33

5K 416 11
                                    


"Enggak mungkin Nata lumpuh, Di." Kata Cantika sambil menangis. Shanin yang duduk di sebelahnya ikut menangis ketika mendengar perkataan Dokter dihadapannya.

"Maafin aku Mba, sel kanker nya berkembang lebih cepat dari yang aku kira."

Cantika terus menangis.

"Om, terus apa yang bakalan Om lakuin buat supaya Nata sembuh?"

"Dengan berat hati saya harus kasih tau ini semua, presentase keberhasilan Nata buat sembuh sekitar empat puluh persen, maafin Om. Buat sekarang Om bakalan saranin Nata buat ikut kemoterapi lagi sama radioterapi."

"Apa denga cara itu Nata bisa sembuh?"

"Sha, Om yakin kamu pinter. Kamu pasti tahu tujuan kemo sama radioterapi cuma buat memperlambat penyebaran sel kanker yang ada di dalam tubuh Nata."

"Terus, Nata harus ngelakuin keduanya tanpa tau cara yang dilakuinnya bakalan buat dia sembuh atau enggak?"

Dengan berat hati Adi mengangguk.

"Om bakalan buat jadwal untuk Nata, supaya dia bisa ikut kedua terapi itu. Untuk sekarang kalian harus bisa buat Nata supaya enggak stress. Karena masalah pertama yang buat kondisi Nata menurun adalah pikiran, banyak hal-hal yang Nata pikirin."

Shanin dan Cantika pergi meninggalkan ruangan Adi, setelah sebelumnya berterima kasih.

Ibu dan anak itu tidak langsung melanjutkan langkahnya menuju ruang rawat Adinata. Mereka berdua memutuskan untuk menenangkan diri di taman rumah sakit.

Cantika menatap kosong pemandangan di hadapannya. Hingga Shanin memecahkan keheningan yang menyelimuti keduanya.

"Bun.."

Cantika menolehkan kepalanya, menatap kedua mata berair milik putrinya.

"Bunda tau alasan sebenernya Ayah cerai sama Bunda?"

Cantika nampak terkejut, namun ia akhirnya mengangguk.

"Karena Oma?"

"Maafin Bunda sayang.."

"Aku gak perlu maaf Bunda, yang aku perlu sekarang ini cuma penjelasan dari Bunda. Penjelasan yang sebenernya, aku tahu Ayah gak mungkin tiba-tiba berubah kaya gini, sampai harus nyalahin kedua adik aku dan mutusin buat cerai sama Bunda. Aku tau Ayah Bun."

"Sebenernya hubungan Bunda sama Ayah kamu baik-baik aja, sampai Oma kamu datang ke rumah dan ngancem Ayah kamu. Ayah kamu cerita semuanya sama Bunda."

"Terus kalo Bunda tau alasan yang sebenernya, kenapa Bunda setuju kalian pisah?!"

"Ini buat kebaikan semuanya."

"Enggak! Ini bukan buat kebaikan semuanya, buktinya gara-gara itu semua aku, Adit sama Nata jadi kaya gini! Bun, aku udah dewasa, seharusnya kalian berdua omongin baik-baik sama kita bertiga, tapi apa?! Kaliam mutusin ini tanpa kita bertiga tau!"

Cantika menangis sambil memeluk anak perempuannya yang sudah menangis keras. "Maafin Bunda sayang.."

"Aku pengen kita semua kumpul lagi kayak dulu, aku enggak peduli kalo akhirnya Oma benci keluarga kita."

Cantika mengangguk. "Bunda bakalan coba untuk ketemu sama Ayah kamu."

Shanin terus menangis. "Aku gak mau Nata sama Adit jadi terus sedih karena mikirin masalah ini, mereka tau pasti kalo Bunda sama Ayah baik-baik aja."

Cantika mengangguk. "Iya sayang, kita perbaiki semuanya."

Setelah dirasa cukup tenang, mereka berdua kembali ke ruang rawat Adinata.

"Maaf kita berdua lama."

Adinata tersenyum. "Enggak apa-apa Bun, gimana? Apa kata Om Adi?"

