13

5.7K 508 18
                                    


"Kalian bener-bener bakalan pulang duluan?" Tanya Oma Lani kepada Naufal dan Cantika.

Kini keluarga Naufal sudah berada di ruang tamu Villa yang mereka tempati untuk berpamitan.

"Iya Bu, maafin Naufal. Naufal tiba-tiba aja ada urusan dikantor. Terus Nata juga harus-...."

Ucapan Naufal terpotong oleh Oma Lani. "Ibu ga peduli tentang anak penyakitan itu, Ibu tau kalo ini semua pasti karena anak penyakitan itu kan? Emang ya dia itu nyusahin, Ibu gak akan pernah mau denger tentang urusan dia, dia sama sodaranya itu bukan cucu Ibu."

Kedua mata Naufal membola, ia tidak menyangka jika sang Ibu akan mengatakan hal itu di depan anggota keluarganya, termasuk Aditya dan Adinata. "Ibu!"

"Apa?! Ibu emang bener anak penyakitan itu emang gak pernah nyadar diri. Ibu juga gak akan pernah peduli kalo suatu saat nanti dia sekarat, itu bukan urusan Ibu."

Adinata menundukan kepalanya, hatinya sangat sakit ketika mendengar perkataan sang Oma. Ia sungguh tidak menyangka jika Omanya akan mengucapkan hal itu, kepalanya terasa pusing, dengan reflek ia memegang tangan Aditya yang berdiri disampingnya.

"Kenapa?"

Adinata menggeleng, namun Aditya tidak bisa dibohongi. "Pusing?"

"Enggak, gue baik-baik aja."

Naufal menatap keadaan anak bungsunya yang terlihat tidak baik-baik saja. "Ibu kita semua pamit."

Naufal, Cantika, Shanin, Aditya dan Adinata berjalan menuju mobil milik Naufal dan langsung pergi menuju Jakarta. Selama perjalanan Aditya dan Shanin tidak henti-hentinya memperhatikan Adinata, yang selama perjalanan hanya diam.

"Lu oke?"

Adinata mengangguk. "Oke kok Kak, gue baik-baik aja."

"Lu bohong Adinata."

"Engga Kak, gue baik-baik aja."

"Pusing atau mual atau apa? Badan lu sakit lagi? Muka lu udah pucet gitu."

Adinata kembali menggelengkan kepalanya. "Gue baik-baik aja Kak."

Shanin mendengus ketika mendengar jawaban sang adik. "Lu gak pinter ngebohongin gue. Bun boleh minta minyak angin?"

"Kenapa Sha?"

"Nih buat Nata, tangannya dingin banget."

Cantika langsung menolehkan kepalanya. "Kamu kedinginan sayang? Dit Bunda nyimpen selimut di belakang sayang, tolong ambilin ya. Mas bisa kepinggir dulu ga? Adit sayang tukeran posisi sama Bunda ya, kamu duduk di depan sama Ayah."

Aditya mengangguk, sedangkan Naufal menepikan mobilnya. Cantika langsung berpindah ke samping Adinata.

"Udah?"

Aditya mengangguk, ia sudah pindah duduk di samping Ayahnya. Naufal memeluk tubuh anaknya yang sedikit bergetar. "Nata kuat, dia ga akan kenapa-napa. Kamu tau kan dia kuat? Kita berdoa semoga Nata sembuh." Bisik Naufal kepada Aditya.

"Iya Yah."

"Jangan nangis."

Aditya menghapus kasar air matanya dan mengangguk. "Makasih sayang."

Sedangkan Cantika dan Shanin mereka berdua sibuk untuk membuat tubuh Adinata tidak kedinginan. "Masih dingin Nat?" Tanya Shanin kepada Adinata yang sedang menahan rasa mualnya.

Adinata mengangguk lemah. "Bun..."

"Iya sayang? Kenapa?"

"Pengen muntah." Kata Adinata sangat lemah, bahkan suaranya seperti berbisik namun masih bisa didengar oleh Cantika.

ADINATA ✔Where stories live. Discover now