23

807 66 18
                                    

“Kak Hammy!”

Hammy kembali tersadar setelah beberapa waktu terbawa oleh lamunannya. Kini ia menatap adik tingkat yang memanggilnya.

“Kak, kami sudah selesai praktikum. Tinggal menunggu pembahasan dari kakak saja.” ucap adik tingkat Hammy yang lainnya.

“Ah, begitu ya! Maaf tadi kakak melamun. Sekarang kita pembahasan ya! Catat yang penting untuk nanti laporannya!”

Hammy kini kembali berkonsentrasi untuk menjelaskan tentang apapun yang berkaitan dengan praktikum yang telah dipraktekkan oleh adik-adik tingkatnya. Ia kini menjadi seorang asisten praktikum untuk praktikum Biologi Dasar mahasiswa tingkat satu.

Jadwal dirinya menjadi asisten kini sudah selesai, ia pun segera meletakkan jas labnya diruangan dan keluar dari laboratorium itu menuju perpustakaan pusat.

Sesampainya di perpustakaan pusat, Hammy langsung menuju ke lantai dua untuk mencari buku yang ia cari. Setelah mendapatkannya, Hammy langsung menuju ke lantai tiga untuk belajar disana. Lantai itu cocok untuk orang-orang yang ingin fokus belajar.

Ia pun mendapat tempat dekat jendela dan mulai belajar. Ia sangat serius belajar tanpa peduli dengan sekitarnya. Setelah beberapa lama bergelut dengan kegiatannya, ia merasa pusing. Namun ia tetap memaksakan hingga ia mengalami mimisan. Hammy langsung mengambil tisu yang sengaja ia taruh di kotak pensilnya, untuk berjaga-jaga.

Sejak awal masuk tingkat tiga, Hammy sadar bahwa dirinya terlalu memaksakan diri untuk gila belajar dan mengambil kesibukan dikampusnya. Diluar kelas, ia menjadi asisten praktikum untuk dua mata praktikum, menjadi asisten dosen yang merangkap menjadi tutor.

Saking gila belajar dan sibuknya Hammy sekarang, bukan hal aneh kalau sekarang ia sering kelelahan, sering mengalami mimisan seperti saat ini. Bahkan ia pernah jatuh sakit sampai harus di rawat inap di rumah sakit selama satu minggu.

Sebenarnya bukan tanpa alasan ia melakukan itu. Ia hanya ingin pikirannya tetap fokus dan tidak kosong. Sekali saja pikirannya kosong, kejadian itu kembali berputar dikepala Hammy seperti film yang berulang-ulang.

Sudah sekitar enam bulan sejak ia mengetahui soal kecelakaan pesawat itu, namun ia masih belum bisa melupakan Lucky. Bahkan selama itu pun ia belum sama sekali kembali ke sekre. Terlalu banyak kenangan disana yang tidak bisa Hammy terima untuk saat ini.

Kemarin saja saat pemilihan peserta Undokai oleh rumpunnya ia menolak untuk ikut kembali acara itu. Hammy sadar, kini dirinya tak lebih dari seorang pengecut, dan dia tidak tahu kenapa dia begitu.

Hammy tersadar bahwa dirinya duduk di bangku dekat jendela. Sekilas, ia kembali mengingat awal bagaimana ia bisa menerima Lucky sebagai temannya saat pemuda itu mengajarinya di Gedung 12.

Dadanya kembali sesak, dan sesaat kemudian dia menangis tanpa suara. Ia meletakan kepalanya di meja dan menangis beberapa saat sebelum akhirnya ia kembali tegak dan menghapus air matanya. Ia pun kembali fokus pada kegiatan belajarnya.

**********

Hammy sudah sampai dikamarnya dan bersiap untuk tidur. Tubuhnya memang sudah lelah melewati hari ini, begitu pula hatinya yang selalu lelah menahan sakit. Ia selalu ingin tidur dengan mudahnya, namun tidak bisa.

Pikirannya pasti kembali mengulang kejadian itu beberapa saat dan membuatnya kembali bersedih. Hammy kini hanya bisa menatap boneka miliknya dipangkuannya dengan tatapan sendu. Rasanya masih seperti kemarin.

Ia membuka laci kabinetnya dan mengambil beberapa barang dari sana. Sebuah jepitan dan sebuah kotak kecil. Jepitan itu pemberian Lucky saat White Day yang sampai saat ini belum ia pakai kembali.

Dan kotak kecil itu, kotak pemberian Lucky sehari sebelum kejadian, hari dimana mereka berpisah dibandara. Kotak itu tidak pernah diketahui Hammy apa isinya. Sampai detik ini, entah mengapa Hammy masih memegang janjinya untuk menjaga kotak itu tanpa melihat apa isinya. Padahal ia tahu, bahwa janji pemuda itu yang bilang akan menemuinya kembali tidak akan pernah ditepati.

Tanpa sadar, air matanya kembali turun ke pipinya. Dengan cepat Hammy meletakkan barang-barang itu ditempat semula. Ia merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. ia berdoa agar saat ia terbangun, ia dapat menjalankan hari dengan semestinya.

**************

Hammy baru saja selesai dari kelas terakhirnya sebelum makan siang. Ia kini sedang berjalan menuju perpustakaan. Kenapa tidak ke kantin? Entahlah, Hammy sudah terbiasa tidak makan siang sekarang.

Di perjalanan ia ditarik paksa oleh Raptor. Kedua gadis itu kini berjalan kearah sekre. Hammy beberapa kali mencoba melepaskan genggaman tangan Raptor. Namun temannya itu tetap saja memaksa, dan akhirnya Hammy berhasil melepaskan genggaman itu.

“Raptor! Kau itu kenapa sih?”

“Hammy! Sudah enam bulan ini kau belum pernah ke sekre lagi. Semua mengkhawatirkanmu tahu!” ucap Raptor dengan sedikit emosi.

Bukannya tidak tahu, Hammy tahu betul semuanya mengkhawatirkannya. Namun apa daya, Hammy masih terjebak dalam kesedihan yang dirinya sendiri tidak tahu akan sampai kapan akan begini.

Ditengah perdebatan dua gadis itu, Stinger datang mencoba menengahi mereka. Ia meminta Raptor untuk kembali ke sekre dan membiarkan dirinya berbicara dengan Hammy. Pemuda itu bahkan meminta Hammy untuk mengikutinya, dan Hammy menurut.

Setelah beberapa waktu berjalan, mereka sampai disebuah taman dibelakang Gedung 10, taman itu cukup sepi karena berada di sisi timur kampus yang jarang dikunjungi mahasiswa.

Nande?” tanya Hammy.

“Kau tanya aku kenapa? Seharusnya aku yang tanya padamu kenapa?”

Hammy sedikit terkejut mendengar perkataan dari Stinger. Ia tidak mengerti apa maksudnya pemuda itu berkata itu, bahkan alasan ia dibawa kesini saja tidak tahu.

“Apa sih? Sudah lah aku harus ke perpus, aku sibuk mengurus urusan kampus.”

“Bukan urusan kampus yang menyibukkanmu. Tapi dirimu sendirilah yang membuatmu sibuk!”

Hammy tidak berkata apapun. Ia hanya diam seribu bahasa.

“Belajar terus-terusan seperti orang gila, mengambil banyak kegiatan, bahkan sampai tidak makan siang selama enam bulan. Sadarlah! Kau itu hanya memaksakan dirimu sendiri karena mencoba melarikan diri dari kenyataan, Hammy!”

Baiklah! Hammy kini benar-benar sudah tidak tahan dengan semua perkataan temannya yang satu itu. Ia tahu dan paham bahwa sikap Stinger memang sedikit menyebalkan dan dingin, tapi ini sudah keterlaluan baginya.

“Apa yang kau bicarakan tidak ada gunanya Stinger!” ucap Hammy seraya meninggalkan Stinger.

“Berhentilah bersikap seperti itu hanya karena perasaanmu, Hammy!” teriak Stinger.

Hammy menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan itu dan membalikkan tubuhnya untuk kembali melihat pemuda itu.

“Tidak usah peduli dengan apa yang aku lakukan. Kau tidak tahu apa-apa tentang perasaanku!” ucap Hammy pelan namun sarkas. Bahkan kini Hammy menatap Stinger dengan tajam.

“Kau salah! Aku justru sangat paham dengan perasaan dan sikapmu saat ini. –“

Stinger kini membalas tatapan Hammy padanya. Hammy hanya bisa diam mematung disana tanpa melawan kembali perkataan temannya itu. Air mata Hammy tidak bisa ia tahan lagi dan kini ia menangis.

“Aku sudah mengalami apa yang kau rasakan jauh sebelum kau merasakannya. Kau lupa? Aku juga pernah kehilangan seseorang yang berharga! Aku kehilangan Mika!”

Hammy bisa melihat kesedihan diwajah Stinger. Ia lupa bahwa saat awal mereka bertemu, Stinger bersikap sama seperti sikapnya saat ini, dan itu karena ia kehilangan Mika saat mereka SMA.

Hammy menundukkan kepalanya. Ia kembali menangis. Tatapan dan pikirannya kembali kosong. Hammy benar-benar tidak paham dengan dirinya sekarang.

“Kau tetap tidak tahu apa-apa, Stinger. –“ ucap Hammy dengan lemah.

“ –karena aku sendiri juga tidak tahu apa-apa tentang diriku sekarang.”

Mata Kimi ni AitaiWhere stories live. Discover now