1,2,3

657 62 81
                                    


.

.

.

Chihiro dan tetsuya sama-sama terdiam, tetsuya apalagi. Ia sama sekali tidak mengeluarkan suara. Perasaan dosa dan bersalah kentara sekali dari raut wajah datarnya yang kini mengeras karena ketakutan. Entah yang mana lebih menakutkan, dosa kepada tuhan atau murka dari seijuurou.

Chihiro beda lagi, ia diam karena memang tak ada lagi yang ingin diucapkannya. Ia tidak suka bersuara, ia pun tak ingin membela diri. Semuanya sudah jelas, ia mencumbu adiknya sendiri. Tidak ada lagi yang dapat disangkal.



" Nii-san...kau harus memberi kejelasan padaku tentang..."

"iya, aku mencumbui suya." potong chihiro tegas.



Penjelasan apalagi yang harus diberikannya?



"mengapa kau melakukannya...?" suara satsuki melemah, begitu juga dengan tubuhnya yang lemas tanpa ia sadari.

"aku mencintai adikku." sahut chihiro lagi tegas penuh keyakinan.

"Nii-san!!" sergah tetsuya kecewa, ia tidak menyangka, kakaknya masih saja mengungkit-ngungkit masalah perasaan.




Tidakkah chihiro mengerti? Jika permasalahan ini sampai ke telinga seijuurou, tetsuya tidak yakin kakaknya itu masih dapat hidup.



"apa tetsuya? Apa? Kau mau apa dariku??! Aku akan memberikan segalanya untukmu!" seru chihiro kencang, suaranya menggelegar keras memenuhi kamar pribadi satsuki.


Tetsuya memalingkan wajah, ia begitu kecewa pada kakaknya. Chihiro tidak harus melakukan ini, kakaknya tak harus terus bersedih
Semua sudah berlalu...

Tetsuya tidak yakin ia ingin menangis atau marah, melihat kakaknya membuatnya sakit. Dengan cara apa ia dapat menolong kakaknya? Ia tak sanggup hidup bahagia jika kakaknya menderita.



"aku tak peduli jika kau mengadu pada kakakmu tentang ini." kata chihiro kembali datar, telunjuknya diarahkan pada satsuki. "jangan pernah kau temui aku lagi."




Satsuki merasa sesak, sesak yang amat dalam. Mengapa sekarang semuanya terasa rumit hanya karena perasaan? Seijuurou telah menikahi tetsuya, namun tetsuya seakan-akan masih terombang-ambing diperbutkan. Semua orang memasabodokan statusnya yang telah menikah, orang hanya peduli tentang cara mendapatkannya.



"Nii-san...salah satsuki apa? Mengapa kau mengasarinya seperti itu?" lirih tetsuya sendu, ia mengenggam tangannya kuat menahan emosi yang mengalir dalamnya.

"dia adalah adik kandung akashi, orang yang mengambil adikku, menodai adikku, merebut cintaku, bagaimana bisa aku tidak membencinya?"



Perkataan chihiro membuat tetsuya mengeluarkan air mata seketika. Ia menatap kakaknya dengan nanar, air matanya tetap mengalir satu-satu seiring dengan sorot matanya. Sakitnya...melebihi apapun.



"Nii-san..." kata tetsuya tercekat, suaranya tertahan ditenggorokan.



Chihiro menghela nafas, lalu tersenyum simpul. Mendekati tetsuya yang masih terpaku ditempat menatapnya nanar. Mengeluarkan sapu tangan lalu dengan hati-hati menghapus air mata adiknya.

"ingat tidak? Waktu suya berumur 5 tahun, suya pernah jatuh dan suya menangis kencang sekali....kasihan...suya mengadu pada nii-san, sambil menangis hebat, memeluk nii-san. Suya pernah bilang, saat suya besar nanti suya tidak akan pernah pergi dari nii-san..." suara chihiro berubah serak, tetsuya menatapnya yang mulai mengeluarkan air mata. "ternyata...kau bohong adikku..."

Vocation in the castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang