya. "Terus kalo emang anda Ayah kami, anda tidak akan menyetujui permintaan anak anda dan satu lagi! Bahkan sekarang anda sudah memanggil anak anda dengan sebutan anak penyakitan. Apa itu pantas disebut sebagai seorang Ayah?"

Cantika menghampiri anaknya dan mengusap punggungnya pelan. "Udah sayang, dia Ayah kamu."

"Sekarang dia bukan Ayah aku Bun."

Naufal terdiam mencoba untuk mencerna semua perkataan anaknya. Namun ego nya menguasai dirinya. "Sekarang kamu pilih, tinggalin rumah ini atau biarin aku bawa Nata pergi ke Panti sosial?"

Cantika memulatkan kedua matanya. "Kamu serius ngomong kaya gitu? Kamu gak mikir sama sekali?!"

"Cepet!"

"Aku, Nata sama Bunda bakalan tinggalin rumah ini! Puas?!" Bukan Cantika yang menjawab tetapi Aditya.

Setelah mengucapkan itu Aditya menarik tangan Cantika menuju kamarnya dan juga Adinata.

"Sayang apa yang kamu bilang? Kamu beneran bakalan ninggalin rumah ini?"

"Kenapa? Bunda gak mau? Yaudah kalo gitu, biarin aku sama Nata yang pergi dari sini."

Cantika langsung menggenggam tangan anaknya. "Enggak sayang, Bunda ikut kalian."

Cantika melangkah keluar dari kamar kedua anaknya menuju kamarnya untuk merapihkan semua pakaiannya. Sedangkan Aditya, dia menangis terisak. Sebenarnya, sejak tadi Adinata tidak tidur sama sekali, dia mendengarkan semua pertengkaran kedua orang tuanya dan juga Aditya.

"Dit.."

Aditya mengusap air matanya kasar dan membalikan badannya. Aditya mencoba tersenyum. "Lu udah bangun? padahal lu tidur baru sebentar."

Bukannya menjawab pertanyaan Aditya, Adinata malah memeluk tubuh saudaranya dan memberinya usapan ringan dipunggung saudaranya. "Nangis aja Dit, lu emang harus nangis. Kalo enggak dada lu bakalan sesak. Nangis aja, gue gak apa-apa.."

Akhirnya Aditya menangis dalam pelukan saudaranya. "Seharusnya gue gak bilang gitu, harusnya gue ngejagain lu."

"Lu udah ngejagain gue kok, gue bangga sama lu. Makasih Dit, gue bersyukur punya sodara kaya lu."

Aditya semakin terisak.

"Kita pergi malam ini?"

Aditya mengangguk. "Iya."

"Yaudah, ayo beresin barang yang perlu. Kasian nanti Bunda nuggu kita."

"Maafin gue ya Nat.."

Adinata tersenyum. "Lu gak salah apa-apa. Ini emang udah takdir dari Tuhan buat gue sama lu. Malahan gue yang minta maaf sama lu, karena gue lu ikutan di benci."

Aditya terkekeh. "Gue lebih baik di benci daripada harus pisah sama lu."














































TBC

ADINATA ✔Where stories live. Discover now