Cantika tersenyum. "Kamu harus lebih berusahanya, dan Bunda, Kak Shanin, Adit, Ayah semua bakalan dukung kamu. Yang penting kamu berjuang lebih lagi."

Adinata tersenyum. Sebenarna ia sudah tahu akan keadaan tubuhnya. Dimana tubuhnya yang sudah mulai melemah, Ia sudah merasakannya.

"Dit, kamu kayanya harus mandi deh."

Aditya menatap Bundanya heran. "Kenapa Bun? Aku kan udah mandi."

"Tapi kamu kok bau."

Shanin dan Adinata terkekeh ketika melihat Bundanya yang tengah bercanda dengan Aditya.

"Bun, aku kan udah mandi. Aku wangi, enggak bau."

Cantika ikut tersenyum. "Iya, Bunda cuma bercanda kok. Kamu mah gitu aja marah."

"Maklum Bun, dia kan anak gadis."

"Apa sih lu Kak, ikut-ikutan aja."

"Tuhkan Bun, bener. Dia tuh anak gadis. Anak gadis yang lagi pms."

Aditya merasa sedikit kesal kepada perilaku Bunda dan Kakaknya, tapi dia senang karena saudara kembarnya tidak terlihat murung.

"Gue rela di bercandain kaya gini Nat, asal lu terus senyum kaya gitu."

°°°°°°°°°°°°°

"Bu, Naufal gak bisa kalo harus pisah sama Cantika."

Malam ini di kediaman Pranaja, sudah berkumpul keluarga dari Naufal. Termasuk kedua orang tua dan adik-adiknya.

"Mas, mas itu harus bisa. Emang mas mau jatuh miskin karena uang mas abis cuma buat bayar biaya berobat anak Mas yang penyakitan itu?" Kata adik Naufal yaitu Sella.

Naufal menatap tajam adiknya. "Apa maksud kamu? Nata emang sakit, dan Mas enggak bakalan nyesel kalo misalnya uang Mas abis karena harus biayain Nata."

Dani-Ayah Naufal- yang sedari diam mulai merasa kesal ketika mendengar perkataan anak bungsunya.

"Sella, kamu jangan ngomong kaya gitu. Mas kamu itu sosok Ayah yang baik buat keluarganya, dan juga kenapa kamu tega nyuruh Naufak buat cerai sama Cantika?"

Lani-Ibu Naufal- hanya tersenyum sinis. "Denger Pak, Ibu enggak mau kalo nanti kehidupan Naufal bakalan hancur, karena dia harus kerja lembur dan ngurusin anak penyakitannya."

"Bu! Nata anak aku, aku rela kalo akhirnya aku jatuh miskin, asal anak aku sembuh dan bahagia."

"Dan Ibu gak mau itu terjadi, ngeliat kamu jatuh sakit karena kecapean cuma buat nyari duit untuk anak kamu yang penyakitan itu."

Setelah mengatakan itu Lani pergi bersama dengan Sella, sedangkan Naufal masih berada di ruang keluarga di rumahnya bersama dengan Dani, Yudha dan juga Arda.

"Mas, Mas udah dapet kabar tentang Nata?" Tanya Arda kepada Naufal yang masih saja diam.

Naufal mengangguk. "Nata udah sadar, cuma Mas enggak tau keadaan selanjutnya."

"Adi udah telepon bapak, kamu dipinta sama dia buat ke rumah sakit."

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Naufal langsung pergi keluar rumahnya dan bergegas menuju rumaj sakit tempat dimana anaknya dirawat.

Menempuh waktu dua puluh menit dari kediamannya untuk menuju ke rumah sakit, karena kebetulan sekali malam ini jalan yang ia lewati lumayan lenggang.

Naufal langsung pergi menuju ruangan Adi.

"Naufal?"

"Di, gimana keadaan Nata?"

"Kebetulan lu datang, Pak Dani ngasih tau lu?"

Naufal mengangguk. "Kasih tau gue keadaan Nata."

Adi tersenyum. "Duduk Fal, gue bakalan jelasin semuanya."
















TBC

Bunda Cantika sama Ayah Naufal balikan apa enggak?

Jadi pisah apa enggak?

ADINATA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang