Bagian #22

525 28 0
                                    

Pesanan pun sudah selesai di goreng, pecel lele yang Dillah pesan sudah datang dan berada diatas meja mereka, tapi ayam gorengnya belum datang membuat Anya merasa bersalah jika makan terlebih dahulu.

"Makan dong, jangan diliatin aja, emang lelenya bisa abis kalau diliatin doang?" Tanya Dillah kepada Anya yang hanya menatap pecel lele tersebut.

"Nungguin kak Dillah, kan pesenannya belum sampe!" Ujar Anya menatap Dillah.

"Udah kamu duluan aja, atau mau aku suapin?" Tanya Dillah dan dia mengacak-ngacak rambut Anya gemas.

Rambut gue dipegang kak Dillah?, gak bakal gue keramas selamanya ini mah, huaaa bahagianya gue batin Anya senang bukan main.

"E-enggak aku bisa makan sendiri kok!" Ujar Anya dan dia memakan makanannya dengan lahap, sementara Dillah melihatnya gemas.

Rasanya beda, enakan pecel pak Dedi batin Anya.

"Enak gak?" Tanya Dillah kepada Anya dan Anya menjawabnya dengan anggukan.

Setelah sekian lama pesannan Dillah pun datang.

Dillah pun memakan pesanannya dengan sangat lahap, membuat Anya yang di sebelah Dillah menatap heran.

"Lapar kak?" Tanya Anya.

"Enggak!" Ujar Dillah dan dia masih memakan ayamnya itu.

Anya pun kembali fokus pada pecel lele yang rasanya amat sangat berbeda dari pecel lele Pak Dedi.

Rasanya beda banget, gue emang gak bisa ngelupain pecel lelenya pak Dedi batin Anya.

"Makan yang banyak ya sayang masih ada satu piring lagi tuh!" Ujar Dillah dan dia lagi-lagi mengelus puncuk kepala Anya membuat Anya yang sedang melamun menatap Dillah tak percaya.

"Eh-kak, aku kenyang!" Ujar Anya kepada Dillah.

"Yah masa kenyang, sayang loh ini satu lagi!" Ujar Dillah melihat pecel lele yang belum disentuh oleh Dillah maupun Anya.

"Kasihin aja ke bapak itu!" Tunjuk Anya kepada bapak-bapak yang sedang berjalan sambil membawa karung.

"Boleh, di bungkus apa dikasihin langsung?" Tanya Dillah.

"Kasihin langsung aja kak, kakak tunggu disini biar aku yang ngasih!" Ujar Anya dan dia bangkit dari kursinya, sebelum Anya pergi Adam lebih dahulu menahan tangan Anya.

"Biar aku aja, kamu tunggu disini!" Ujar Dillah dan Anya pun patuh.

Dillah pun pergi menemui bapak itu sementara Anya menunggu Dillah sambil melihat gerak gerik Dillah.

Tiba-tiba handphone Anya berbunyi membuat Anya mengambil handphonenya yang berada di saku celana.

Anya pun membuka pesan masuk.

Adamgantengqu:
Gue gak akan menyerah buat lu inget tentang kita

Adam? Lah kok ada nomor dia di hp gue nama kontaknya alay lagi, pasti ini kelakuan dia sendiri, dasar curut, gue gak ngerti kenapa dia bisa gak gampang menyerah ngebuat gue inget tentang kenangan kita batin Anya.

Anya Aulia:
Nama lu di kontak gue alay!

Adamgantengqu:
Itu gak alay, itu fakta nya

Anya Aulia:
Punya kaca gak dirumah?

Adamgantengqu:
Gak, beliin dong, lu dimana?

Anya Aulia:
Pantes, kepo lu

Anya pun memasukan handphonenya ke dalam saku celananya.

Dillah sudah berada di sebelah Anya dan di depan kursi mereka sudah kosong.

