#Bagian 42

429 28 2
                                    

Anya sudah bangun dari tidurnya dia langsung masuk ke kamar mandi karena hari ini dia akan melakukan rencananya dengan Liam, Anya yakin Dillah bukan lelaki seperti yang Dani dan Adam bilang.

Anya sudah siap dengan pakaian, lalu dia keluar sambil menggendong tas dan masuk ke dalam kamar Liam.

Dikamar Liam masih tertidur pulas, Anya pun membangunkan Liam.

"Liammmm! Bangun!" Ujar Anya sambil menggoyang-goyangkan badan Liam.

Liam sedikit-sedikit membuka matanya, dia pun duduk di kasur dengan mata yang masih berat menahan kantuk.

"Apasih nya?" Tanya Liam sambil mengucek matanya.

"Kita kan mau ngejalanin rencana kita Liam, lo lupa?" Tanya Anya kesal.

Liam baru teringat akan hal itu, dia pun langsung berlari ke dalam kamar mandi.

"Gue ambilin baju ganti buat Lo!" Ujar Anya sambil berteriak.

"Iyaa!" Ujar Liam tak kalah berteriak.

Anya pun keluar dari kamar Liam dan pergi ke meja makan dimana semua keluarganya sudah berkumpul.

"Kak gue pinjem baju bang Andi" Ujar Anya kepada Aliya yang sedang mengolesi selai ke roti.

"Tunggu!" Ujar Aliya.

Aliya pun pergi ke dalam kamar mengambil baju Andi.

"Kamu pinjem baju Abang terus, buat apa sih?" Tanya Andi yang tidak tahu keberadaan Liam.

"Ya buat temen lah, masa aku yang make, baju Abang itu gak banget" Ujar Anya.

"Enak aja baju Andi gue yang beliin semua jadi bagus-bagus" Ujar Aliya yang sudah berada di depan Anya sambil membawa baju Andi.

"Terserah lo!" Ujar Anya dan dia mengambil baju yang ada di tangan Aliya.

Anya pun pergi ke dalam kamar Liam yang tidak terkunci, ternyata Liam masih mandi.

"Yam, baju udah gue ambilin, ada di atas kasur!" Ujar Anya.

"Iyaa, makasih" Ujar Liam sambil berteriak.

Anya pun keluar dari kamar Liam dan menutup pintu kamarnya.

Anya kembali lagi ke meja makan, lalu duduk di samping Aliya yang sedang memberikan anaknya makan.

Anya mengambil roti dan menambahkan selai coklat diatas roti.

"Lo hari ini kuliah bareng Liam?" Tanya Aliya.

Anya hanya menjawabnya dengan gelengan.

"Terus ngapain si Liam pake minjem baju suami gue segala?" Tanya Aliya.

"Ihh posesif banget lo jadi cewek, si Liam sama gue ada kerjaan jadi minjem baju bang Andi" Ujar Anya yang amsih sibuk menguyah rotinya.

Liam datang dengan pakaian Andi, ternyata pakaian tersebut sangat cocok dipakai olehnya sampai membuat Aliya melongo.

"Pagi nenek, pagi kak!" Sapa Liam kepada keluarga Anya.

"Pagi Liam!" Jawab Aliya.

"Pagi, duduk kamu sarapan dulu!" Ujar nenek Anya dan Liam pun mengangguk lalu duduk di samping Anya.

"Yam lo ada kerjaan apa sama si Anya?" Tanya Aliya.

"Ishh kepo aja sih idup lo!" Ujar Anya dan dia berdiri.

"Nek Anya pamit!" Ujar Anya dan dia menarik tangan Liam yang hendak mengambil roti.

Mereka berdua sekarang sudah berada di depan rumah.

"Nya lo kenapa sih?" Tanya Liam heran.

"Kesel gue sama si Aliya, banyak tanya" Ujar Anya jujur.

"Lo kalau kesel ke orang jangan ngelampiasinnya ke gue dong" Ujar Liam.

"Maksud lo?" Tanya Anya tak mengerti.

"Gue belom sarapan Anya, gue baru aja mau ngambil roti satu, eh belom ke ambil udah ditarik keluar gue" Ujar Liam kesal.

"Hah? Serius? Maaf gue gak tau" Ujar Anya merasa bersalah.

"Tau ah, ayok berangkat!" Ujar Liam dan dia menaiki mobilnya yang terparkir di garasi Anya pun mengikuti Liam dengan duduk disampingnya.

Liam menyalakan mobilnya dan pergi keluar dari rumah Anya yang pintu gerbang depan sudah terlebih dahulu dibuka oleh satpam.

Mereka sudah keluar dari kawasan rumah Anya.

"Yam, nanti gue traktir lo di kampus" Ujar Anya masih merasa bersalah.

Liam melirik Anya lalu menganggukkan kepalanya.

"Yam jawabnya jangan pake anggukkan gitu, gue jadi ngerasa bersalah" Ujar Anya sambil menatap kebawah.

"Gak usah ngerasa bersalah, gue gapapa kok!" Ujar Liam sambil mengelus puncak kepala Anya.

Anya terkejut dibuatnya, karena hal itu saja Liam membuat Anya ingin terbang ke awang-awang.

"Nah gitu dong" Ujar Anya gugup.

"Lo gugup?" Tanya Liam menyadari kegugupan Anya.

"Enggak, gue gak gugup!" Ujar Anya dan dia membuang muka melihat ke samping jendela mobil.

🏫🏫🏫🏫

Mereka berdua sudah berada di parkiran kampus Anya, Anya hari ini memang sedang tidak ada jadwal kuliah tapi setaunya Dillah hari ini ada jadwal kuliah.

"Udah sampe nih, terus gue harus gimana?" Tanya Anya pada Liam.

"Emmm, lo telpon coba si Dillah tanyain ada dimana!" Ujar Liam.

Anya pun mengangguk, dia pun mengambil handphonenya yang berada di dalam saku celana lalu menelepon Dillah, tapi hasilnya nihil Dillah tidak menjawab teleponnya.

"Ga di jawab, gimana dong?" Tanya Anya panik.

"Udah gausah panik, berarti dia emang brengsek Nya" Ujar Liam.

"Belum ada bukti gausah lu mikir gitu!" Ujar Anya membela.

"Nih coba lo telepon dia pake hp gue!" Ujar Liam dan dia memberikan handphonenya kepada Anya.

Anya pun mengambilnya dan menuliskan nomor handphone Dillah di handphone Liam lalu dia meneleponnya.

Anya menyalakan load speaker handphone Liam dan telepon di jawab oleh Dillah.

"Halo!" Ujar Dillah.

Anya pun langsung mematikan panggilan telepon itu dan entah kenapa matanya sekarang seperti sedang berada di danau bawang yang sangat perih.

"Udah udah jangan nangis!" Ujar Liam sambil mengelus-elus tangan Anya.

"Gue gak nangis!" Ujar Anya tegas dan pada akhirnya dia menangis.

Liam pun dengan sigap membuka sabuk pengaman dan memeluk Anya.

"Udah Nya udah, gue gak tega liat lo nangis karena bajingan itu, dia gak pantes buat lo tangisin" Ujar Liam mencoba menenangkan Anya.

Anya pun melepaskan pelukan hangat dari Liam dan dia menghapus air matanya.

"Gue gak bakal nangisin dia, ini tangisan pertama dan terakhir" Ujar Anya.

"Mending kita cari si bajingan sialan itu!" Ujar Liam dan dia pun keluar dari mobil lalu disusul oleh Anya.

Updateeee.

Waaaah kira-kira si Anya dan Liam bakal ketemu Dillah ga ya?

Jangan lupa VOMMENT ❣️


Anya Aulia (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now