34

4.6K 453 10
                                    


"Nata lumpuh, dan kemungkinan buat dia bisa jalan lagi sangat kecil. Gue harap lu pertimbangin lagi, rencana lu mau cerai sama Cantika. Gue tau lu masih cinta dan sayang sama Cantika, turutin semua kata hati lu Fal, jangan sampe lu nyesel."

Perkataan itu terus terngiang-ngiang di pikiran Naufal setelah dia keluar dari ruangan Adi. Dirinya langsung bergegas menuju ruang rawat anaknya, namun dia belum sampai memasuki ruang rawat anaknya. Pikirannya masih berkecamuk memikirkan perkataan Adi.

Tidak lama kemudian, perhatian Naufal teralihkan dengan kehadiran seseorang yang sangat dia rindukan, yaitu anaknya Aditya dan Shanin.

"Ayah?"

Naufal langsung berdiri dan berjalan ke arah mereka berdua.

"Ayah mau ngapain kesini?" Tanya Adit cukup sinis.

Naufal sama sekali tidak tersinggung dengan nada bicara anaknya, dia mengerti jika anaknya itu marah kepadanya.

"Ayah mau ketemu sama Nata.."

"Enggak, aku enggak bakalan ijinin Ayah ketemu sama Nata. Kalo Ayah mau ngomong sama Adit aja, jangan sama Nata."

Naufal mengangguk. "Sha.."

"Iya Yah.."

"Ayah kangen kalian, Ayah pengen ngomong sesuatu sama kalian."

"Shanin juga pengen denger penjelasan Ayah."

Aditya menatap Kakaknya dengan pandangan bingung. "Kak?"

"Lu juga harus tau, sekarang lu ikut sama gue. Lu harus tau."

"Tau apa?"

"Pokoknya sekarang lu ikut gue sama Ayah."

"Ayah, mendingan kita ngobrol di kantin rumah sakit aja ya? Kita berdua laper."

Naufal tersenyum ketika mendengar nada bicara anak perempuannya yang ramah kepadanya.

"Ayo.."

Mereka bertiga berjalan menuju kantin rumah sakit, setelah memesan makanan yang mereka akan makan, Sambil menunggu makanan tiba hanya keheningan yang menyelimuti mereka bertiga.

"Apa yang harus gue tau Kak?"

Shanin mengangguk. "Ayah sama Bunda sebenernya enggak bener-bener cerai."

"Maksud lu Kak?"

"Oma, Oma yang nyuruh Ayah buat ngebenci lu sama Nata dan cerai sama Bunda."

"Oma? Kok bisa Oma ikut campur masalah keluarga kita sih Kak?"

"Jangan tanya gue, tanya Ayah. Sekarang Ayah ada dihadapan kita dan Ayah harus jelasin semuanya."

Naufal tersenyum. "Kamu tau dari Om Adi, Sha?"

Shanin mengangguk. "Iya, Yah."

Naufal mengangguk. "Ayah bakalan jelasin semuanya sama kalian, dan nanti tolong banget bantu Ayah buat jelasin ke Nata."

Shanin mengangguk, sedangkan Aditya, dia masih memproses apa yang sedang terjadi.

"Sebelumnya Ayah pengen minta maaf sama kalian, terutama kamu Dit. Seminggu sebelum Ayah bilang Ayah bakalan cerai sama Bunda kamu, Ayah ketemu sama Oma kalian, Oma kalian tiba-tiba aja minta Ayah buat cerai sama Bunda kamu dengan alasan karena Oma kalian enggak mau punya cucu kaya Nata, Oma bilang, Nata bakalan ngabisin uang Ayah karena biaya pengobatan yang mahal."

Aditya sedikit demi sedikit mulai memahami situasi yang sedang terjadi. "Terus kenapa Ayah setuju sama keinginan Oma? Kalo Ayah masih sayang sama kita, Ayah gak mungkin setuju gitu aja."

"Ayah udah coba buat nolak semua itu, tapi Oma kamu ngancem bakalan celakain kamu sama Bunda kamu. Dan Ayah gak punya pilihan lagi. Ayah gak mau kamu sama Bunda kamu dalam bahaya, dan Ayah berakhir milih buat cerai sama Bunda kalian."

"Tapi Ayah sama Bunda beneran cerai apa enggak?"

"Enggak, Ayah minta tolong sama temen Ayah supaya pura-pura ngurus surat perceraian Ayah sama Bunda kamu."

"Jadi ini semua cuma bohongan?"

Naufal mengangguk.

"Terus waktu Nata minta di pindahin ke Panti sosial dan Ayah setuju itu bener? Terus Ayah yang bilang benci aku sama Nata itu bener?" Tanya Aditya berturut-turut.

"Ayah enggak beneran bakalan masukin Nata ke panti sosial, Ayah cuma bingung mau ngomong apa sama Nata waktu dia minta kaya gitu. Terus, Ayah enggak benci kalian. Asal kalian tau Dit, Rumah yang dulu kita tempati. Rumah Ayah, sekarang udah banyak cctv yang dipasang sama Oma kamu."

"Oma kok kaya gitu sih Yah?"

"Oma cuma gak mau harta yang dimilikinnya bakalan habis."

"Udah tua juga, tetep aja pelit." Celetuk Aditya, saking kesalnya.

"Hush! Gak boleh gitu."

"Sekarang aku ijinin Ayah buat jenguk Nata."

Naufal langsung tersenyum. "Makasih Dit.."

°°°°°°°°°°

"Bun, aku pasti bakalan nyusahin Bunda, Adit sama Kak Shanin ya?"

"Kamu ngomong apa sih Nat?"

"Sekarang aku lumpuh, aku gak bisa ngapa-ngapain lagi. Pasti aku bakalan nyusahin kalian." Kata Adinata sedih. Kepalanya sudah ditundukan.

Cantika duduk di samping anaknya, mengusap pelan pipi tirus anaknya. "Nata denger Bunda, kamu enggak nyusahin kita. Udah jadi keharusan kita, terutama Bunda buat jagain kamu. Jangan ngomong gitu lagi, kalo ada apa-apa kamu harus bilang sama Bunda. Jangan dipendem sendiri nanti keadaan kamu drop lagi. Bunda gak mau."

Adinata menatap kedua mata Bundanya dengan mata berkaca-kaca.

"Sekarang Nata jadi cengeng ya?" Kata seseorang yang datang bersama dengan Aditya dan Shanin.

Adinata langsung menolehkan kepalanya, begitupun Cantika. Mereka berdua terkejut.

"Ayah?"

Naufal berjalan ke arah istri dan anaknya, memeluk keduanya dan tidak lupa mencium kening anak dna istrinya.

"Iya sayang ini Ayah."

"Ayah.." Adinata sudah menangis dalam pelukan Ayahnya. "Aku kangen Ayah."

Naufal mengangguk, mengusap pelan punggung anaknya. "Maafin Ayah sayang, Ayah egois."

"Kenapa Ayah jahat sama aku?"

"Maafin Ayah sayang.." Naufal mencium puncak kepala anaknya.

"Ayah gak akan tinggalin Nata lagi kan? Ayah gak benci Nata lagi kan?"

"Enggak sayang, Ayah bakalan selalu ada buat Nata dan Ayah enggak benci Nata."

"Adit?"

"Ayah juga enggak benci Adit. Ayah sayang kalian, sayang Bunda, Kak Shanin, Adit sama kamu."

"Makasih Ayah. Aku sayang Ayah.."

"Ayah juga sayang kamu.."





























TBC


Untuk kawan-kawan semua, yang mau berteman atau bertanya tentang apapun itu silahkam chat aku ya..
Terima kasih..

Satu lagi, jangan lupa tinggalkan jejak (Vote or Comment(kalo bisa dua-duanya sih😂)

ADINATA ✔Where stories live. Discover now