Bapak tersebut pun duduk di kursi depan Anya yang terhalang oleh meja, Anya  pun mencium punggung tangan lelaki paruh baya itu, saat ini ingin rasanya Anya menangis mengingat kejadian disaat ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan itu.

"Bapak namanya siapa?" Tanya Anya sopan.

"Nama bapak Budi neng!" Ujar bapak paruh baya itu.

"Sudah makan belum pak?" Tanya Anya.

"Belum neng, dari kemaren bapak hanya makan makanan sisa yang berada di tong sampah" Ujar Bapak itu memprihatinkan.

"Ini ada pecel lele untuk bapak!" Ujar Anya dan dia memberikan piring yang berisi pecel lele tersebut di depan meja bapak Budi.

"Wah, terimakasih banyak neng!" Ujar Pak Budi senang.

"Iya sama-sama pak, dimakan!" Ujar Anya lembut.

Dan Bapak Budi pun memakan makanannya dengan lahap, membuat Anya senang melihat ekspresi Pak Budi yang senang sekali.

"Bapak tinggal dengan siapa dirumah?" Tanya Anya kepada Pak Budi yang sedang makan.

"Bapak hanya tinggal dengan istri saja, anak bapak pertama bapak sudah pergi entah kemana dan yang bungsu sudah pergi dari dunia ini" Ujar Pak Budi sedih, membuat Anya merasa bersalah menanyakan hal ini.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud" Ujar Anya sedih.

"Tidak apa-apa neng, semuanya sudah Allah takdirkan kepada bapak dan bapak hanya bisa menunggu keajaiban tiba" Ujar Pak Budi dan dia melanjutkan makan lagi.

Bapak, andai bapak ada disini, Anya ingin bisa membahagiakan bapak dan juga mamah, kalian terlalu cepat pergi dari dunia ini, Anya rindu tawa canda bapak dan mamah, Anya rinduuu batin Anya sedih.

"Pak pecel lelenya 2 lagi, dibungkus!" Ujar Anya kepada pelayan dan pelayan pun mengangguk.

"Bapak makannya yang banyak ya kalau masih lapar tambah aja gapapa kok" Ujar Anya dan dia tersenyum manis.

"Iya neng makasih, bapak segini juga sudah kenyang" Ujar Pak Budi dan dia meminum air yang berada diatas meja.

"Neng namanya siapa ya?" Tanya Pak Budi.

"Oh iya maaf pak, saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Anya Aulia" Ujar Anya sopan.

"Dan disebelah eneng?" Tanya Pak Budi.

"Nama saya Dillah pak!" Ujar Dillah dan dia tersenyum kepada Bapak Budi.

"Saya akan selalu mengingat nama kalian berdua, semoga nanti kelak kalian akan menjadi anak yang sholeh dan sholehah, bapak berpesan jangan pernah menyia-nyiakan orangtua kalian kelak kalian sukses!" Ujar Bapak itu.

Mendengar ucapan bapak itu membuat Anya ingin mengeluarkan air matanya yang berebut ingin keluar dari tempatnya, Dillah tahu Anya adalah anak yatim piatu, itu membuat Dillah mengelus punggung Anya.

Anya bukan orang yang cengeng, dia sangat anti menangis di depan umum, tapi kali ini rasanya Anya ingin menangis.

Lemah sudah Anya, air matanya sudah berjatuhan kebawah membuat bapak itu heran karena Anya menangis.

"Kenapa neng? Kok nangis?" Tanya Bapak Budi khawatir melihat Anya yang menangis tersedu-sedu.

Dillah yang mengetahui bahwa Anya menangis, dia pun mengelus punggung Anya dengan sangat lembut membuat Anya ingin menangis terus.

Update lagiiii.

Jangan lupa vomment.

Oh iya guys, aku kemaren ultah tauuuuuuuu:v, mohon kadonya digantikan dengan vote yang banyakkk

Anya Aulia (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang